Saat Hobi Menjadi Pekerjaan - Jurnal Hati Irfa Hudaya

Minggu, 22 Januari 2023

Saat Hobi Menjadi Pekerjaan

Hobi jadi penghasilan



Assalamualaikum temans, saat ini saya lagi hobi berolahraga. Saya lagi seneng dengan senam zumba meskipun tetap melakukan olahraga lain yaitu jogging kalau pas suami ada di rumah. Selain nggak perlu keluar rumah untuk beraktivitas saya cukup menikmati berolahraga tanpa perlu memakai jilbab dan kelihatan rapi seperti layaknya jika keluar rumah.

Setelah dari September 2021 saya berhenti olahraga karena sakit dan keterusan di tahun 2022. Ternyata membuat tubuh gampang banget sakit. Akibatnya tahun 2022 selain berat badan yang bertambah sebanyak enam kilo saya jadi lebih sering ke dokter. Lantas memulai olahraga kembali ketika recovery tindakan medis dari tumor mamae sinistra. Saya memulai olahraga kembali di bulan September 2022. Itu pun masih terbatas banget. awalnya seminggu sekali, lantas seminggu dua kali. Dan di Desember 2022 saya melakukan olah raga minimal seminggu tiga kali dengan durasi 30-40 menit. Tentunya membuat tubuh makin bugar meski belum bisa menurunkan berat badan.

Saat Hobi menjadi Pekerjaan


Ngobrolin tentang hobi nih, saya masih melakukan pekerjaan yang terkait dengan hobi. Katanya pekerjaan yang paling menyenangkan adalah hobi yang dibayar. Saya memulai pekerjaan sebagai penulis buku di tahun 2012 dengan beberapa antologi yang saya ikuti. Lantas di tahun 2017 saya mulai menekuni pekerjaan saya sebagai blogger dan nano influencer. Lantas 2022 kemarin kembali menulis novel dengan jumlah halaman yang buat saya wow banget. Tahun ini pun saya tetap berkutat dengan kepenulisan buku.

Sepuluh tahun berkutat di kepenulisan. Meski awalnya dilakukan karena hobi lantas menjadi industri karena menghasilkan penghasilan. Di awal tentunya senang bukan kepalang. Semangat untuk melakukan hobi yang dibayar masih terjaga. Apalagi jika menerima pekerjaan dengan jumlah yang cukup banyak. Bisa nambahin uang dapur atau sekadar jajan untuk diri sendiri.

Setelah 10 tahun berlalu. Sering kali saya dihinggapi rasa jenuh. Apalagi saat ngeblog sering banget menulis dengan tema yang sama. Harus mencari sudut pandang yang berbeda. Bisa, tetapi feel menulis sudah jauh berkurang. Kayak sekadar menggugurkan kewajiban saja. Begitu juga dengan menulis buku. Saat ini saya tetap berkutat di genre novel sejarah atau novel biografi. Capeknya luar biasa, apalagi harus riset beberapa buku dan harus meneliti kesahihan sejarah sehingga tak bisa berimajinasi dengan bebas. Pagar-pagar itu membuat saya jadi lebih cepat lelah sekarang karena umur pun berbeda dengan saat menulis novel-novel sebelumnya.

Terkadang pengen ngerjain pekerjaan lain. Tapi apa coba? Saya nggak punya keterampilan lain yang berpotensi menjadikannya sebagai peluang usaha atau mencari penghasilan dari pekerjaan lain. Satu-satunya keterampilan yang saya miliki dan sudah diakui oleh orang lain ya memberikan makna dalam tulisan yang saya buat. Masa nggak mau menerima apa yang sudah Allah anugerahkan pada saya?

Kalau sudah merasa jenuh dan lelah, saya mencoba mengafirmasi diri sendiri. Allah pasti punya mau ketika saya hanya memiliki satu-satunya keterampilan yaitu menulis. Toh saya nggak di rumah terus kok. Saya juga mengajar ekstra kurikuler dimana saya bisa berinteraksi dengan anak-anak SD dan memberikan value yang saat ini sudah banyak yang luntur pada anak-anak generasi alpha. Saya juga beberapa kali diundang sebagai narasumber di beberapa kegiatan yang membuat saya harus keluar kota.

Jenuh dan lelah itu sangat manusiawi kok. Saya bisa menjeda dari kegiatan yang menurut saya sudah menjemukan itu barang sebentar. Biasanya nanti juga kangen sendiri kalau lihat laptop nggak dipakai berhari-hari. Bagaimanapun juga hobi juga melibatkan perasaan. Kalau sudah sayang, tentunya nggak bakal ninggalin bukan?

Tidak ada komentar:

Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar ya? Terima kasih