Pernah nggak punya temen yang super baik dengan segala perhatiannya? Sering kali ia nampak menjadi seseorang yang bijak luar biasa. Ia menjadi orang yang selalu ada saat kita membutuhkan bantuan.
Akan tetapi sejalan dengan lamanya pertemanan. Ia menjadi orang yang sangat ingin diistimewakan. Sering kali saat meminta bantuan dengan cara mendesak kita sehingga merasa memiliki kewajiban untuk mengutamakan dirinya.
“Cuma kamu yang ngertiin aku. Kamu pasti bisa nolongin. Masalahku kan lebih berat dari masalahmu.”
Ia jadi tak peduli dengan apa yang kita rasakan atau sedang dilalui. Bahkan melakukan playing victim seolah kita yang paling bersalah saat tak menolong dirinya. Tentu saja membuat kita menjadi tak nyaman dan pengen menjauh dari orang-orang semacam ini karena harus menuruti dan mengalah pada kemauannya.
Jika kalian menghadapi orang seperti ini bisa jadi sedang berhadapan dengan pribadi yang manipulatif. Kepribadian manipulatif adalah seseorang yang berusaha mempengaruhi orang lain atau mengendalikan untuk mencapai tujuan yang menguntungkan dirinya sendiri. Sering kali ia menggunakan berbagai strategi yang halus dan tak terlihat sehingga korbannya tak menyadari bahwa dirinya sedang dimanipulasi.
Ciri-ciri Pribadi yang Manipulatif
Berbohong dan memutarbalikkan fakta.
Tidak ada baginya keraguan untuk berkata bohong dan mengubah fakta agar sesuai dengan kehendaknya. Tak ada rasa bersalah sedikitpun ketika kebohongannya terbuka bahkan sering kali menyalahkan korbannya akan apa yang dilakukannya.
Membuat korban merasa bersalah.
Meskipun apa yang dilakukannya merupakan kesalahan ia takkan mengakuinya. Bahkan memojokkan korbannya bahwa yang ia lakukan karena kesalahan yang dilakukan si korban. Tentu saja hal itu akan membuat si korban merasa bersalah dan tidak berharga supaya menuruti kemauannya.
Love bombing
Orang dengan kepribadian yang manipulatif akan berusaha mendapatkan kepercayaan dan ketergantungan korbannya dengan memberikan perhatian yang berlebihan. Itu dilakukan untuk mengikat korbannya supaya tak bisa lepas darinya.
Mengancam dan menekan
Orang ini takkan ragu mengancam atau menekan supaya selalu dituruti kemauannya. ia bisa menggunakan ancaman langsung maupun tak langsung supaya si korban selalu berada dalam pengendaliannya.
Mempermainkan emosi
Seseorang yang manipulatif hanya peduli pada dirinya sendiri. Ia sangat cerdik memanfaatkan perasaan dan pikiran korbannya sehingga menimbulkan kebingungan dan dan keraguan. Ia memanfaatkan empati dan rasa bersalah korban sehingga tak mampu untuk berkata tidak padanya.
Tidak bertanggung jawab
Pribadi yang manipulatif tidak mau mengakui kesalahan atau kekurangannya. Bahkan melempar kesalahannya pada orang lain. Sering kali ia mengalihkan penyebab masalah kepada situasi atau orang lain dan jarang mau mengambil tanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Ia bakal menghindar dari konsekuensi dari tindakannya. Ia bersikap seolah-olah kesalahan ada pada orang lain padahal ia sendiri yang menciptakan masalah tersebut.
Jika yang memiliki kepribadian manipulatif adalah orang di lingkaran luar kehidupan kita tentu saja kita akan mudah untuk menghindari atau langsung cut off. Akan tetapi bagaimana jika pribadi manipulatif itu adalah pasangan kita?
Akan terasa berat jika pasangan kita memiliki kepribadian tersebut. Semestinya sebuah ikatan yang didasarkan oleh cinta kasih dan komitmen serta janji suci terhadap tuhannya memberikan perasaan damai dalam menjalaninya. Namun jika salah satu pihak menjadi duri bagi pihak yang lain bagaimana kehidupan itu akan dijalani?
Bagaimana mengenali tanda bahwa pasangan kita manupulatif atau tidak
Menyalahkan dan membuat merasa bersalah
Jika pasangan sering menyalahkan atas masalah yang terjadi bahkan masalah yang bukan kesalahan kita ini merupakan tanda-tanda yang perlu diwaspadai. Ia akan membuat kita merasa bersalah dan harus bertanggung jawab terhadap apa yang tak kita lakukan. Misalnya seorang suami yang selingkuh menyalahkan bahwa perselingkuhan terjadi karena kekurangan istri dalam menjalankan kewajibannya.
Mengontrol secara berlebihan
Apabila pasangan sudah membatasi interaksi dengan keluarga meskipun keluarga baik-baik saja. Membatasi pertemanan yang memberikan support. Memaksa untuk selalu mempercayai meski pada kenyataannya ia tak bisa dipercaya dengan perbuatannya.
Tidak menghargai pendapat dan perasaan kita
Sakit sekali rasanya jika pasangan kita tak mendengar pendapat atau abai terhadap perasaan kita. Bahkan sering kali seorang pasangan yang manipulatif akan merendahkan dan tak peduli apa yang kita rasakan. Merasa semua yang keluar dari mulutnya adalah yang terbaik dan tak memberikan ruang bagi kita untuk berdaya. Sering kali orang manipulatif ini melakukan kekerasan emosional seperti gaslighting, menyalahkan, mengancam, menghina, atau menggunakan cinta sebagai alat manipulasi.
Sering berbohong dan membuat janji palsu
Kebohongan yang awalnya hanya kecil lalu membesar. Janji-janji yang tak ditepati, hanya untuk menyenangkan kita. Ia yakin bahwa kebohongan dan janji palsunya akan dimaafkan makanya ia melakukan hal itu secara berulang.
Dampak jika memiliki pasangan yang manipulatif
Apabila seseorang memiliki pasangan yang manipulatif setangguh apapun ia akan mengalami gangguan kesehatan mental seperti depresi, gangguan kecemasan, dan bisa jadi mengalami trauma. Bisa jadi ia akan kehilangan kepercayaan diri karena sering disalahkan atau direndahkan. Ia juga akan merasa tidak berdaya karena pembatasan yang begitu kuat dari pasangan. Perasaan terjebak dan tak punya pilihan lain membuatnya merasa tak bisa pergi.
Apa yang bisa dilakukan?
Orang yang manipulatif takut kehilangan kontrol terhadap orang atau situasi yang ada di bawah kendalinya. Mereka khawatir jika orang berpikir jernih dan tak lagi berada di bawah kendalinya. Mereka sebenarnya takut ditinggalkan dan tak diterima karena mereka merasa tak cukup berharga.
Sebagai manusia yang berdaya apabila pasangan kita memiliki kepribadian yang manipulatif maka perlu tindakan untuk melindungi diri dan mulai bersikap dan bertindak.
- Berikan batasan yang jelas dan komunikasikan bahwa ia tak boleh melanggar batasan yang sudah kita tetapkan.
- Carilah dukungan dari teman, keluarga dan profesional yang akan memberikan pandangan yang lebih netral dalam menghadapi permasalahan ini.
- Relationship yang sehat itu harus diusahakan. Namun jika hanya satu pihak yang melakukan tentu saja sangat berat untuk ke depannya. Perlu rasanya mengevaluasi untuk mencari jalan keluar atau bertahan di dalamnya.
Setiap manusia berhak memiliki perasaan aman dan nyaman dalam sebuah ikatan. Penghargaan yang tulus dari pasangan akan membuat kedua belah pihak memiliki kekuatan untuk bertahan. Namun jika rasa cinta yang dimiliki hanya akan merusak kesehatan mental dan emosional rasanya kehidupan sakinah mawaddah warrahmah semakin jauh. Ada baiknya kembali berhitung. Selamanya itu tak sebentar.