Saat SMP, si Kakak termasuk anak underachiever. Prestasi belajarnya sering kali berada di level tiga terbawah. Saya geregetan banget menghadapi Kakak saat itu. Memberikan motivasi belajar nggak ada kurangnya. Memberikan fasilitas untuk les di luar sekolah pun saya berikan. Namun tetap saja saat lulus SMP nilai Ujian Nasionalnya berada di urutan 20 terbawah paralel.
Akhirnya, si Kakak tidak bisa bersekolah di tempat yang diinginkan karena saat itu nilai UN masih menjadi acuan. Ia bersekolah di tempat yang jauh dari rumah dengan prestasi sekolah yang biasa-biasa saja. Saat kelas 10 nggak kurang-kurangnya saya memberikan motivasi supaya kejadian di masa SMP tak terulang lagi.
Sampai satu kejadian besar terjadi dan melibatkan Kakak. Saya pun dipanggil oleh pihak sekolah untuk menyelesaikan masalah dan mencari solusi. Awalnya saya denial dengan keadaan ini. merasa diri saya adalah ibu yang gagal, nggak bisa mendidik anak dengan baik.
Saya pun mencari solusi. Salah satunya saya menemui psikolog. Ternyata bukan hanya Kakak yang harus diperbaiki kondisinya. Ternyata saya juga. Semua hal yang terjadi bersumber pada hambatan emosi yang terjadi di antara saya dan Kakak. Dan itu tidak saya sadari. Saya merasa komunikasi saya dengan Kakak berjalan baik. Saya mengira Kakak terbuka dengan saya. Ternyata hubungan saya dan Kakak tak semulus yang saya kira.
Banyak rahasia yang tersimpan dalam diri Kakak yang saya tak tahu. Banyak sikap dan perilaku saya yang menyakiti hati Kakak tanpa saya sadari. Apalagi lisan saya yang terkadang kurang terkontrol. Pelan-pelan saya dan Kakak pun sama-sama memperbaiki diri.
Sejak kejadian itu hubungan saya dan Kakak jauh lebih baik. Kakak menjadi lebih terbuka meski saya harus banyak berusaha. Sebagai orang tua saya juga harus lebih pintar mengerem mulut supaya tak terlontar kata-kata yang membuat Kakak menjauh dari saya. Berusaha untuk menjaga kondisi. Hingga pelan-pelan Kakak mulai berprestasi.
Nilai akademiknya melesat jauh. Selama enam semester berada di SMA ia tak lepas dari peringkat 10 besar. Ia pun memiliki prestasi non akademik yang membuat sekolahnya memenangkan kejuaraan di tingkat kabupaten. Tak berhenti di situ saja. Ia pun berhasil masuk ke perguruan tinggi negeri melalui Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri.
Tak hanya nilai akademiknya yang berkembang. Ia menjadi pribadi yang dewasa. Jauh melebihi ekspektasi saya. Buat saya itu sebuah anugerah yang tak terkira.
Ternyata mendorong anak untuk berprestasi tak hanya melalui fasilitas yang disediakan ataupun sekadar memotivasi. Ada hal-hal lain di luar itu yang bisa mendorong anak untuk berprestasi. Salah satunya komunikasi yang efektif.
Selain komunikasi yang positif orang tua juga perlu memastikan bahwa anak tercukupi nutrisinya dengan baik sehingga badan anak pun sehat dan terjaga staminanya. Begitu juga dengan imun tubuhnya yang harus terjaga apalagi dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini.
Mendampingi anak belajar pun menjadi faktor bagi orang tua dalam mendorong anak-anak berprestasi. Saat anak-anak merasa kesulitan ia tahu bahwa orang tuanya bisa diandalkan. Jikalau tak menemukan jawaban yang benar, setidaknya ada diskusi antara anak dan orang tua sehingga anak tidak merasa diabaikan.
Saya tak ingin kecolongan yang kedua kali. Terhadap Adek saya lebih bisa mengontrol sikap. Apalagi Adek laki-laki. Mau tak mau saya harus lebih banyak belajar lagi supaya anak-anak nyaman dan merasa aman dekat orang tuanya.
Dalam pembelajaran di masa pandemi ini mau tak mau segala fasilitas pembelajaran harus disiapkan. Mulai dari telepon seluler maupun laptop harus tersedia. Meski tak harus mahal, namun dua peralatan itu memang sangat dibutuhkan saat ini. Dan saya pun bersiap hunting pembelajaran online untuk Adek karena ia merasa belum cukup mendapatkan pembelajaran dari sekolah yang terbatas.
Pembelajaran Online
Saat ini pembelajaran online begitu banyak pilihan. Satu sama lain memiliki kelebihan dan kekurangan. Saya yakin semua yang ditawarkan bagus. Tinggal preferensi anak yang menentukan bimbingan belajar online yang mana yang nyaman menurutnya.
Beberapa waktu lalu saya membuka website salah satu bimbingan belajar online. Namanya Kelas Pintar. Kelas Pintar menggunakan pendekatan personal melalui metode penyampaian materi yang disesuaikan dengan karakter anak. Anak yang memiliki pola pembelajaran visual, audio maupun kinestetik terakomodasi semuanya.
Yang jarang ditemukan di pembelajaran online lain Kelas Pintar ini mengintegrasikan murid, guru dan orang tua. Bimbingan belajar online ini berfokus untuk menguatkan dan mensinergikan peran guru, sekolah dan orang tua dalam proses pembelajaran siswa dalam sebuah platform.
Platform ini merekam proses belajar siswa untuk digunakan sebagai bahan analisa bagi guru, orang tua dan sekolah dalam memahami karakter, potensi, dan kesulitan siswa dalam belajar.
Ada berbagai solusi yang ditawarkan bagi anak. Ia bisa masuk kelas reguler. Ia pun bisa bertanya pada guru di Kelas Pintar. Dengan mudahnya ia bisa mengakses ribuan soal untuk pembelajaran. Ia pun bisa belajar menggunakan android TV jika sudah berlangganan paket soal.
Untuk guru pun ada solusi untuk kemudahan belajar mengajar. Ada paket untuk penjelasan materi menyeluruh dalam bentuk audio visual, video animasi dan e-book. Ini akan memudahkan guru dalam mencari bahan ajar untuk murid-muridnya di masa pandemi.
Semoga kita dimudahkan dalam mendampingi anak-anak supaya bisa lebih berprestasi ya?