Delapan penulis yang berjasa dalam kehidupan menulis saya - Jurnal Hati Irfa Hudaya

Kamis, 29 September 2016

Delapan penulis yang berjasa dalam kehidupan menulis saya

Assalamualaikum Temans,

Membaca tulisan Mbak Dian Kristiani dalam artikel di blog nya“People On Socmed, Siapa yang mempengaruhiku” membuat saya terinspirasi untuk menuliskan hal serupa. Saya ingin berterima kasih kepada mereka yang bagi saya berjasa dalam kehidupan menulis saya. Mereka yang saya temui di dunia nyata maupun sekedar bicara di media sosial. Here the names who I want to mention.

1. Aan Wulandari

sumber: www.penerbitbip.id

Saya memanggilnya Dik Aan. Ia adalah seorang penulis buku bacaan anak. Saya mengenalnya sudah sangat lama. Selain karena kami sama-sama satu SMA, orang tua kami pun dulu bekerja di kantor yang sama. Dari garis Bapak kami mempunyai kekerabatan.

Apakah hanya itu? Tentu tidak. Ia tahu saya suka menulis. Ia yang pertama kali membaca tulisan saya, kemudian menyemangati untuk terus menulis. Ia mengajak saya bergabung dengan IIDN Semarang. Betapa mindernya saya, ketika mengetahui penulis-penulis hebat bergabung di sana. Namun Dik Aan tetap menyemangati. Ia memberikan banyak informasi tentang berbagai audisi antologi. Meski beberapa kali gagal, ia tetap percaya bahwa saya pasti mampu.


2. Wylvera Windayana, Haya Aliya Zaki, Dyah Rinni, dan Fita Chakra
Hasil gambar untuk wylvera windayana
sumber: microsite.detik.com

Hasil gambar untuk haya aliya zaki
sumber: www.hayaaliyazaki.com
Hasil gambar untuk Dyah rinni
sumber : www.dyahrinni.com
Hasil gambar untuk fita chakra
sumber : www.fitachakra.com
Kenapa mereka saya tulis berbarengan? Sedekah ilmu yang mereka berikan ternyata mampu melecut semangat saya sampai saat ini. Mereka membuat audisi menulis ala chicken soup for the soul. Cuma-cuma pula. Saya bersama teman-teman di kumpulkan dalam satu grup tertutup di facebook dan belajar banyak hal. Dari merekalah saya belajar membuat sinopsis, membuat setting, karakter, alur, konflik, klimaks serta penyelesaian sebuah cerita. Saya begitu geregetan ketika tak pernah sekalipun tugas yang saya buat menjadi tugas terbaik. Ketika hampir semua teman peserta menulis ala chicken soup for the soul mendapatkan hadiah, rasanya saya seperti menangis di pojokan kelas menanti sebuah buku jatuh ke tangan saya.

3. Dian Kristiani

bersama Aan Wulandari. Sumber : www.dewirieka.com

Ah ... siapa yang tak kenal dia? Penulis ratusan buku, namun tetap humble. Satu peristiwa yang sangat membekas di hati saya. Ketika saya belum memiliki satupun karya, ia tetap menanggapi chit chat saya sampai dini hari. Padahal ketemu juga baru sekali. Itu pun saya masih malu-malu mojok di pertemuan IIDN Semarang.

Malam itu, saya bertanya banyak hal. Tentu saja tentang hal yang berkaitan dengan kepenulisan. Meski selingan bercandaan pun tak kalah banyak. Namun buat saya itu sangat berarti. Ada kata-katanya yang sampai sekarang sangat membekas, selalu saya ingat.
Aku chit chat ro awakmu sampek bengi, nek sampek awakmu ora nulis tak pentung.”

Jujur Ci’, jane bengi kui kudune aku tok pentung, hahaha ...


4. Ary Nilandari

Hasil gambar untuk Ary nilandari
sumber : www.arynilandari.com
Pertama kali saya menjemput saat acara PBA bekerja sama dengan IIDN Jogja, saya agak keder. Gimana enggak, saya telat 15 menit. Beliau berdiri di gerbang keberangkatan Bandara Adi Sucipto. Melihat  wajah beliau yang terlihat lelah membuat saya merasa bersalah. Kekikukan akhirnya mencair ketika saya menyerap ilmu dari beliau sepanjang perjalanan menuju venue acara. Dari obrolan kepenulisan kemudian beralih ke obrolan khas wanita. Saya pun menemani beliau sampai makan malam. 

Saya melihat another side of Ary Nilandari.  Bagaimana beliau meloncat kegirangan ketika mendapati hadiah yang diberikan kepada beliau sesuai dengan kebutuhan. Saya tertawa lepas dengan beliau, juga cerita berbagai hal di sela makan malam. Semoga Allah kembali mempertemukan ya Bund?

5. Dwi Suwiknyo

Hasil gambar untuk dwi suwiknyo
sumber : www.pesantrenpenulis.com
Kalau ini mah ... saya kehabisan kata deh. Dia guru, partner in crime, juga klien saya (cieee). Ia memberi saya kesempatan untuk belajar menjadi seorang atlet. Ya, atlet penulis. Dia keras pada saya. Saya seperti berada dalam camp. Setiap hari saya harus menulis minimal lima halaman. Setiap hari saya ditagih setor tulisan. Rasanya saya seperti dihantui.

Gojlokannya berbuah manis. Sebuah novel pun akhirnya terbit. Lantas disusul dengan novel yang lain. Sampai saya menulis naskah yang ke delapan. Ketika saya ngobrol saat menulis buku non fiksi di naskah saya yang ke sembilan, dia masih tetap menyemangati. Meski dengan guyonan devilnya.
Saat ini saya sedang bekerja sama dengannya untuk menulis dua buah buku. Iya lho, dia memesan naskah ke saya (uhuks). Salah satunya sedang saya kerjakan bersama tim. Sedang satunya lagi sedang persiapan outline. Eh ... iya, dia juga tempat saya konsultasi untuk mengkonsep satu buku yang hendak saya kerjakan bersama teman-teman IIDN Jogja.

Salah satu nikmat Allah yang selalu saya syukuri adalah teman yang baik dan selalu memberikan dukungan.  Semoga Allah selalu merahmati dan memberikan kebaikan bagi mereka semua. Aamiin.


7 komentar:

  1. Huaaa, aamiin aamiin. Makasih untuk doa dan harapan baiknya. Suskes terus untukmu ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Ci', sama-sama. Suwi ga dlosoran ro cekikikan maneh ya?

      Hapus
  2. Semangat terus ya, Mbak. Kita sama-sama belajar. 😄

    BalasHapus
  3. wah mereka emamg inspiratif sekali ya mba? *kepoin blog mereka*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mas, salut dengan beliau semua yang tak sayang membagi ilmu. Terima kasih sudah menjejak :)

      Hapus
  4. Kelak Mbak Irfa yang juga akan menjadi penulis yang berjasa bagi penulis pemula ^_^

    BalasHapus

Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar ya? Terima kasih