Assalamualaikum temans,
Sejak anak-anak berada di Kelompok Bermain, saya berusaha menemukan apa yang menjadi bakat kedua anak saya. Saat anak-anak usia balita belum terlihat apa yang benar-benar disukai. Keduanya masih mengikuti apa yang menjadi arahan saya ketika melakukan hal-hal yang menyenangkan untuk mengeksplorasi kemampuan anak-anak.
Sampai kemudian keduanya di usia SD. Saya menemukan bakat si Kakak. Sejak kecil dia sangat menyukai buku. Bacaannya beragam. Mulai dari pengetahuan umum hingga fiksi. Lama lama saya melihat kecenderungannya menyukai bacaan fiksi. Di luar membaca, ia juga suka menulis cerita. Cerita-cerita sederhana saja sebenarnya. Menulis ulang dari apa yang ia baca atau bercerita tentang kesehariannya. Beberapa kali saya ikutkan lomba belum menuai hasil.
Ketika ia berada di bangku SMP klas tujuh ia mengikuti seleksi Akademi Remaja Kreatif Indonesia (ARKI) yang diadakan Kemdikbud. Ternyata ia lolos. Prestasi tertingginya sebagai finalis kepenulisan skenario. Ia pun berangkat ke Jakarta untuk mengikuti serangkaian acara ARKI. Kebiasaan menulisnya tetap dilakukan. Hingga di bangku SMA klas 10 ia menulis naskah tentang motivasi remaja dan naskahnya diterbitkan oleh penerbit nasional saat ia klas 11. Buku motivasi remaja islami itulah menjadi karya pertamanya.
Sementara Si Adek begitu aktif kinestetiknya. Ia suka dengan kegiatan luar ruang. Memang ia juga suka membaca. Namun rasa sukanya pada buku tak sebesar kakaknya. Semakin lama ia terlihat lebih menyukai kegiatan olah raga. Beberapa kali ia lolos menjadi tim futsal sekolah dan bertanding di mengikuti berbagai kejuaraan. Suatu saat, ia mengikuti seleksi sekolah untuk mengikuti lomba tapak suci. Ternyata ia lolos dan mengikuti kejuaraan di berbagai tingkat. Sampai kemudian ia menjadi juara 1 lomba tapak suci se kabupaten Magelang. Ia pun mewakili Tapak Suci untuk mengikuti lomba Pencak Silat untuk Pekan Olah Raga Daerah dan mendapat peringkat III se Kabupaten Magelang saat di SD maupun SMP.
Jadi orang tua emang kudu sabar mengeksplorasi kemampuan anak-anak. Dan saya suka banget kalau ada sekolah yang support banget dalam mengeksplorasi minat dan bakat siswa dan siswinya.
Talent Bazaar di Yogyakarta Independent School.
Setiap kali berkunjung ke Yogyakarta Independent School selalu saja ada yang baru buat saya. Beberapa bulan lalu saya sempat melihat pembelajaran sains dan multikultural melalui kegiatan memasak. Kali ini sekolah internasional di Yogyakarta tersebut mengadakan talent bazaar. Penasaran nggak ada apa di talent bazaar ini?
Talent bazaar adalah sebuah kegiatan bersama antara anak dan orang tua. Kegiatan ini dibuat sebagai penutup ujian akhir tahun akademik untuk anak-anak yang berada di Middle Years Programme. Selain itu talent bazaar menjadi salah satu kegiatan untuk memperkuat ikatan antara orang tua dan anak, juga mempererat civitas akademika Yogyakarta Independent School.
Pada kesempatan ini YIS memberikan ruang kepada semua yang tergabung dalam keluarga Yogyakarta Independent School untuk memperlihatkan minat dan bakat anak-anak serta berbagai kreasi. Mereka pun bisa mengumpulkan dana untuk kegiatan amal.
Siswa, guru dan orang dua pun didorong untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini. Mereka mengisi stan-stan yang disediakan baik secara individu maupun kelompok. Mereka bisa memamerkan dan menjual produk yang mereka buat.
Ada berbagai macam produk yang dijual di talent bazaar tersebut. Ada makanan, minuman, asesoris, buku, mainan, pakaian, bahkan saya melihat ada yang menjual semacam bonsai. Semuanya antusias ketika melakukan berbagai persiapan pagi itu. Dari sekolah menyediakan meja dan kursi untuk masing-masing booth. Mereka pun menghias dan memberikan berbagai properti untuk menarik hati calon konsumen.
Pelaksanaan Acara Talent Bazaar Yogyakarta Independent School
Saat sampai di sekolah internasional ini saya disambut oleh gerbang dengan balon-balon yang cukup meriah. Beberapa siswa dan orang tua sedang menata booth-booth yang sudah disediakan. Masuk ke area event saya sudah merasakan vibes dari kemeriahan talent bazaar ini.
Saya senang melihat antusiasme anak-anak berpartisipasi dalam acara ini. Entah dari anak-anak yang tergabung di Primary Years Programme sampai anak-anak yang berada di Diploma Programme sibuk mempersiapkan apa yang akan mereka tampilkan.
Acara dimulai jam 09.00. Penampilan dance dari anak-anak PYP grade 4 membuat acara jadi lebih meriah. Tiga dance dengan lagu-lagu dari Korea menghangatkan suasana. Salah satunya yang sedang viral yaitu Flower dari Jisoo Black Pink membuat beberapa anak dan orang tua bersorak. Diselingi permainan drum dari anak PYP yang mendapatkan applause dari siapapun yang berada di sana.
Setelah itu bazaar dibuka. Para orang tua saling membeli produk anak-anak. Begitu juga anak-anak yang kelihatan excited jajan produk yang dijual temannya. Saya pun ikut larut dalam kegembiraan hari itu. Senang melihat Jian dan Soo Min yang cekatan membuat fruit snacks. Tertawa geli melihat Natyo, Paarth dan Jeevan sibuk membuat burger. Anak-anak ini menyusun burger saking excitednya menumpuk keju slice sampai tiga helai.
Ada Sinyo dan Priyanka di booth tarot. Ternyata cukup rame booth ini. Anak-anak remaja bergantian dibaca nasib percintaannya. Bahkan saya lihat ada orang dewasa pun yang dibaca nasibnya di booth ini. Si pembaca kartu tarot pun maksimal aksinya. Kostum dan make up mendukung banget penampilannya.
Anak-anak yang tak terbiasa jajan pun terlihat begitu hepi belanja dari satu booth ke booth yang lain. Saling membeli antar pemilik booth. Dengan uang sepuluh ribu rupiah mereka bisa mendapatkan produk yang ada di sana.
Hasil dari Talent Bazaar ini sebanyak 10% didonasikan ke Yayasan Hati Gembira Indonesia. Organisasi Nirlaba ini bergerak memperjuangkan pendidikan untuk anak-anak yang berada di daerah tertinggal. Ini menjadi bagian dari MYP Service as Action and DP CAS (Creativity, Activity, Service) dalam belajar melakukan kebaikan. Meskipun ini adalah hal kecil, namun akan menimbulkan manfaat yang besar buat orang lain.
Sebuah pembelajaran bagi anak-anak Yogyakarta Independent School untuk selalu memberikan makna di setiap aktivitas. Mereka belajar untuk berkreasi, membuat inovasi namun juga belajar berempati bagi mereka yang membutuhkan.