Juli 2016 - Jurnal Hati Irfa Hudaya

Minggu, 31 Juli 2016

Belajar ketegaran dari seorang remaja
Sumber: twitter @AinNadiaSafira

Bismillahirrahmaanirrahiim.
Harusnya saya menulis tentang hal ini dua bulan yang lalu ketika kisah ini baru saja terjadi. Namun setiap kali kalimat baru terangkai beberapa saja, saya sudah meneteskan air mata. Merinding setiap kali mengingatnya. Mungkin sampai tiga kali saya menyampaikan kisah ini kepada Anya, gadis kecil saya. Untuk menggugah semangat. Untuk memahami arti sebuah ketegaran.

Sebuah kisah yang menginspirasi. Bukan dari laki—laki atau perempuan dewasa yang membuat hati saya tergetar. Namun seorang remaja putri yang usianya belum genap lima belas tahun. Gadis itu, kakak kelas Anya. Putri sahabat saya yang telah berpulang beberapa waktu lalu.

Sang pembawa kesetiaan bermata indah seperti batu safir. Kira-kira begitulah kalau saya mengartikan namanya. Saat usianya belum genap 1 tahun, ia mengalami kelainan di kepalanya. Bocah lincah itu bisa saja merangkak dengan ceria tiba-tiba pingsan tanpa ada tanda-tanda. Dokter mengatakan bahwa ada beberapa syaraf yang terendam cairan di dalam kepalanya.  Dan di usianya yang belum genap 2 tahun pun ia harus berada di meja operasi.

Minggu, 24 Juli 2016

Berdamai dengan kolesterol
sumber: www.hariansehat.com
Selamat pagi sahabat,
Ini masih bulan Syawal kan? Tak ada salahnya kalau saya ngucapin Taqobalallahu minna wa minkum, syiamana wa syiamakum. Kullu aamin wa antum bi khaiir. 

Nah, saya pengen cerita pengalaman saya dua tahun lalu. Pasca lebaran, saya kembali ngebut ngerjain novel kedua. Udah gitu kukis di rumah masih banyak pula. Sebelumnya konsumsi makanan waktu lebaran kacau banget dengan santan dan teman-temannya. Di tambah lagi kukis yang menggoda di mata dan mulut melambai-lambai minta disantap. 

Saya nggak pakai perhitungan lagi deh. Demi DL yang sudah di depan mata akhirnya ngerjain novel nggak kira-kira. Jari-jari ini bergantian antara ngetik dan ngambil kukis. Belum lagi ditambah kopi buat ganjel mata supaya bisa melek sepanjang malam. 

Sebenarnya udah kerasa kedua bahu saya sakit kayak ditusuk-tusuk. Lain hari kerasa bahu kesemutan dan tangan rasanya tebel banget. Cuma nggak dirasain. Ditambah lagi Ibuk serangan stroke dan harus masuk ICU. Nggak ada kontrol apapun terhadap asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh. Sampai kemudian Ibuk sedo lalu ngurusin administrasi ke rumah sakit, taspen, bank dan lain-lain. Dua minggu setelah Ibuk sedo, saya baru ngerasain tubuh saya nggak sehat.