Baju Kembaran, Yay or Nay? - Jurnal Hati Irfa Hudaya

Rabu, 22 Februari 2023

Baju Kembaran, Yay or Nay?

Baju Seragam


Assalamualaikum temans

Di satu masa saya suka sekali memakai baju kembaran dengan keluarga. Apalagi waktu lebaran. Kayaknya sudah keren gitu pakai baju seragam dengan keluarga. Sering kali harus ada budget khusus untuk memakai baju dari bahan yang sama meskipun modelnya berbeda. Jauh-jauh hari saya sudah siap banget nyari bahan, model gamis atau baju koko buat anak dan suami. Menghubungi penjahit untuk ngeblock urutan jahitan soalnya di penjahit langganan saya dua bulan sebelum lebaran sudah nggak menerima jahitan lagi.

Di masa yang lain saya menolak mengikuti ajakan salah seorang teman untuk mengikuti arisan. Bukan karena saya nggak mampu bayar setoran arisannya. Saya yang nggak kuat mengikuti lifestyle nya. Bajunya sih modal drescode doang. Lha jilbabnya setiap bulan selalu kembaran. Dan minimal pembelian jilbab itu paling nggak 250k. buat saya itu overprice untuk sebuah jilbab yang modelnya pun kurang pas buat saya. Entah khimar yang panjangnya sampai ke betis atau jilbab scarf dengan banyak motif yang menurut saya kurang menutup dada. Belum lagi baju seragam yang ganti setahun sekali dengan budget jutaan.


Semangat berseragam yang mengendur

Baju Seragam



Semangat saya untuk berseragam bersama keluarga makin mengendur. Ketika anak-anak dalam masa pertumbuhan menuju remaja cepat sekali baju-baju itu tak muat. Sering kali baju baru dipakai empat bulan sudah kekecilan. Entah badannya yang nggak muat, lengan jadi kependekan. Akhirnya ketika hendak memakai baju itu barengan biasanya si adek bakal beda sendiri karena malu pakai seragam kekecilan. Malu karena dilihat juga jadi kurang pantas.

Lagian saya juga makin banyak pakaian-pakaian seragam entah dari komunitas atau organisasi keagamaan yang saya ikuti. Belum lagi dengan arisan wali murid yang saya ikuti (satu-satunya) yang sering kali berganti seragam dua tahun sekali dan biasanya dipakai sekadar foto doang sekali dua kali abis itu nggak kepakai lagi. Sayang banget kan? Apalagi kalau dihitung-hitung pengeluaran membuat pakaian seragam jauh lebih mahal daripada beli jadi dengan kualitas yang lebih bagus.

Setelah itu saya sangat jarang punya baju kembaran dengan keluarga lagi. Apalagi setelah anak-anak sudah remaja dan memasuki masa dewasa. Saya dan anak-anak berbeda selera dalam memilih pakaian. Kakak dan Adek monokrom mania. Sementara sudah sejak kapan hari saya masuk dalam barisan cewek kue. Kalau Paksu jangan ditanya ya? Doi untuk urusan baju nggak pernah ribet. Nah, karena perbedaan selera itu membuat saya nggak mau menghabiskan uang sekadar memenuhi keinginan saya kelihatan kompak dalam sebuah keluarga. Daripada Adek dan Kakak hanya make baju kembaran sekali abis itu jadi penghuni lemari kan?


Baju kembaran, yay or nay?


Jika baju kembaran dalam artian seragam sekolah saya sepakat sih. Selain supaya anak-anak terlihat rapi. Seragam juga merupakan identitas sekolah. Setidaknya saat anak-anak memakai baju seragam mereka akan berusaha menjaga attitude dimanapun mereka berada karena memakai identitas sekolah. Berseragam sesuai waktunya juga melatih kedisiplinan bagi anak. Misalnya kalau anak saya yang sudah SMA, setiap hari Senin dan Selasa memakai baju osis. Rabu memakai batik identitas sekolah yang atasannya model kemeja. Kemudian hari kamis memakai batik identitas yang atasannya model baju koko lantas hari Jumat memakai baju pramuka. Memakai seragam sekolah juga meminimalisir kesenjangan. Latar belakang siswa dari keluarga yang berbeda akan tak terlihat saat memakai seragam sekolah meski sekarang ya tetep aja kelihatan dari sepatu yang dipakai.

Akan tetapi untuk urusan di luar sekolah dan hal-hal yang dianggap formal, saya lebih suka memakai baju yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Kalau sekarang saya merasa lebih indah melihat keberagaman. Kalau toh dalam sebuah arisan supaya terlihat menarik dalam foto yang bakalan diunggah di media massa. Lebih baik dengan dresscode warna saja akan lebih memudahkan padu padan baju dan jilbab. Cukup yang ada di lemari rumah, tidak perlu menambah budget untuk properti foto. Soalnya kalau kembaran lagi kembaran lagi, itu baju-baju lama mau dikemanain?

Tidak ada komentar:

Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar ya? Terima kasih