September 2016 - Jurnal Hati Irfa Hudaya

Kamis, 29 September 2016

Delapan penulis yang berjasa dalam kehidupan menulis saya
Assalamualaikum Temans,

Membaca tulisan Mbak Dian Kristiani dalam artikel di blog nya“People On Socmed, Siapa yang mempengaruhiku” membuat saya terinspirasi untuk menuliskan hal serupa. Saya ingin berterima kasih kepada mereka yang bagi saya berjasa dalam kehidupan menulis saya. Mereka yang saya temui di dunia nyata maupun sekedar bicara di media sosial. Here the names who I want to mention.

1. Aan Wulandari

sumber: www.penerbitbip.id

Saya memanggilnya Dik Aan. Ia adalah seorang penulis buku bacaan anak. Saya mengenalnya sudah sangat lama. Selain karena kami sama-sama satu SMA, orang tua kami pun dulu bekerja di kantor yang sama. Dari garis Bapak kami mempunyai kekerabatan.

Apakah hanya itu? Tentu tidak. Ia tahu saya suka menulis. Ia yang pertama kali membaca tulisan saya, kemudian menyemangati untuk terus menulis. Ia mengajak saya bergabung dengan IIDN Semarang. Betapa mindernya saya, ketika mengetahui penulis-penulis hebat bergabung di sana. Namun Dik Aan tetap menyemangati. Ia memberikan banyak informasi tentang berbagai audisi antologi. Meski beberapa kali gagal, ia tetap percaya bahwa saya pasti mampu.

Kamis, 22 September 2016

Ketika anak terpapar pornografi
Assalamualaikum ...
Bismillahirrahmaanirrahiim. Saya ingin berbagi cerita. Saya harus berpikir lama untuk mengambil keputusan berkata ‘ya’ kepada diri sendiri. Karena pada awalnya saya menganggap ini adalah sebuah aib. Namun ketika waktu berjalan dua tahun, banyak teman yang mempunyai pengalaman yang sama, serta perkembangan yang bagus, saya terdorong untuk berbagi dengan teman-teman semua.

Si Kakak pernah terpapar pornografi. Itu terjadi dua tahun yang lalu ketika ia masih duduk di bangku klas 6 SD. Sebenarnya saya termasuk ibu yang ketat terhadap penggunaan internet dan ponsel. Saya selalu mengatakan kepada anak-anak jika ponsel bisa didapat jika mereka sudah duduk di bangku SMP. Tentang penggunaan internet pun sangat saya batasi. Kakak dan Adik punya jatah satu hari untuk mengakses internet selama tiga jam. Itu pun dengan pengawasan saya karena laptop berada di ruang keluarga. Sejauh itu saya merasa sangat aman. Apalagi melihat history di laptop tak ada yang mengkhawatirkan.

Satu hari, saat saya bersih-bersih kamar si Kakak. Saya menata letak buku yang berantakan di meja belajarnya. Sebuah buku tulis berwarna pink tiba-tiba saja menarik perhatian saya. Saya sisihkan buku itu, kemudian membukanya setelah selesai merapikan buku si Kakak.

Saya mengenali tulisan Kakak. Mencermati tulisan Kakak yang semakin bagus pilihan diksinya. Namun ketika sampai di halaman ketiga tangan saya gemetaran. Ia menuliskan sesuatu yang tak pernah saya bayangkan. Saya mual. Saya seperti membaca buku stensilan di masa remaja saya. Seperti tulisan Anny Arrow yang sempat saya baca tiga paragraf berpuluh-puluh tahun yang lalu. Sebuah buku yang membuat saya mau muntah ketika membaca tak genap satu halaman di masa lalu.

Senin, 19 September 2016

Menjawab pertanyaan pra-remaja tentang mimpi basah
Ketika saya melihat lingkungan serta hal-hal yang terjadi di sekitar kita mengenai  remaja  kekinian, rasanya ngeri-ngeri sedap membayangkan seperti apa lingkungannya sepuluh tahun ke depan. Saat ini mendengar cerita si Kakak tentang teman-temannya kadang membuat saya ngeri.  Sulit membayangkan anak gadis seusia si Kakak sudah berpacaran, bahkan sampai kelewat batas.

Dengan si Kakak, saya lebih mudah ngobrolin akhlak maupun adab karena kami sama-sama perempuan. Saya lebih mudah ngobrol tentang kekonyolan yang saya lakukan di usianya, atau hal-hal yang boleh dan tidak dilakukan untuk menjaga pergaulan.  Selain karena sudah lebih dewasa pemikirannya dibanding beberapa waktu yang lalu, dia tak sungkan untuk bertanya apapun ke saya, apalagi yang ada kaitannya dengan seksualitas. Saya mengikuti sejauh apa si Kakak mengetahui, serta menjawab pertanyaan dengan bahasa yang mudah ia pahami. Meski menyusun kata untuk memahamkan si Kakak juga bukan hal yang mudah. Namun sejauh ini, menurut saya sudah berjalan baik.

Nah ... gimana nih dengan si Adik? Bungsu saya yang usianya baru 10 tahun, laki-laki pula, kadang bertanya hal-hal yang saya nggak paham. Contohnya, ketika saya ditanya bagaimana rasanya mimpi basah, saya harus berpikir lama sebelum menjawab, “Bagaimana kalau Adik tanya Ayah?”

Rabu, 07 September 2016

Tips Memilih Sajadah Berkualitas untuk Mendukung Ibadah

Ternyata MatahariMall tidak hanya menjual baju kokopria online saja. Ada pula jenis busana muslim lainnya yang tidak kalah menarik dari baju koko. Bahkan para pria dan wanita juga bisa memilih aneka jenis sajadah yang ada di toko online terpercaya tersebut. Bila sajadah di rumah mulai usang karena telah digunakan sejak lama, maka sudah saatnya untuk membeli sajadah baru.

Sebelum membeli sajadah baru, yuk ikuti dulu beberapa tips ini agar bisa mendapatkan sajadah berkualitas.

Memilih Warna Sajadah Sesuai Selera
Tidak ada ketentuan khusus untuk memilih warna sajadah. Pada umumnya warna-warna sajadah yang lebih gelap menjadi pilihan banyak orang karena tidak mudah kotor. Namun sajadah berwarna terang pun tidak kalah menarik untuk dimiliki. Sehingga kita bisa beribadah secara lebih bersemangat dan khidmat dengan sajadah kesayangan.