Agustus 2014 - Jurnal Hati Irfa Hudaya

Kamis, 14 Agustus 2014

Peluk untukmu anakku ...
Bismillahirrahmanirrahiim..
Kali ini aku mengawali tulisanku dengan bacaan basmallah. Karena aku ingin apa yang aku tulis bukanlah ledakan emosi semata atau rasa benci. Tidak. Aku menuliskan ini dengan pikiran jernih dan pertimbangan yang matang. Aku memilih untuk menulis di rumah mayaku ini sebagai katarsis untuk mengalirkan rasa yang terasa menyesakkan.

Aku sering membaca kasus kekerasan yang dialami anak di sekolah, baik yang dilakukan oleh guru maupun sesama siswa. Aku merasa gemas, namun bisa mengerti, tak mungkin pihak sekolah mampu mengawasi anak satu persatu. Bukan berarti aku bisa mengerti jika ada pendidik yang melakukan kekerasan pada muridnya. Meski beban pendidik seberapa besar sulitnya. Seorang guru harus mempunyai anger management yang baik untuk mengatasi polah tingkah anak-anak. Karena setiap anak itu istimewa. Lagipula, ketika seseorang sudah memilih menjadi pendidik, menurutku ia sudah memilih untuk mempunyai kesabaran tingkat dewa.

Hari Selasa yang lalu. Aku diberitahukan seseorang tentang kekerasan yang dialami anakku. Aku tak yakin akan hal itu, karena Lilo sama sekali tak bercerita. Namun sejujurnya ada selintas kekhawatiran akan kebenaran tentang hal itu. Ada sedikit perubahan tingkah lakunya. Namun aku menepis pikiran buruk itu. Lilo tidak cerita. Biasanya, apapun yang terjadi di sekolah ia akan bercerita. Bahkan sampai kesalahannya pun ia bercerita.

Minggu, 10 Agustus 2014

Tanya hati
Lagi marak nih istilah jilboobs. Ga perlu dijabarin lagi lah ya, kita semua udah tau apa artinya. Apalagi sering tuh, muncul di timeline fb kita tentang teman-teman kita yang nulis status, update foto, atau share link tentang jilboobs. Bahkan sekilas, aku juga pernah lihat ada buku yang ngomongin tentang itu.

Bukannya aku tak setuju dengan apa yang sudah wara wiri di timeline ku. Namun juga sebuah pertanyaan yang muncul di hati kita. Dalam agama kita, Agama Islam memang setiap umatnya diwajibkan untuk menyampaikan dakwah kepada orang lain walaupun hanya satu ayat. Dan buatku, berdakwah kan tak cuman bi lisan, tapi juga bil hal dimana kita berdakwah melalui perilaku kita sehari-hari. Dan mungkin juga, aku belum layak juga untuk berdakwah karena perilakuku pun masih sangat jauh dari sempurna. Hanya saja, setiap manusia selalu ingin menjadi yang lebih baik bukan?

Aku juga bukan manusia yang sempurna meski aku sudah memakai jilbab dan mengulurnya sampai dada. Aku juga masih jauh dari kata syar'i ketika saat ini aku sedang belajar memakai rok untuk keseharianku. Aku sedang belajar mengenakan gamis saat aku menghadiri taklim atau ke masjid untuk beribadah. Aku sedang berusaha menjadi manusia baik, terutama untuk diriku sendiri.

Sabtu, 02 Agustus 2014

Pokoknya tulis aja...
sumber gambar www.langevin.com
Bulan Syawal baru juga seminggu. Tapi kayaknya udah cukuplah saya bergembira di Idul Fitri kemarin. Saya rasanya udah pegel liburan melulu. Pegel badan dan pegel dompet tentunya. Sudah saatnya nih kudu ngisi pundi-pundi yang kemarin terkuras habis karena ada pengeluaran-pengeluaran tak terduga, misalnya, tiba-tiba mobil macet dan tuinggg... ngeluarin ATM lagi.