Perempuan-perempuan yang Memberikan Inspirasi dalam Kehidupanku - Jurnal Hati Irfa Hudaya

Minggu, 15 Januari 2023

Perempuan-perempuan yang Memberikan Inspirasi dalam Kehidupanku

Perempuan inspiratif



Usia mendekati setengah abad itu emang terasa banget ya? Nggak hanya di urusan fisik dan kesehatan, namun kematangan dan kedewasaan dalam berpikir terasa banget. Kayaknya sudah nggak dalam fase punya banyak target. Pokoknya yang dicari hidup ayem dan tentrem bareng dengan keluarga.

Harapan sih masih banyak. tentu saja yang terkait dengan anak-anak. Namun untuk diri sendiri kayaknya sudah lebih banyak harapan yang sifatnya spiritual. Misalnya pengen bisa umroh, soalnya kalau pengen naik haji keknya kok jauh banget. Dan hal-hal untuk memperkaya ruhiyah supaya tujuan hidup ayem tentrem itu bisa tercapai sesegera mungkin.

Di luar hal-hal yang bersifat pribadi aku pun bertemu dengan banyak orang dalam hidup yang membuatku banyak memilah dan memilih tempat di mana aku harus berada. Semakin berumur maka lingkaran pertemanan makin mengerucut.

Saat ini aku masih menikmati kehidupanku di dunia tulis menulis. Aktif di komunitas menulis yang isinya para perempuan. Baru aja gabung di sebuah penerbit yang girl power banget karena mulai dari pimpinan dan staf kantor rata-rata perempuan. Tentu saja hal ini membuatku lebih nyaman untuk melakukan meeting dan segala kegiatannya.

Di luar kegiatan pribadi aku merasa hidupku harus lebih berarti untuk orang lain. Makanya aku juga aktif di organisasi keagamaan. Cukup berada di level terbawah saja. Kayaknya untuk organisasi keagamaan yang aku ikuti malah lebih banyak kegiatan di level ranting, yaitu Aisyiyah Ranting Gunungpring.

Dan mereka, para perempuan ini keren-keren banget. Dengan segala kiprah yang dimiliki. Meskipun terkadang dengan keterbatasan yang dimiliki, namun tak membuat mereka merasa tak berdaya.


Para Perempuan yang memberiku inspirasi dalam kehidupan


Ibu Khundariyati

Ibuku ibuku ibuku



Beliau adalah ibuku. Bahasa cintanya bukan word of affirmation. Tipikal ibu-ibu zaman dulu yang rasa cintanya lebih dinyatakan dengan pelayanan. Namun saat mulai kuliah aku merasakan bahwa Ibuk selalu memiliki quality time bersamaku.

Saat Bapak meninggal, itu adalah waktu tersulit bagi ibuku. Nggak bisa berlama-lama bersedih karena yang beliau pikirkan adalah kami, anak-anaknya. Aku yang sudah kuliah, adikku masuk kuliah dan satunya masuk SMA. Apapun beliau lakukan demi pendidikan anak-anaknya. Yang selalu dikatakan saat itu adalah, “Aku tak bisa membekali kalian dengan harta benda. Hanya ilmu yang bisa kusediakan meskipun aku harus pontang panting supaya kalian tak terputus di tengah jalan. Jangan sia-siakan. Kalian bersekolah dengan baik artinya kalian sudah membantu ibumu banyak.”

Beliau pun selalu berpesan untuk menjaga kerukunan antar kakak beradik. Yen ra iso ngragati yo ngragani. Kerjasama antar saudara itu perlu banget supaya kalian nggak banyak mengeluh seberapa yang kalian kelurkan. Baik yang mengeluarkan biaya atau tenaga. Kalian sama-sama berbakti dan saling menghormati.

Dari Ibuk aku banyak belajar tentang kehidupan. Beliau benar-benar mempersiapkan diri di masa tuanya. Aku ingat banget kalau sejak umur empat puluh kehidupan spiritualitasnya meningkat. Apalagi saat beliau terkena stroke pertama. Meski banyak perubahan psikologis karena kesehatannya, namun kepasrahan dan kepercayaan terhadap Yang Maha Kuasa tak pernah pudar sedikitpun. Bahkan makin tinggi. Beliau begitu mempersiapkan diri sewaktu-waktu Allah memanggil. Dan aku belum mampu seperti itu di usiaku sekarang.



Riana Mashar

Riana Mashar



Ia adalah saudara beda bapak dan ibu. Buatku Mbak Yana adalah pengganti orang tuaku setelah Ibuk tiada. Seorang single parent yang berjuang sendiri untuk anak-anaknya. Aku tak pernah mendengarnya mengeluh dengan apa yang Allah berikan untuknya. Selalu berpikir positif dengan apa yang terjadi dalam kehidupannya.

Ia seorang pembelajar. Dari secuil waktunya yang tersisa pun ia tak segan untuk terus belajar. Kadang aku suka pusing sendiri ngeliatnya masih bisa ngikutin webinar seharian, dengan bahasa asing pula. Kalau aku sudah dadah babay lah.

Lebih dari 10 tahun ia sendiri. Ia benar-benar menjaga marwahnya sebagai perempuan. Tak sedikit yang menginginkan sebagai pendamping atau menggodanya. Namun ia tak cukup punya waktu untuk meladeni hal-hal remeh seperti itu.

Meskipun ia seorang single parent, tapi dalam kepengasuhan anak beliau sungguh luar biasa. Menurutnya kondisi seperti apapun bukanlah hal pembenar untuk seorang ibu tak terlibat dalam pendidikan pada anaknya. Sudah memilih menjadi seorang ibu harusnya bertanggung jawab terhadap pilihan tersebut.

Melihat anak-anaknya yang tak pernah membantah. Anak-anak yang memiliki kematangan kepribadian sesuai dengan umur mereka. Jika banyak anak-anak yang orang tuanya berpisah menganggap bahwa dirinya adalah anak broken home. Aku tak melihat itu dalam anak-anak Mbak Yana. Mereka tumbuh dalam kasih sayang meski tak utuh.

Dalam kesibukannya sebagai seorang pengajar dan berbagai kegiatannya sebagai psikolog dan asessor, ia tak ragu membagi ilmu ke berbagai tempat. Mungkin kalau waktunya 50 jam sehari rasanya tak cukup buatnya untuk pekerjaan, belajar, dan berbagi ilmu. Kebermanfaatan ilmunya Insya Allah menjadi jariyah baginya.

Darinya aku banyak belajar tentang kehidupan terutama kepengasuhan anak. Bagiku ia adalah partner dalam mendidik anak-anak. Banyak hal yang tak aku mengerti seringkali mendapatkan pencerahan darinya. Dalam ketidaksempurnaan sebagai manusia selalu ada perjalanan terbaik yang memang sudah Allah sediakan.



Miftahul Jannah

Cr : FB dari mbak Miftahul Jannah


Seorang penulis buku bacaan anak dan psikolog ini baru kukenal sekitar sembilan tahunan ini. Namun lima tahun terakhir aku merasa cukup dekat dengannya saat Kakak memiliki masalah dan mendapatkan problem solving darinya. Ia juga partnerku dalam kepengasuhan anak. Si Kakak lumayan dekat dengannya, dan bisa berbicara apapun dengannya. Begitu juga denganku. Aku betah banget silaturahmi ke rumahnya. Waktu dua jam itu terasa sebentar. Tak jarang aku berada di rumahnya sampai lima jam hanya sekadar ngobrol.

Umurnya jauh di bawahku. Namun keilmuannya tentang agama luar biasa. Sering kali jika aku merasa ruhku terasa kering aku datang padanya. Sekadar ngobrol dan selalu saja perkara iman masuk ke dalam pembicaraan kami. Dan saat pulang dari rumahnya, selalu ada hal-hal yang membuatku merasa adem karena mendapatkan siraman rohani secara privat.

Ketaatan pada suami jangan ditanya. Masya Allah. Dengan suami yang memiliki ketenaran Mbak Ita nggak silau dengan hal-hal yang bersifat keduniawian. Romantisme dengan suami kelihatan genuine banget. pengen sebenernya nulis novel tentang perjalanan beliau berdua saat menjemput jodoh. Beneran, bagus banget buat novel loh. Sayangnya belum dapet lampu ijo nih.

Ia pun tak segan membagi ilmu. Sering sekali menjadi pembicara parenting dengan jamaah perempuan yang menjadi audience nya. Ia pun membuka diri untuk para perempuan berkonsultasi tentang kesehatan mental dengannya. Namun ia lebih suka untuk bertatap muka karena lebih efektif dalam berkomunikasi.

Perempuan itu memiliki kekuatan yang tak dimiliki oleh laki-laki. Dan masih ada begitu banyak perempuan yang menginspirasi di sekitar kita.

Tidak ada komentar:

Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar ya? Terima kasih