Oktober 2015 - Jurnal Hati Irfa Hudaya

Jumat, 30 Oktober 2015

Cintai negerimu dengan sederhana
Apa sih yang bisa kita lakukan untuk membuktikan nasionalisme kita sekarang ini? Upacara bendera, menyanyikan lagu wajib nasional, atau memakai pakaian adat nasional kita? Apa yang saya sebutkan tadi akan terasa greng banget ketika kita berada di luar negeri. Banyak teman yang bercerita, bahwa ketika mereka berada di negara orang, baru terasa bahwa tempat terindah dan paling nyaman di muka bumi tetaplah Indonesia. Right or wrong, Indonesia is my country. Makanya, teman-teman yang berada di luar biasanya punya kegiatan berkala bertemu dengan teman-teman mereka dari negeri sendiri.
Lalu, kita, ketika berada di Indonesia sendiri, yang mungkin saja mengalami carut marutnya negara. Melihat betapa banyak konflik yang berkepanjangan, warga negara yang mudah saja tersulut provokasi, atau pun bertindak anarkis karena ketidakpuasan. Masihkah ada yang bisa kita lakukan bahwa kecintaan kita pada Indonesia nggak pernah luntur?

Rabu, 28 Oktober 2015

Poligami, surga yang sering disalahpahami
Cr : www.akurasi.id



Kemarin sempet rame ya, tentang postingan seorang muslimah yang mengunggah curahan hatinya di youtube? Muslimah yang usianya belum genap tiga puluh tahun, tapi sudah diberikan ujian yang cukup berat oleh Allah dengan suami berpoligami. Banyak yang simpati, namun juga banyak yang menghujat. Ada yang menyayangkan kenapa juga harus mengumbar aib keluarga, kalau mau curhat ya sama Allah saja. Begitu beberapa komentar yang saya lihat di unggahan itu. Komentar yang mencapai angka seribu lebih. 

Dia tidak berkata-kata, namun hanya tulisan yang ia tulis di kertas dan ditunjukkan kepada audiens. Beberapa tahun yang lalu, saya melihat sebuah unggahan dengan model yang sama dari gadis di belahan eropa sana, Sebuah curahan hati seorang remaja usia lima belas tahun yang dibully oleh teman-temannya karena seseorang mengunggah foto atau video dia yang topless. Dan tak lama setelah mengunggah curahan hatinya, sang gadis kemudian bunuh diri.

Minggu, 25 Oktober 2015

Kelas Inspirasi yang bikin sulit move on (late post)
Sebenarnya cuma penasaran banget sama temen-temen di grup Wasap  Gengers yang ngobrolin tentang Kelas Inspirasi. Setelah tahun kemarin sebagian anggota grup berombongan ngakak-ngikik-ngukuk cerita serunya ikutan Kelas Inspirasi. Tahun ini, yang belum pernah ikutan di grup itu ngedaftar jadi inspirator. Yang kemarin udah ngedaftar jadi inspirator, dua temen lagi rempong jadi fasilitator. Pengen ikutan, tapi kok jauh. Mikir aja kan, week days gitu ninggalin anak-anak keluar kota? 

Pas baca kalau di Magelang ada kelas inspirasi, enggak pake mikir langsung daftar aja setelah sukses ngajak temen IIDN Jogja, Mbak Umi buat ngedaftar jadi inspirator. Penasaran, kenapa mereka yang udah pernah ikutan rata-rata gagal move on. Akhirnya, submit pendaftaran Kelas Inspirasi Magelang, meski nggak kebayang mau kayak apa.

Briefing 20 September 2015 pun masih berasa bingung. Apa gitu yang mau disampein ke anak-anak SD tentang pekerjaan sebagai penulis. Kalau inspirator lain udah jelas banget. Mbak Danty dokter gigi, dan Mbak No'e dosen. Sementara dua inspirator lain, Mas Indras dan Mas Wira belum ketahuan kabarnya. Mbak Nana sebagai fasilitator pun kebagian seksi rempong merempong dalam urusan ini. Langsung deh dibikinin grup wasap baru sama Mbak Nana untuk kelancaran meeting kelompok 13, kelompok kami. O ya, aku satu kelompok sama adek tingkatku kuliah di Bulak Sumur. Dia jadi fotografer di kelompok 13. Namanya Lamia, Adek tingkat jauuuuhhh banget. Soalnya pas aku semester pertama di fakultas itu, Lamia baru lahir. :)

Rabu, 21 Oktober 2015

Tentang TBA (The Beloved Aisyah) jilid 1
Kayaknya kalau aku nulis tentang hal ini , udah late post. Cuma pengen berbagi aja. Biasalah, penulis baru kan biasanya euforia begini. :) 

The Beloved Aisyah, novel pertamaku. Novel yang mampu membuatku pengen jingkrak-jingkrak saking hepinya waktu penerbit ngirim covernya. Meski prosesnya masih lumayan lama, tapi udah heboh sendiri pamer sana sini. 

Ketika buku ini terbit, tiba-tiba ada yang terasa ciut aja pas ngeliat novel yang menumpuk di tobuk-tobuk. Gelisah aja, kira-kira TBA bisa bersaing nggak ya? Apalagi kan sebelumnya sudah ada novel biografi dengan tokoh yang sama. Penulisnya udah terkenal pula. 

Rasanya harap-harap cemas jika nanya ke penerbit berapa hasil penjualannya. Hampir tiap bulan muter ke tobuk, ngecek berapa jumlah TBA yang tersisa. Suami juga direcokin, diminta ngecek ke tobuk-tobuk di Semarang. Tiap adik-adik yang di Sumatera laporan mau ke tobuk, selalu minta tolong ngecek jumlah yang masih tersisa di tobuk. Harapan lumayan mekar, saat seorang temen pemilik tobuk di shopping centre bilang kalau TBA laris di tokonya. Udah bolak balik dianya repeat order. Bikin hidung mekar saking senengnya. 

Euforia selesai. Kembalilah aku ke lepi, ngerjain kewajiban yang sudah seharusnya ditunaikan. Namun di bulan ketujuh, si founder trenlis japri minta norek. Kirim royalti, katanya.

Selasa, 20 Oktober 2015

Starting with Bismillah ...
Bismillahirrahmanirrahiim ...

Mungkin kalimat di atas biasa banget kita ucapkan. Entah hanya sekedar di bibir saja mengucapkan hal itu. Ataupun cukup dalam hati. Entah sekedar retorika semata, atau memang berasal dari lubuk hati terdalam saat kita akan memulai melakukan sesuatu yang baru. Tapi satu keyakinan bahwa ketika memulai sesuatu dengan membaca basmallah, semoga hal baik yang kita mulai akan menuai berkah. Aamiin

Harapanku, kembali ke 'rumah lama', dengan merenovasi di sana sini akan menjadikan satu langkah awal bagiku untuk lebih bisa mempertahankan apa yang selama ini diperjuangkan. 'Rumah' yang simpel dan kalem. Menularkan aura kelembutan, yang dipunyai oleh perempuan manapun. Semoga bisa sedikit ngerem 'pecicilan'ku. :)

Thanks to Fenny yang sudah direpotin sepanjang beberapa hari ini. Sori banget ya Fen, udah bawel bin rempong. Dan mulai hari ini, dengan sepenuh hati dan jiwa aku bertekad memulai hari yang baru setelah hibernasi sekian lama. 

Keep spirit to write, keep on pray ...