Oktober 2020 - Jurnal Hati Irfa Hudaya

Jumat, 23 Oktober 2020

Grand Launching Antologi Pulih


Assalamualaikum temans, 
Setiap orang memiliki luka dalam dirinya. Luka yang terkadang memang disimpan diam-diam. Luka yang tak ingin diketahui siapapun. Luka yang diharapkan menutup seiringnya waktu. 

Namun ada pula luka yang semakin lama menyesakkan hati. Semakin diharapkan sembuh namun yang terjadi sebaliknya. Semakin hari terasa perihnya. Seperti luka menganga yang ditabur garam. 

Terkadang, di posisi seperti itu harus memasang topeng bahwa semuanya baik-baik saja. Harus menyembunyikan tangis dibalik senyum dan tawa. Pura-pura baik-baik saja sementara lubang di hati makin membesar. Seolah-olah menjadi manusia tiada tanding sementara kenyataannya makin merapuh. 

Saat yang terasa sesak itu seperti hendak meledak. Pada akhirnya butuh tempat untuk mengalirkan perasaan. Berharap pertahanan diri tak melebur. Bendungan dalam diri tak jebol karena rasa sakit yang semakin mendesak untuk diuraikan. 

Manusia, siapapun dia harus sehat jiwa dan raga. Supaya tak hanya 'tampaknya' baik-baik saja. Jika memang sudah merasakan bahwa jiwanya butuh penyembuh. Maka segeralah mencari penawar bagi luka hati yang masih terbuka. 

Pilihan ada di tangan masing-masing manusia bagaimana cara memulihkan hati. Bagaimana seseorang berproses dalam memperbaiki kepingan hati yang terserak. Bisa jadi takkan sama. Takkan menjadi seutuhnya seperti di masa lampau. Namun semua itu memang harus dilalui. 

Latar Belakang Penulisan Antologi Pulih 


Ada banyak cara untuk menyembuhkan luka hati. Salah satunya adalah menulis. Alm BJ Habibie saat kehilangan istrinya pun menulis sebagai katarsis dari lukanya. Saat kehilangan Ibuk saya pun menulis untuk menghilangkan sesak dan penyesalan meski tak seratus persen mampu menyembuhkan. Selalu saja ada luka tertinggal yang hanya bisa diobati dengan waktu. Namun setidaknya beban berat itu dapat diletakkan di satu tempat meski tak sepenuhnya dilepaskan. 

Memang ada banyak cara memulihkan ruang hati. Namun dengan menulis kita tak hanya melepaskan kesedihan, namun juga membagi hal positif. Saat berbagi hikmah, insya Allah mampu memberikan inspirasi bagi orang lain. Saat yang kita lakukan memberi manfaat untuk orang lain, tentunya satu persatu kebahagiaan yang datang mampu menjadikan penawar bagi luka di hati. 

Menulis di blog atau media sosial bisa menjadi jalan bagi siapa saja untuk berbagi. Saat menulis di berbagai platform media sosial sering kali bisa menjadi jalan bagi sang penulis untuk mengurangi beban di hati. Ternyata hal ini tak luput dari perhatian mbak Widyanti Yuliandari selaku ketua Ibu Ibu Doyan Nulis Pusat. 

Banyak tulisan teman-teman di media sosial menyiratkan tentang kesedihan atau kegundahan hati. Bisa jadi itu adalah permasalahan yang sedang dihadapi. Jika setiap orang memendam permasalahan, bukankah itu akan mempengaruhi kesehatan mentalnya? Pengamatan yang dilakukan itulah memunculkan ide menulis buku antologi bertema mental illness. 

Sebuah penulisan tentang masalah kejiwaan, tentunya harus ada pendampingan supaya para penulis antologi ini mendapatkan sesuatu. Bagi para penulis, ketika masalah diungkap, ada dua hal kemungkinan yang terjadi. Yang pertama bisa menjadi katarsis, sementara yang kedua bisa menjadi masalah baru. Karena terkait dengan kesehatan jiwa maka IIDN Pusat pun bekerjasama dengan konselor untuk mendampingi penulis yang nantinya terpilih menjadi kontributor. 

Saat diumumkan audisi naskah ini, atensi dari anggota pun bagus. Banyak naskah yang masuk sehingga makin beragam kisah yang bisa dihadirkan dalam antologi ini. 

Grand Launching Antologi Pulih


17 Oktober 2020, melalui zoom meeting mulai jam 19.00-21.00. Saya telat sebentar sih, kelupaan karena ngobrol dengan anak-anak. 

Ada tiga narasumber dalam acara Bincang Pulih ini. Yang pertama tentu saja mbak Widyanti Yuliandari selaku ketua IIDN Pusat kemudian dr. Maria Rini I, Sp. Kj seorang psikiater dari Surakarta dan mbak Intan Maria Halim, S.Psi, founder Ruang Pulih. 

cr : Nyi Penengah Dewanti


Di awal acara mbak Wid membincangkan tentang bagaimana awal mula tema dan seleksi naskah antologi ini. Terpilih 25 kontributor yang merupakan anggota dari IIDN. Kisah-kisah ini terdiri dari berbagai latar belakang. Ada yang bercerita tentang apa yang terjadi pada diri sendiri. Ada pula yang bercerita tentang kisah orang lain. Kisah-kisah yang dituliskan pun ada yang sudah selesai melalui segala permasalahan, namun ada pula yang masih menjalani. 

Kontributor pun dibagi menjadi dua kelompok yaitu yang sudah benar-benar pulih dan yang belum selesai. Bagi mereka yang masuk dalam kelompok belum selesai maka ada pendampingan dari dr. Maria dan mb Intan. 



dr. Maria berbagi ilmu tentang peran serta komunitas dalam membangun kesehatan mental. Manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk memberikan dan mendapatkan. Apa yang diberikan dan didapatkan? Ya, cinta dan perhatian. 

Komunitas bisa berkontribusi dan berperan aktif dalam menjaga kesehatan mental para anggotanya. Saling berbagi cerita pun sudah menjadi bagian dalam mendukung anggotanya. Kegiatan-kegiatan positif yang dilakukan pastinya akan membuat anggota pun aktif mengikutinya. 

Setiap manusia berhak untuk mendapatkan kesehatan jiwa dan raga. Hal itu harus diupayakan.

Menurut mba Intan Maria Halim trauma yang kita miliki bukanlah kesalahan diri kita. Hanya saja ikhtiar untuk mengobati hati dan pulih merupakan tanggung jawab masing-masing. Setiap orang memiliki penyelesaian dari setiap masalah. Itu ada dalam diri masing-masing personal. Hanya saja seringkali hal itu kabur atau tertutup. 

Untuk itu dibutuhkan konselor atau pendamping untuk memberikan support. Peran konselor atau pendamping adalah membantu menguak tabir yang masih tertutup dan menemukan solusi atas permasalahan yang kita alami. 


My Children My Mood Booster 

Kenangan tentang suami. 

"De, selamat ya, bukumu terbit lagi. Coba kalau kamu punya banyak waktu luang, pasti kamu sudah menjadi penulis terkenal." 

"De, terimakasih ya sudah menjadi ibu yang hebat. Kamu sabar sekali menghadapi anak-anak." 

"De, maafkan aku ya? Selalu merepotkanmu. Aku pengen sembuh. Aku nggak mau sakit lagi." 

"De, Terimakasih sudah sabar merawatku. Nanti kalau aku sudah sembuh aku mau menemanimu jalan-jalan ke mana saja." 

"De, kenapa nggak jadi ambil S3 mu?Uangnya habis untuk terapiku, ya?" 

"De, terimakasih ya sudah rajin memasa? Tetapi kalau kamu capek, beli aja. Tidak usah masak lagi, biar bisa istrahat." 

Suara suamiku itu seolah-olah berbisik di telingaku. Setiap malam selalu terngiang. Seringkali malam sudah larut, tetapi aku belum bisa memejamkan mataku. Terbayang tatapan matanya yang teduh dan semangatnya untuk segera sembuh. Lalu rasa bersalah itu menghantam-hantam kepalaku. Menyesakkan dadaku. 

"Aku tidak apa-apa capek, Mas. Aku tidak apa-apa kurus kering. Aku tidak apa-apa tidak nerbitin buku lagi. Aku nggak papa, nggak jadi penulis terkenal.
Aku nggak papa, nggak sekolah S3. Aku nggak papa merawatmu sepanjang waktu. Menemanimu berobat seumur hidupku. Aku nggak papa Mas. Tetapi Mas jangan pergi!" 

Nggak bisa komentar banyak. Tidak mengalami hal itu pun sudah cukup membuat hati saya sesak. Jadi teringat pada sahabat yang sudah pergi empat tahun yang lalu. Meninggalkan semua yang mencintainya.


Titik Balik 

Aku sesungguhnya terluka. Aku bersedih. Aku tak sanggup hidup sendiri. Aku ibu yang rapuh. Aku ibu yang tidak kuat. Aku tidak strong.
Aku tidak mampu mengurus keempat anakku. Aku rapuh. 

Aku selalu saja begitu yang tak mampu menghadapi kenyataan. Hingga akhirnya aku tersadar ketika anakku mengatakan bahwa ia membutuhkanku. Ia tidak mau kehilanganku. 

Setiap kesedihan itu datang, aku membayangkan anak-anakku.
Keempat anakku yang begitu pintar, sabar dan memahamiku.
Mereka sungguh sabar menerima takdir ini.
Kenapa aku tidak bisa?

Writing Is Healing 

Waktu memang tak pernah menyembuhkan luka. Namun waktu menemaniku melewati semua luka dan semua rasa kehilanganku.
Aku mensugesti diriku untuk bangkit.
Untuk sembuh dan untuk kuat. 

Aku membaca banyak buku tentang healing. Aku bergabung dengan komunitas ibu tunggal yang mana aku bisa mengetahui banyak kisah. Ternyata masih banyak wanita yang lebih menderita daripada aku. 

Aku juga mengikuti banyak seminar, pelatihan dan apapun tentang healing.
Aku juga berkonsultasi dengan pakarnya tentang apa yang sebaiknya aku lakukan.
Agar aku bisa segera move on dan tidak terpuruk. 

Salah satu saran yang aku terima adalah aku diminta untuk mengerjakan hal-hal yang aku sukai.
Aku sangat suka membaca novel, mendengarkan musik, dan yang paling kusukai adalah menulis. 

Menulis adalah hobiku sejak dulu, dan sempat kutinggalkan ketika aku terpuruk kehilangan. Pada akhirnya aku berhasil menuliskan kisahku ini dengan baik. Semua ini karena bimbingan ruang pulih yang aku ikuti. Hingga aku bisa semakin pulih dan semakin kuat. 

Terimakasih IIDN yang telah menjembatani semua ini. Aku ingin menjadi manusia yang siap menyambut masa depan dengan bahagia. Bukan manusia yang tinggal dalam kenangan, dan menutup mata pada kenyataan. 

Heal the pass, be the present and run to the future. 


Salut dengan Mbak Triana Dewi yang menuliskan kisahnya sedemikian mengharukan. Mematahkan hati, namun juga membangun kembali patahannya. Tak hanya menguras hati, namun memberikan makna pada tulisannya. Tak mudah bagi mereka yang terluka untuk bangkit sesegera mungkin. Akan selalu ada proses yang tak sebentar untuk memberi kekuatan. Semoga Allah selalu melindungi mb TD dan keluarga. 


Sekelumit kisah

Setelah kehilangan Ibuk, dua tahun kemudian saya kehilangan sahabat terdekat yang sudah mengganti peran orang tua saya. Cukup lama saya kehilangan arah. Sampai akhirnya menuliskannya dalam blog. Itu pun masih belum cukup mengobati luka. 

Saya lebih suka memendam kesedihan karena tak ingin membuat keluarga bersedih. Sering kali menyusut air mata di tengah malam. Apalagi saat beliau hadir di mimpi setiap kali saya memiliki masalah besar. 

Tahun lalu, kembali beliau datang dalam mimpi. Saat itu ada sebuah masalah yang sedang saya hadapi. Namun dalam mimpi itu beliau tersenyum dan menepuk bahu saya.
"Proud of You, Nduk. Aku tahu kamu mampu menyelesaikan ini semua. Aku yakin. Titip ini ya?" 
Dalam mimpi beliau menyerahkan sebuah berkas. Di dalamnya berisi foto keluarganya. 

Kata-kata itu begitu jelas. Bahkan sampai sekarang saya masih teringat mimpi itu. Dan yang membuat saya takjub, keluarganya setahun ini makin dekat dengan keluarga saya. Bahkan untuk hal-hal penting mereka minta pendapat saya. Apakah ini yang beliau titipkan untuk saya? Wallahu a'lam.

Waktu memang obat alami penyembuh luka hati. Kita tak bisa menghindari luka. Namun kita bisa memilih untuk mengalami penderitaan atau tidak. 

Pemesanan Antologi "Pulih"



Bagi temen-temen yang menginginkan buku ini masih bisa kok. Hubungi saja mbak Fitria Rahma selaku penanggung jawab buku antologi ini. Atau kalau kenal dengan para kontributor bisa kok pesen lewat salah satunya. Bisa juga tuh kontak nomor telpon yang tertera di atas. Yuk cuss...

Minggu, 04 Oktober 2020

5 Cara Sederhana Menjaga Kesehatan Jiwa dan Raga


Assalamualaikum temans, 

Yang namanya sehat jasmani dan rohani itu emang jadi prioritas utama bagi manusia. Itu bener-bener jadi salah satu anugerah terbaik yang Allah berikan untuk manusia. 

Dengan kesehatan kita bisa merasakan yang namanya bersyukur. Bersyukur masih bisa ngerasain nikmatnya makan meski seadanya. Masih bisa menikmati tidur nyenyak di rumah tanpa harus menggunakan springbed mahal. 

Supaya memiliki badan dan jiwa yang sehat, manusia itu butuh ikhtiar. Namanya badan itu seperti mesin. Butuh bensin, butuh oli, butuh dipanasin, perlu diservice, perlu juga dicuciin supaya kinclong. Sementara jiwa manusia ya perlu asupan vitamin bahagia supaya bisa memandang kehidupan dengan lebih positif. 

Nah, supaya bisa memandang hidup lebih positif, tentunya kesehatan jiwa dan raga itu kudu dijaga. Ada kok cara-cara sederhana menjaga kesehatan jiwa dan raga 


1. Menjaga asupan makanan dengan gizi seimbang 

Untuk usia jelita seperti saya harusnya sudah banyak mengatur makanan. Sudah nggak zamannya lagi enak di lidah, embuh di badan. Sekarang ini banyak banget makanan yang jauh banget dari kata sehat. Lemak jenuh tinggi, gula tinggi, dan rendah serat. Dan itu mudah sekali kita temukan di sekitar kita. 

Makanan seimbang itu terdiri dari zat gizi yang berupa karbohidrat, protein, vitamin & mineral, lemak dan serat. 
Dalam setiap piring saji kita setiap harinya kebutuhan dari zat-zat gizi tersebut harus dipenuhi. Namun dengan komposisi dan jumlahnya yang harus dibatasi. Apalagi bagi orang-orang yang sudah memiliki riwayat kesehatan yang memerlukan pengaturan pola makan yang lebih ketat. 

Misalnya saya pernah memiliki riwayat kolesterol yang tinggi serta pernah mendapatkan tindakan medis terkait dengan tumor yang pernah bersarang di tubuh. 

Saya pun mengganti minyak goreng di rumah dengan minyak kelapa. Meski sudah menggunakan minyak kelapa, saya tetap membatasi masakan menggunakan minyak, apalagi memasak dengan metode deep fried. Saya juga menghindari masakan yang dibakar, karena khawatir akan jumlah kandungan karsinogennya. 


2. Olah Raga

Pernah membaca sebuah artikel bahwa kehidupan manusia modern saat ini yang cenderung sedentery life, membuat mereka begitu mudah terpapar penyakit. Mager itu jadi penyakit tersendiri bagi manusia dan menjauhkan dari kehidupan yang sehat. Padahal melakukan aktivitas dan meluangkan waktu untuk berolahraga itu benar-benar membuat tubuh lebih fresh. 

Berolahraga itu nggak butuh banyak waktu kok. Dalam seminggu kita cuma butuh 150 menit untuk menjaga kebugaran. Dari 10.080 menit kehidupan kita dalam satu minggu, kita cuma butuh 1% aja supaya tubuh kita jauh-jauh dari penyakit. 

Olahraga juga nggak kudu mahal. Jalan kaki keliling kompleks atau angkat beban tanpa alat di rumah pun sudah cukup membantu kok. Emang ada angkat beban tanpa alat? Ada. Bebannya ya dari tubuh kita sendiri. Contohnya push up, set up, squat, plank, dan masih banyak gerakan lain yang termasuk angkat beban tanpa alat. 





3. Istirahat yang cukup

Ada empat macam istirahat yang bisa kita lakukan untuk memberikan tubuh kita hak menghilangkan rasa penat yaitu istirahat fisik, psikis, sosial dan spiritual.

a. Istirahat fisik
Bukan berarti kita duduk di sofa namun mata tak lepas dari TV atau gadget bisa memenuhi kebutuhan fisik kita. Namun benar-benar berhenti dari aktivitas kita. Tidur nyenyak selama 6-8 jam sudah cukup memberikan hak tubuh kita. 

b. Istirahat psikis
Nggak bisa dipungkiri, setiap manusia pasti penuh dengan masalah. Namanya juga hidup, pasti ada aja persoalan yang perlu mendapatkan solusi. Refreshing dengan bersepeda santai, jalan-jalan ringan, rekreasi ke tempat-tempat yang nyaman dan sejuk, atau cukup meluangkan waktu bercanda dengan keluarga bisa mengistirahatkan mental kita dan menjauhkan dari stres. 

c. Sosialisasi
Manusia itu mahluk sosial. Mahluk yang butuh orang lain. Ngobrol dengan tetangga, sahabat, saudara, atau komunitas pun bisa mengistirahatkan badan dan pikiran kita. 

d. Spiritual
Berkomunikasi dengan Tuhan, melakukan kegiatan-kegiatan spiritual pasti membuat hati kita jauh lebih nyaman, apalagi dengan berbagai masalah yang melingkupi. Kedekatan kita dengan Sang Pencipta pasti melahirkan banyak solusi dan hikmah yang membuat kita sebagai manusia lebih mensyukuri nikmat-Nya. Saat rasa syukur hadir di hati, tentunya rasa ikhlas akan mudah ditemukan. Jika rasa tenteram itu kita punyai, yakin deh tubuh kita pun merasakan lebih nyaman dan sehat. 


4. Menjaga kebersihan

Saat Wabah Corona ini terjadi, manusia di dunia disadarkan pentingnya menjaga kebersihan. Contoh kecilnya adalah cuci tangan. Sebenarnya kan kegiatan cuci tangan ini sudah digaungkan oleh pemerintah jauh-jauh hari. Sejak kecil pun kita diajari orang tua untuk selalu cuci tangan dan kaki setiap pulang ke rumah. 
Penyakit itu sering kali datang karena hal-hal kecil di sekitar kita. Salah satunya adalah sampah. Untuk itu, jaga kebersihan dari diri kita sendiri meski dari hal-hal yang ringan. 


5. Mengendalikan stres

Mensana in corpore sano. Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Kesehatan jiwa itu sangat berpengaruh pada kesehatan raga. Setiap kali manusia dalam keadaan stres daya tahan tubuhnya pasti akan menurun. Jika tubuh melemah akan sangat mudah terserang penyakit. 

Dalam diri manusia itu punya hormon kortisol yang berfungsi membantu tubuh melawan peradangan dan berbagai penyakit. Jika seseorang mengalami stres yang berat maka terjadi pelepasan hormon kortisol secara terus menerus yang menyebabkan kemampuan sistem kerja hormon tersebut berkurang. 

Untuk itu, manusia perlu mengendalikan stres dengan baik. Banyak cara kok untuk mengendalikan stres. Bisa dengan olahraga, mendekatkan diri dengan sang pencipta, berbagi dengan keluarga atau sahabat, dan banyak hal positif lainnya yang bisa dilakukan. 

Jika ikhtiar sudah dilakukan ...

Berbagai ikhtiar sehat sudah dilakukan. Ada ikhtiar lain yang seharusnya penting kita lakukan juga yaitu mengatur keuangan yang berkaitan dengan kesehatan. 

Idealnya setiap keluarga memiliki asuransi kesehatan sebagai perlindungan keluarga. Perlindungan ini sebagai upaya jaga-jaga seandainya hal buruk terjadi. Hanya saja tak semua keluarga memiliki privilage membeli asuransi kesehatan sebagai proteksi. 

Saya pernah berada di posisi itu. Jangankan untuk berhemat, wong untuk makan aja kalau diitung ya kurang. Bagaimana cara mengatur duit yang seiprit, dijerengin lagi supaya cukup bener-bener bikin menjerit meski dalam hati. 

Qodarullah, kok ya Allah itu baik banget. Kondisi keuangan keluarga minim, tapi diberikan sehat yang maksimal. Yang kami lakukan adalah menjaga supaya tetap memiliki sisi bahagia dalam hidup. Yang kami lakukan saat itu ya menjaga jiwa dan raga seperti poin-poin yang saya tulis di atas. Meski untuk asupan bergizi seimbang ya nggak bisa bener-bener dipenuhi. Namun dalam seminggu selalu diusahakan semua gizi seimbang itu bisa diberikan untuk keluarga. 


Nah ... Belajar dari kejadian dua bulan lalu saat tiba-tiba harus menjalani lumpectomy. Ada sih asuransi kesehatan dari kantor suami. Namun saya sempat lupa meninggalkan uang untuk ART di rumah belanja kebutuhan toiletris. ART di rumah akhirnya menggunakan uang-uang receh yang saya kumpulkan di atas kulkas. 

Sepertinya menyisihkan uang-uang receh pun bisa menolong lho. Mulai dari memisahkan pecahan 200 an, 500 an, 1000 an dan 2000 an bisa membantu lho jika kita benar-benar nggak punya budget khusus untuk menabung. 

Stay safe and keep healthy ya temans