Keberanian Iras Film untuk
memproduksi kisah Nyai Walidah atau lebih kita kenal dengan sebutan Nyai Ahmad
Dahlan patut diacungi jempol ditengah maraknya film-film Hollywood serta film
nasional bergenre komedi dan romance yang wara wiri di cineplex Indonesia.
Semangat memberikan film yang tak hanya sebagai tontonan namun juga menjadi
tuntunan patut diapresiasi setinggi-tingginya.
Keterlibatan insan-insan seni
dalam film ini, diluar para pemain saya hanya mengenal Dyah Kalsitorini
penggiat literasi yang saya kenal namanya sejak saya remaja. Beliau sudah
menulis ratusan cerpen dan puluhan buku yang diterbitkan penerbit besar di
Indonesia. Saat ini beliau lebih banyak berkecimpung menulis naskah FTV. Selebihnya saya masih asing membaca nama-nama mereka.
Namun itu tak masalah bagi saya.
Saya ingin mengenal Nyai Ahmad Dahlan lebih jauh. Selama ini meski tak begitu
aktif di Aisyiyah, saya mengagumi akan sosok founder dari organisasi perempuan Islam yang pertama di Indonesia.
Keingintahuan saya mengenal sosok pendamping pendiri salah satu organisasi
Islam terbesar di Indonesia ini makin tinggi saat membaca novel biografi Kyai
Ahmad Dahlan, “Bara Yang Tak Padam” karya salah satu teman saya, Haidar
Musyafa.