Assalamualaikum Temans,
Liburan begini rasanya tipis
harapan saya, Kakak dan Adek untuk bisa berlibur. Namun kami maklum banget. Akhir
tahun begini adalah hari-hari tersibuk untuk Ayah. Sudah hampir 12 tahun
kami tak pernah merasakan liburan akhir tahun. Lha gimana mau berlibur? Tanggal
31 Desember itu jadi hari keramat bagi pengabdi perbankan seperti si Ayah. Ngantor
bahkan bisa sampai lebih dari 12 jam.
Tapi dinikmati sajalah. Hikmah
dari segala ketiadaan waktu buat kami di akhir tahun adalah tak mengeluarkan
banyak biaya untuk liburan. Kami juga nggak harus kena macet yang bikin bete
orang se Indonesia Raya di perjalanan. Paling
pol makan-makan berempat doang di tanggal 1 Januari karena si Kakak ulang
tahun.
Karena sudah tahu kalau kami
nggak akan kemana-mana di akhir tahun, si Ayah sering ngajak kami jalan sekedar
menghilangkan penat. Paling sering sih mengunjungi sawah peninggalan orang tua
yang tak jauh dari rumah. Kadang ikutan metikin hasil tanam, atau ikutan
menanam padi. Meski nantinya dicabutin lagi sama si penggarap sawah karena
nggak karuan alurnya.
Dua minggu lalu, ayah mengajak kami
jalan ke Balkondes BNI di area Wanurejo Borobudur. Beberapa perusahaan
membangun Balai Ekonomi Desa di area itu sebagai salah satu alternatif
destinasi wisata dengan di kelola oleh desa setempat.Di tempat itu, kami bisa
melihat Candi Borobudur dari kejauhan. Melihat postingan teman-teman saya yang
pernah berkunjung mereka menunggu sunset di Balkondes tesebut.
Bisa ngapain aja di Balkondes
BNI?
Beberapa perusahaan sudah
mempergunakan Balkondes sebagai area outbound. Dua pendopo, satu bangunan utama
dan tanah yang masih lumayan lapang berbentuk huruf L memungkinkan kita membawa
anak-anak untuk bermain di sana. Apalagi di sana kita juga bisa menemukan
beberapa permainan anak-anak seperti dakon, hulahop, bakiak raksasa, dan mainan
anak-anak lain yang terbuat dari bambu misalnya kitiran.
Ada juga dua buah egrang yang
bisa dipakai untuk mengetes keseimbangan kita. Melihat egrang membuat saya
merasa kembali ke masa kanak-kanak. Jaman saya kecil sering banget main egrang
bareng temen-temen di kampung.
Saya nyobain main egrang langsung
jatuh. Badan sudah nggak lentur lagi kayaknya. Beda banget sama Adek yang
sekali dipegangin terus bisa jalan pakai egrang kemana-mana. Ayah dan Kakak pun
mencoba main egrang, namun tetap nggak ada deh yang bisa ngalahin Adek.
Yang menjadi favorit Kakak saat
di sana adalah kami bisa main jemparingan
(panahan jawa). Ada satu busur panah dan papan target yang bisa digunakan secara
bergantian. Saat kami di sana memang antri agak lama untuk bisa main panahan.
Saya baru sekali itu mencoba
jemparingan. Meski tak begitu berat busurnya, namun agak kesulitan juga untuk
bisa memasang anak panah di busurnya saat pertama kali menggunakan. Kayaknya sih
udah bener narik tali busur sampai ke telinga. Begitu di lepas, eh ... anak
panahnya nggak mau melesat. Ternyata ada teknik-teknik tertentu saat memanah.
Lagi-lagi Adek juaranya untuk
aktivitas fisik. Kata Adek kalau anak panahnya ingin melesat, maka memanahnya diarahkan
sedikit lebih ke atas. Meski nggak berada tepat di tengah-tengah papan target,
tapi anak panah yang dilesatkan Adek bisa menancap nggak jauh dari tengah
target.
Sore itu kami bisa sepuasnya main
jemparingan karena pengunjung sudah mulai banyak berkurang. Anak-anak muda yang
berkunjung di Balkondes lebih tertarik pada spot wifi dan fotografi. Di tempat itu kami benar-benar
menyimpan gadget. Memakai gadget sekedar untuk foto-foto doang. Waktu bersama
keluarga pun berkualitas banget.