Harusnya saya menulis
tentang hal ini dua bulan yang lalu ketika kisah ini baru saja terjadi. Namun
setiap kali kalimat baru terangkai beberapa saja, saya sudah meneteskan air
mata. Merinding setiap kali mengingatnya. Mungkin sampai tiga kali saya
menyampaikan kisah ini kepada Anya, gadis kecil saya. Untuk menggugah semangat.
Untuk memahami arti sebuah ketegaran.
Sebuah kisah yang menginspirasi.
Bukan dari laki—laki atau perempuan dewasa yang membuat hati saya tergetar. Namun
seorang remaja putri yang usianya belum genap lima belas tahun. Gadis itu,
kakak kelas Anya. Putri sahabat saya yang telah berpulang beberapa waktu lalu.
Sang pembawa kesetiaan bermata
indah seperti batu safir. Kira-kira begitulah kalau saya mengartikan namanya.
Saat usianya belum genap 1 tahun, ia mengalami kelainan di kepalanya. Bocah
lincah itu bisa saja merangkak dengan ceria tiba-tiba pingsan tanpa ada
tanda-tanda. Dokter mengatakan bahwa ada beberapa syaraf yang terendam cairan
di dalam kepalanya. Dan di usianya yang
belum genap 2 tahun pun ia harus berada di meja operasi.