Jurnal Hati Irfa Hudaya

Minggu, 23 Agustus 2020

Ada tumor di payudara saya


Tumor?

Sering kali saya begidik mendengar kata tersebut. Entahlah, mungkin ada sedikit trauma di diri saya. Beberapa orang dekat dan teman mengalami hal itu membuat saya lebih baik tidak membicarakan ketika ada topik tersebut melewati pendengaran saya.

Seorang sahabat, udah kayak sodara. Ia sudah saya anggap pengganti orang tua mengalami tumor otak. Tak pernah terlihat sakit sebelumnya. Hanya dua bulan sebelum terdeteksi mengidap tumor otak yang ganas ia memperlihatkan tanda-tanda. Sempat berpamitan. Sebelum pada akhirnya ia drop sampai dipanggil oleh Sang Pencipta empat tahun yang lalu.

Kemudian Yaya, anak sahabat saya, mbak Atih sahabat saya. Ani, teman SMP dan SMA saya. Sempat menguatkan hati untuk memberikan support pada mbak Atih dan Ani. Yang paling terasa adalah saat saya memberikan support pada mbak Atih. Benar benar membolakbalikkan hati.

Lantas, kurang dari sebulan yang lalu, saya terdeteksi mengidap tumor payudara. Rasanya tak percaya. Benjolan yang baru teraba ketika saya bercanda dengan Kakak dan sisi di benjolan itu tidak sengaja tersodok tangan Kakak. Rasa nyeri yang benar-benar saya rasakan saat itu membawa sebuah kenyataan. Ada tumor payudara di tubuh saya.

Rasanya tidak percaya. Menangis pun saya tak bisa. Saya melewati fase denial. Saya menyangkal. Bagaimana bisa saya yang rajin berolah raga dan mengonsumsi makanan sehat bisa ada tumornya?

Saya mencoba tenang. Tak memperlihatkan emosi di rumah. Saya tak mau anak-anak terpengaruh, secara kami terbiasa bertiga di rumah setiap harinya. Berkegiatan seperti biasa. Bercanda seperti biasa, meski anak-anak merasakan sedikit perbedaan.

Saya menjalani pemeriksaan setelah dirujuk ke Rumah Sakit Umum Kota Magelang. Bersyukurnya saya, dokter di faskes 1 adalah ibu teman sekelas Adek. Beliau mengirim rujukan ke rumah sakit tipe B dengan pertimbangan di sana ada pemeriksaan mammografi. Kalau rumah sakit tipe C baru menggunakan USG untuk mendeteksi pemeriksaan.

Hari Jumat saya bertemu dokter bedah umum. Diagnosa awal adalah tumor jinak. Kemungkinan tumor itu bersarang di payudara saya sudah satu tahun. Sudah besar. Tak hanya sebesar kelereng. Sang dokter langsung meminta saya untuk cek lab hari itu juga. Ada pemeriksaan darah dan rontgen. Tindakan medis dilaksanakan hari Selasa, setelah hasil cek lab keluar dan diserahkan ke dokter hari Senin.

Sejak awal terdeteksi saya hanya bercerita pada suami, anak-anak, adik-adik dan dua sahabat terdekat yang sudah saya anggap sebagai kakak. Saya menjaga hati supaya tenang, tak banyak informasi masuk sehingga menggoyahkan hati. Saya ingin fokus. Menyiapkan diri dan keluarga supaya bisa bertahan. Lantas dalam perjalanan menuju rumah sakit sebelum tindakan medis barulah saya mengabari beberapa sahabat di circle terdekat.

Mempersiapkan hati anak-anak itu yang paling menguras hati. Berusaha tak menangis itu sebuah perjuangan yang berat. Melihat si Kakak meneteskan air mata di tengah doanya. Memeluk saya dengan erat. Berusaha untuk menahan diri supaya tangisnya tak meledak. Dengan mata yang berkaca-kaca si Adek pun memeluk saya setelah berdoa. Pemandangan emosional itu membuat saya berusaha berbicara dengan suara yang tak bergetar. Sesekali menarik napas dengan maha berat. It was work out. Meski dada mau pecah rasanya.


Menjelang Tindakan Medis.

Program tindakan medis dilakukan hari Selasa. Namun Senin sore saya sudah harus stand by di RS. Was wasnya dobel karena rumah sakit itu merupakan rumah sakit rujukan Covid. Setiap saat melihat nakes memakai APD lengkap keluar masuk membawa pasien.

Saya menempati kamar Anyelir 1. Meski BPJS saya harusnya menempati kelas 2, saya tetap berusaha berhati-hati untuk tidak sharing kamar atau toilet dengan orang lain. Walaupun sebelum masuk bangsal semua pasien selalu melewati rapid test. Lebih baik saya menambah biaya demi keamanan semuanya, kan? O ya, sebagai informasi tambahan sekarang ini jika hendak rawat inap di RS harus melakukan rapid test terlebih dahulu. Selain itu pihak keluarga juga menandatangani pernyataan bahwa pasien tidak boleh dijenguk sama sekali. Penunggu pasien pun maksimal 2 orang.

Bakda Maghrib sedikit drama terjadi. Adek tiba-tiba chat saya begini.


Saya yang panikan pun langsung VCall ke Adek. Makin panik ketika melihat Adek menangis. Adek itu nggak pernah nangis kalau menahan sakit. Lha kok ini bisa nangis tersedu-sedu. PakSu pun langsung pulang ke rumah.

Hati saya embuh rasanya. Melihat Adek menangis, Kakak yang ikut meneteskan air mata sambil mengelus kepala Adek. Sementara saya sendiri harus menyiapkan mental untuk tindakan medis esok hari. Jantung tak segera reda berdebum. Alhamdulillah, nggak berapa lama, pakde nya anak-anak yang ada di sebelah rumah mengabari kalau Adek sudah mendingan. Meski nggak sepenuhnya tenang, setidaknya jantung saya sudah nggak jedag jedug lagi.


Tindakan Medis

Mulai jam 06.00 infus mulai terpasang di tangan saya. Jarumnya jauh lebih besar dari jarum infus yang biasa saya lihat. Sampai delapan hari pasca tindakan medis pun bekas lukanya masih terlihat. Baju operasi pun sudah mulai dipakai di waktu yang sama.

Jadwal operasi di RSU Tidar tak bisa saya ketahui dengan pasti. Semua berdasar on calling dari ruang operasi. Sampai pukul 09.00 saya tanyakan ke perawat pun masih belum ada jawaban. Sampai kemudian pukul 10.15 beberapa perawat masuk ke ruangan saya. Inilah waktu saya menjalani tindakan medis tersebut. Penutup kepala dipasang, begitu juga dengan masker. PakSu membersamai saya sampai depan pintu ruang operasi.

Sejujurnya saya takut. Mau operasi sesimpel apapun perasaan takut mati itu pasti menyelusup dalam hati. Kata bagaimana dan jika selalu melintas dalam pikiran. Saya pun memejamkan mata. Bertahlil. Berpasrah. Tempat saya berbaring pun mulai didorong memasuki sebuah tempat dengan hawa dingin yang menusuk tulang.

Saya nggak mau membuka mata. Saya tak mau melihat berbagai alat dan lampu di ruangan itu. Sekitar 15 menit persiapan dilakukan. Lantas saya mendengar suara sang dokter bedah. Seorang perawat berkata pada saya, 

"Ibu, berdoa ya? Semoga tindakan hari ini berjalan lancar dan ibu kembali sehat."

Saya mengangguk. Tahlil tak berhenti terucap. Sesuatu masuk ke dalam tubuh saya. Saya tahu. Itulah saatnya. Lantas saya tak ingat apa-apa lagi.

Saya terbangun saat mendengar adzan. Mata saya berkejap. Merasakan balutan di dada begitu kuat. Nyeri bekas sayatan terasa.

"Shalat ..," desis saya.

"Ini masih di ruang operasi, Bu. Sabar ya, sebentar lagi kembali ke bangsal."

Total waktu tindakan medis kurang dari 1,5 jam. Bersyukurnya saya, tidak disertai penyulit sehingga operasi pun berjalan lebih cepat dari perkiraan.


Alhamdulillah ...

Selang beberapa waktu saya pun keluar dari ruang operasi, dan dipindah ke ranjang pasien yang sudah disiapkan oleh bangsal. Dari sudut mata saya menangkap senyum PakSu yang menunggu di balik pintu.

Efek bius bertahan sampai esok pagi. Saya lebih banyak tertidur meski tak lama. Beberapa kali video call dengan keluarga supaya mereka sudah merasa tenang. Dan membalas beberapa WA beberapa sahabat. Meski pada akhirnya sulit membalas satu persatu. Tapi saya usahakan untuk membalas semua WA yang masuk keesokan harinya.


Pasca tindakan medis

Dokter visite sekitar jam 07.30. Dari awal beliau sudah mengatakan bahwa tumor tersebut Insya Allah tumor jinak. Hal itu ditandai dengan :

1. Ada batas yang jelas

2. Benjolan bisa bergerak kesana kemari

3. Permukaan halus

4. Saat puting ditekan tidak ada cairan yang keluar

5. Tidak ada gangguan kulit disekitar payudara, misal bersisik, gatal, atau puting melesak ke dalam.


Saya harus menunggu beberapa jam untuk administrasi. Infus pun dicopot sekitar pukul 10.00. Sebelum infus dicopot pun saya sudah bisa beraktivitas ringan seperti makan atau ke toilet sendiri tanpa bantuan.

Saya pun pulang dari rumah sakit bakda Ashar. Di rumah anak-anak sudah menyiapkan segala sesuatunya. Salah satu yang saya syukuri adalah saya mendapatkan tindakan medis saat anak-anak sudah besar. Semua pekerjaan rumah dihandel oleh anak-anak, terutama si Kakak. Semua tugas yang terkait dengan belanja mingguan dan urusan perdapuran Kakak lakuin dengan baik banget.

Terkadang merasa kasihan juga pagi hari dia sudah bangun, cuci piring dan peralatan lain. Setelah itu ia harus prepare untuk memasak sarapan. Selesai memasak ia harus bersiap untuk masuk kelas dan mengerjakan tugas-tugas sekolah. Belum selesai mengerjakan tugas, ia harus memasak untuk siang hari.

Trenyuh, pasti. Nggak pernah saya dengar ia mengeluh. Berusaha selalu membuat saya tersenyum. Bicara pada adiknya pun pelan, nggak ada ngegasnya sama sekali. Si Adek juga nurut banget. Mau bantuin segala macam urusan rumah tangga yang dilakuin Kakaknya.

Sejujurnya ya pengen banget bisa bantuin. Apa daya, saya sendiri untuk melakukan sesuatu pun lebih banyak menggunakan tangan kiri. Masih banyak hal-hal yang saya lakukan selalu butuh bantuan. Dan itu bikin saya down banget.


Perasaan seorang pasien

Kelemahan seseorang yang terbiasa mandiri itu ketika berada di posisi pasien menjadi merasa tidak berdaya, merasa tidak berguna. Itu saya rasakan ketika saya harus selalu dibantu untuk mandi, memakai baju, dan menyiapkan beberapa hal. Terkadang berusaha untuk tidak merepotkan ternyata nggak berhasil.

Kepercayaan diri berada di titik yang paling rendah. Sensitif dengan kata-kata yang terucap dari lawan bicara. Baperan. Overthinking. Mudah tersinggung, apalagi terkait dengan komentar dari beberapa orang yang menjenguk dan mendoakan.

Saya memang menerima tamu yang ingin menjenguk dan mendoakan. Saya anggap itu adalah wujud cinta dan perhatian. Apalagi doa-doa yang terpanjat selalu mengalir untuk saya demi kesehatan dan kesempurnaan pemulihan. Kita nggak pernah tahu juga darimana doa-doa itu akan diijabah Allah.

Hanya saja kita nggak bisa menutup bibir orang lain untuk berkomentar apa saja. Bisa jadi yang dikatakan akan saya terima dengan biasa aja kalau kondisi saya sehat wal afiat. Tapi status sebagai 'pasien' membuat saya mudah sekali memasukkan berbagai kalimat ke dalam hati.

Misalnya ada yang berkomentar, "Eh ... Lha dene, nggak papa. Bisa jalan gitu kok. Ngapain sampai opname?"

Saya menerjemahkannya gini.

"Emange saya kudu tiduran? Emangnya lebih seneng saya nggak bisa ngapa-ngapain?"

Atau ada saudara yang nggak bisa ngebedain tumor jinak dan ganas, udah mangkel aja, berasa didoain yang enggak-enggak.

Emosi yang naik turun itu bikin saya inget alm ibuk pun ketik mengalami stroke pertama jadi pribadi yang susah dimengerti. Ibuk gampang marah, sementara kami yang merawat juga kelelahan karena keterbatasan kemampuan berkomunikasi yang efektif.

8 hari pasca operasi saya mengalami fase emosi yang naik turun. Serba salah. Nggak bisa nangis, mungkin karena gengsi juga, nggak pengen terlihat lemah. Sampai kemudian di satu hari seorang teman menengok dengan berbagai wejangan tentang menu makanan, dan treatment yang bisa saya lakukan. Apa yang disampaikan sebenarnya baik. Namun tidak dengan penerimaan saya.

Saya menangis. Pertama kali menangis dan mengeluarkan uneg-uneg di depan suami dan Kakak. Ngomong nggak pakai filter. Beberapa hal yang sebenarnya ingin saya tahan akhirnya keluar juga. Meskipun setelah beberapa waktu saya mengucap istighfar dan memohon ampun, mencabut kata-kata yang sempat terucap. Takut aja, gimana kalau kata-kata yang kurang baik itu diijabah Allah?

Dengan kejadian ini, saya pun memahami. Kesehatan itu nggak cuma mahal, tetapi juga sangat berharga. Rasa sakit selalu diiringi oleh emosi yang sering kali meledak-ledak, dan sulit dikendalikan. Perasaan 'kamu nggak ada di posisiku' lebih dominan.

Saya sudah berusaha untuk mengontrol emosi ketika berhadapan dengan mereka yang memberi perhatian. Namun sering kali kalah oleh kata yang terucap dari orang lain. Lantas saya pun seperti menyerahkan remote kontrol emosi saya pada orang lain. Mudah tersulut dengan informasi yang tidak saya kehendaki.

Dalam kondisi seperti ini saya bersyukur karena dimengerti oleh keluarga dan sahabat terdekat. Simpati dan empati jadi obat hati paling besar yang bisa menenangkan.


12 hari pasca tindakan medis

All is well.

Salah satu penyemangat saya adalah perawat homecare yang rutin datang dua hari sekali merawat luka. Orangnya masih muda, cekatan, tegas dan informatif.

Namanya mbak Shafa. Ia bekerja di sebuah rumah sakit di Jogja, dan bersertifikasi sebagai perawat luka. Saya baru tahu ternyata tak semua perawat memiliki ijin praktek home care.

"Di luar kuasa Allah, kesembuhan itu bukan dari dokter ataupun saya. Kami, tenaga medis hanya membantu, Bu. Kesembuhan itu berasal dari keyakinan pasien sendiri. Semangat itu nggak dari orang lain, Bu. Semua berasal dari diri sendiri."

Kata-kata itu selalu diulang setiap kali merawat luka. Hal itu membuat saya ingin sesegera bisa beraktivitas seperti biasa. Di hari ke 10, saya mulai bisa mandi sendiri (mandi bebek, karena luka tidak ditutup dengan perban anti air), mulai menyiapkan makanan sendiri, dan membantu Kakak di dapur.


Hari ini hari ke 12 pasca operasi. Insya Allah kondisi badan sudah makin baik. Kangen sekali bisa ngezumba seperti biasa. Kangen bisa menemani si Kakak puasa Daud, setelah berhari-hari harus konsumsi obat di jam-jam tertentu sehingga belum bisa kembali berpuasa. Kondisi emosi juga mulai stabil. Ini salah satu yang sangat saya syukuri. Tiga hari lagi saya harus kontrol kembali. Insya Allah jahitan akan diambil dan hasil PA akan keluar. Semoga semuanya aman terkendali.

O ya, hampir kelupaan. Mungkin ini bisa jadi pertimbangan saat teman-teman menjenguk seorang pasien.

1. Jangan banyak bertanya mengenai rasa sakitnya, kecuali si pasien sendiri yang ingin bercerita.

2. Ajak berbicara tentang hal-hal yang membuatnya bersemangat misalnya ngomongin passionnya atau hal-hal yang disukai.

3. Hindari membicarakan orang lain yang memiliki sakit yang lebih parah

4. Tidak perlu memberikan informasi seputar kesehatan atau alternatif kesehatan. Si pasien biasanya sudah memiliki pilihan atau referensi sendiri.

5. Mendoakan adalah pilihan terbaik jika menengok pasien.


Semangat sehat ya temans ...


























Senin, 27 Juli 2020

Asuransi Salam Anugerah Keluarga, perlindungan keluarga secara menyeluruh berbasis syariah


Assalamualaikum temans,

Suami saya pernah bekerja di sebuah bank konvensional. Sementara di saat yang sama saya mulai aktif mengikuti taklim dan kajian-kajian keislaman. Dalam kajian-kajian yang saya ikuti pun pernah membahas tentang ekonomi Islam. Awalnya saya anggap itu sebagai bagian dari keilmuan. Namun semakin lama saya pun semakin risau. Bagaimanapun juga sistem perekonomian terbaik menurut agama saya ya yang sesuai syariah. 

Ternyata kerisauan itu tak hanya melanda hati saya. Begitu juga dengan suami. Dengan gaji yang cukup untuk kehidupan rumah tangga dengan dua dapur, karena saya dan suami tinggal beda kota, saya sama sekali tak punya tabungan yang cukup. Nggak tahu penghasilan itu larinya kemana. Bahkan dengan penghasilan yang cukup kami mempunyai hutang yang cukup besar untuk ukuran keluarga kami. 

Kerisauan kami sebenarnya adalah hidayah kecil yang dihadirkan Allah. Namun kami menolak hidayah yang datang memanggil. Suami masih berkutat dengan pekerjaan yang terkait dengan riba dan hal-hal yang bersifat syubhat. Sampai di satu waktu, ada hal-hal yang tak bisa dikendalikan oleh suami di kantor membuat suami pun berkeputusan untuk resign. 

Menjalani hidup dalam keprihatinan itu tak mudah. Banyak godaan yang datang pada keluarga kami. Banyak pekerjaan yang sesuai pengalaman kerjaan suami datang. Semuanya sama. Berasal dari perbankan konvensional. Sedih rasanya. Saat kami membutuhkan penghasilan sekadar menyambung hidup ternyata yang datang adalah sesuatu yang kami hindari. Kami mencoba bertahan. Sampai kemudian sebuah tawaran dari perbankan syariah datang pada suami. Meski dengan gaji yang lebih kecil dari pekerjaan sebelumnya, suami terlihat lebih tenang. Alhamdulillah Allah mencukupkan rezeki dari pintu-pintu yang tak kami kira.

Sedikit demi sedikit kami pun mulai menata perekonomian keluarga dengan berpatokan pada hukum-hukum Islam. Termasuk salah satunya adalah mempertimbangkan mengikuti asuransi syariah sebagai perlindungan dari keluarga kami. 

Mengapa asuransi syariah?



Dalam prinsip syariah ada nilai-nilai keislaman yang harus dipenuhi dan dipatuhi. Karena dalam Islam ada kepastian dalam prinsip beragama. Hal-hal yang syubhat akan selalu dihindari. Beberapa prinsip syar’i yang terkandung dalam asuransi syariah adalah :

1. Menjalankan prinsip tauhid.
Ini adalah poin utama yang harus dipahami. Niat dasar memiliki asuransi bukan semata meraih keuntungan namun ikut serta dalam menerapkan prinsip syariah dalam berasuransi. Asuransi syariah bertujuan untuk saling tolong menolong, bukan sarana perlindungan semata ketika mengalami resiko di kemudian hari.

2. Mengamalkan prinsip keadilan
Keadilan di sini adalah antara perusahaan asuransi dan nasabah harus berkeadilan terkait dengan hak dan kewajibannya. Tidak ada yang merasa dirugikan ataupun didzalimi atas penggunaan produk asuransi tersebut.

3. Prinsip tolong menolong
Satu poin penting dalam asuransi syariah adalah tolong menolong. Sesame nasabah saing berderma dan saling membantu. Jika ada nasabah yang mengalami musibah perusahaan asuransi bertindak sebagai pengelola dana saja. 

4. Ada prinsip kerjasama
Perusahaan asuransi merupakan pengelola dana antar nasabah. Kerjasama ini dilakukan sesuai dengan akad yang telah disepakati sejak awal oleh kedua belah pihak. Dengan begitu keduanya melaksanakan hak dan kewajiban dengan seimbang.

5. Berlandaskan prinsip amanah
Antara perusahaan asuransi dan nasabah harus benar-benar jujur. Perusahaan jujur dengan pengelolaan dana, nasabah jujur jika mengajukan klaim. Perusahaan asuransi tak diperbolehkan semena-mena dalam mencari keuntungan dan mengambil keputusan.

6. Memiliki prinsip saling ridha
Keridhaan menjadi prinsip utama dalam setiap transaksi. Nasabah ridha dananya dikelola oleh perusahaan asuransi. Sementara perusahaan asuransi pun ridha dengan amanah yang diterima dari nasabah. Perusahaan pun harus mengelola dana nasabah dengan ketentuan yang berlaku.

7. Prinsip menghindari riba
Dalam asuransi syariah dana dari nasabah yang dibayarkan wajib diinvestasikan dalam berbagai bisnis tertentu yang sesuai dengan prinsip syariah. 

8. Menghindari maysir
Secara harafiah kata maysir adalah memperoleh sesuatu tanpa kerja keras dan mendapatkan keuntungan tanpa bekerja. Hal ini merujuk pada perjudian atau gambling. Asuransi syariah menerapkan system risk sharing dalam pelayanannya.

9. Menghindari gharar
Secara harfiah gharar berarti ketidakjelasan. Dalam asuransi syariah menggunakan konsep risk sharing bukan risk transfer. Antara perusahaan dan nasabah bersama-sama menanggung resiko ketika terjadinya musibah. 

10. Menjauhi praktik suap menyuap
Suap menyuap adalah kegiatan yang menguntungkan salah satu pihak, sementara pihak yang lain dirugikan. Hal itu dilarang dalam asuransi syariah karena bertentangan dengan konsep syari itu sendiri. 


Perbedaan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah

Beberapa tahun belakangan produk syariah diminati oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan ada jaminan sertifikasi halal dan sesuai dengan syariat Islam. Termasuk di sektor keuangan.

Asuransi syariah merupakan asuransi dengan prinsip sesuai dengan syariat Islam yaitu tolong menolong. Seluruh peserta asuransi berkontribusi ke dana tabarru’. Jika terjadi resiko pada salah satu nasabah maka dana tersebut berfungsi sebagai perlindungan. Konsep ini disebut dengan risk sharing.

Ada hal-hal yang membedakan asuransi konvensional dan syariah. Bisa dilihat di infografis berikut.



Setelah melihat infografis di atas, saya pribadi sih sudah mempunyai pilihan produk untuk melindungi keluarga. Perlindungan yang sudah pasti akan membawa berkah keluarga


Asuransi Salam Anugerah Keluarga

Setiap keluarga selalu memiliki prioritas dalam perlindungan keluarga. Begitu banyak pilihan produk perlindungan ini sehingga terkadang konsumen malah bingung menentukan pilihan karena banyaknya produk yang sudah beredar di pasaran. Jika anda termasuk di dalamnya, sepertinya anda perlu membaca tulisan mengenai sebuah produk asuransi syariah ini.

Asuransi Salam Anugerah Keluarga merupakan produk terbaru dari PT. Sun Life Financial Indonesia, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang asuransi sejak tahun 1995. Tahun ini Asuransi Sun Life Indonesia meluncurkan produk terbaru berbasis syariah. Nggak ragu lagi kan dengan profesionalitas dari Sun Life Indonesia? Nah, produk ini bernama Asuransi Salam Anugerah Keluarga.

Asuransi syariah ini hadir sebagai proteksi bagi keluarga secara menyeluruh. Jika produk konvensional hanya memperbolehkan satu orang pemegang polis, maka Asuransi Salam Anugerah Keluarga ini memberikan wacana lain dari manfaat perlindungan perencanaan keluarga secara total. 

Asuransi Salam Anugerah Keluarga memberikan jawaban atas kebutuhan keluarga milenial. Produk ini hadir tak hanya sekadar sebagai asuransi jiwa maupun asuransi kesehatan saja. Namun juga bisa sebagai investasi keluarga. 


Mengapa memilih Asuransi Salam Anugerah Keluarga?

Cr : sunlife.id


1. Bergabung dengan Asuransi Salam Anugerah Keluarga berarti kita menghemat pengeluaran juga. 
Tak perlu banyak polis untuk melindungi keluarga. Kita hanya perlu satu polis untuk suami, istri dan dua anak. Bahkan asuransi ini dilengkapi dengan asuransi tambahan kesehatan hingga maksimal enam peserta. Mantep dong ya, udah nggak mikir seandainya ada salah satu anggota keluarga yang sakit dan butuh rawat inap?
Sering kali produk asuransi memiliki premi yang tinggi hingga sulit terjangkau oleh calon konsumen. Namun Asuransi Salam Anugerah Keluarga memiliki alternatif pilihan kontribusi yang pasti terjangkau. Ada tiga jenis kontribusi yang bisa dipilih.
a. Kontribusi Asuransi Berkala yang dibayarkan sesuai pilihan dengan frekuensi kontribusi yang dipilih. Cukup dengan Rp.9.000.000,00 per tahun nasabah sudah bisa menikmati proteksi untuk seluruh keluarga.
b. Kontribusi Top Up Berkala yang dibayarkan bersamaan dengan Kontribusi Asuransi Berkala. Fungsi Kontribusi Top Up Berkala adalah untuk investasi. Dengan Kontribusi Top Up Berkala nasabah bisa diringankan pembayarannya.
c. Kontribusi Top Up Tunggal dapat dibayarkan sewaktu-waktu sesuai keinginan peserta. Jika ingin top up, maka batas minimal pembayarannya adalah Rp. 1.500.000,00.
d. Kontribusi yang dibayarkan sudah termasuk komisi dan biaya pemasaran lain

2. Bersama Asuransi Salam Anugerah Keluarga nasabah memiliki kesempatan untuk bersedekah jariyah dan wakaf.
Apalagi yang diharapkan dari hal itu kalau bukan pahala yang terus mengalir bahkan sampai ketika raga sudah menyatu dengan tanah. 

3. Asuransi Salam Anugerah Keluarga juga melengkapi berbagai asuransi tambahan lain untuk memaksimakan perlindungan. 
Berapa banyak asuransi tambahan yang ditawarkan oleh Asuransi Salam Anugerah Keluarga?
a. Asuransi kecelakaan
b. Kematian akibat cacat atau kecelakaan
c. Penyakit Kritis
d. Santunan rawat inap dan pembedahan
e. Pembebasan Kontribusi akibat pemegang polis sakit kritis
f. Pembebasan Kontribusi akibat pemegang polis meninggal dunia
g. Pembebasan Kontribusi akibat pemegang polis cacat total tetap

4. Ada perlindungan paket asuransi kesehatan tambahan Sun Medical Platinum Syariah untuk keluarga dengan manfaat lengkap dan perlindungan sampai seluruh dunia.
Apa sih yang bisa didapatkan jika mengikuti paket asuransi kesehatan tambahan Sun Medical Platinum Syariah?
- Selain perlindungan menyeluruh dalam satu polis, nasabah akan mendapatkan fasilitas jaminan asuransi yang berlaku di wilayah yang diasuransikan. Nasabah juga mendapatkan fasiltas kamar perawatan dengan satu tempat tidur dan kamar mandi dalam hingga 365 hari per tahun. Ada juga akomodasi pendamping pasien semua umur dab berlaku untuk perawatan di dalam dan luar Indonesia.
- Jika nasabah memiliki penyakit kanker atau gagal ginjal akan mendapatkan fasilitas perawatan seperti radioterapi, kemoterapi, imunoterapi, pengobatan hormonal, rawat jalan cuci darah, ICU, serta operasi rekonstruksi akibat kanker sesuai tagihan.
- Jika ada pembedahan kecil nasabah pun mendapatkan penggantian perawatan sebelum dan sesudah pembedahan pulang hari.
- Pemegang Sun Medical Platinum Syariah juga mendapatkan perawatan di luar wilayah pertanggungan sehingga mendapatkan perlindungan dimanapun nasabah berada. Kemudian ada limit booster yang menambah batas taunan keseluruhan hingga 6x sampai dengan 40 miliar dan berlaku seumur hidup selama polis aktif.
- Nasabah pun berhak mendapatkan layanan second medical opinion. Jadi jika perlu pendapat dari tenaga medis yang berkaitan dengan perawatan ternyata difasilitasi juga oleh Asuransi Salam Anugerah Keluarga.
- Adanya fasilitas pemeriksaan kesehatan untuk penyakit kritis seperti dtroke, kanker, serta Coronary By Pass Surgery. 
5. Potensi mendapatkan surplus underwriting setiap tahun. 

Menjalankan keislaman dengan kaffah memang butuh effort yang lebih. Namun yang kita ikhtiarkan ini tak sebanding dengan ketenangan jiwa karena telah mengikuti apa yang Allah perintahkan kepada manusia. Kira-kira setelah mengetahui tentang hal ini, masihkah kita akan ingkar atas apa yang akan Allah sukai pada diri manusia?





Rabu, 22 Juli 2020

6 kecerdasan yang perlu dimiliki oleh orang tua di masa pandemi


Assalamualaikum temans
Tahun ajaran baru 2020/2021 baru saja dimulai. Kebijakan pemerintah memulai ajaran baru masih dengan pembelajaran jarak jauh. Setelah melewati semester kemarin dengan jungkir balik mengawali pembelajaran daring. Semester ini penyelenggara pendidikan sepertinya sudah lebih siap menghadapinya. 

Di SD tempat saya biasa mengasuh anak-anak kelas menulis sudah lebih siap. Pihak sekolah memiliki tim untuk membuat video pembelajaran dan dikirim via grup WA walimurid. Video pembelajaran pun tak terlalu lama waktunya supaya anak tak cepat bosan. Selain video pembelajaran, ada penugasan yang dikirim bersamaan dengan video. Penugasan pun tak begitu banyak sehingga lebih meringankan tugas wali murid dalam mendampingi anak belajar. 

Sejujurnya saya tak banyak mengalami hiruk pikuk pembelajaran jarak jauh. Hanya semester kemarin waktu awal adaptasi pembelajaran daring saja saya sempat ikut gedubrakan menyiapkan apapun kebutuhan anak-anak. Sekarang anak-anak sudah SMP dan SMA klas terakhir. Sudah auto pilot semua, apalagi pihak sekolah juga jauh lebih siap. 

Di SMP anak saya menggunakan live facebook untuk hafalan Al Quran di pagi hari dari jam 06.30 - 07.00. Setelah itu anak dipersilakan untuk shalat Dhuha dan mulai membelajaran jam 07.30. Selain menggunakan facebook dan youtube, pembelajaran menggunakan zoom dan microsoft 365 sebagai pengganti tatap muka. 

Biasanya ada penugasan setelah itu. Dalam satu hari ada 3 mata pelajaran. Namun untuk beberapa penugasan, apalagi yang terkait dengan pelajaran keislaman, kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab memang agak kesulitan karena menggunakan huruf hijaiyah. Laptop saya laptop tua, belum support dengan font hijaiyah hehehe ... 

Sementara untuk SMA anak saya menggunakan google classroom, zoom, kulwap via WAG dan quizizz untuk ulangan. Biasanya yang menggunakan kulwap adalah guru-guru sepuh yang kurang akrab dengan teknologi informasi. Untuk tanya jawab bisa menggunakan voice note. Dan sejauh ini yang dikeluhkan anak-anak ya sinyal yang kadang nggak stabil. 

Melihat teman-teman menjadi guru kreatif di dunia maya bagi putra putri mereka, saya bisa membayangkan bahwa orang tua, khususnya ibu harus benar benar siap menghadapi pembelajaran jarak jauh. Tak hanya menghadapi pembelajaran jarak jauh saja, namun segala aspek kehidupan di masa pandemi ini. Ada beberapa kecerdasan yang perlu dimiliki oleh orang tua dalam menghadapi pandemi ini. Bagaimanapun juga, orang tua adalah modelling untuk anak. Maka apapun yang dilakukan oleh orang tua akan cepat diserap oleh anak. Apa yang dikatakan oleh orang tua, sikap orang tua, bagaimana orang tua mengatasi masalah merupakan pembelajaran bagi anak saat di rumah. 

Ada 6 kecerdasan pokok yang harus dimiliki oleh orang tua dalam proses pembelajaran anak.

1. Kecerdasan teknologikal. Menjadi orang tua saat ini harus melek teknologi karena sudah merupakan kebutuhan yang tak bisa ditawar lagi. Segala lini kehidupan di masa pandemi ini pasti menggunakan teknologi informasi, khususnya pembelajaran. Bagaimana jadinya jika orang tua tak memiliki kecerdasan teknologikal, sementara anak masih butuh bantuan dan pendampingan saat menggunakan gawai?

2. Kecerdasan kontekstual. Orang tua harus mampu mengedukasi, bisa memahamkan, serta memanfaatkan secara efektif semua kemungkinan yang akan terjadi pada situasi dan kondisi dimanapun anak berada. Misalnya bagaimana anak-anak jika harus kembali bersekolah di masa transisi. Anak dipahamkan untuk mematuhi protokol kesehatan, memperhatikan kembali bagaimana guru menjelaskan materi dan semua yang berkaitan dengan new normal serta apa yg akan dihadapi ke depan.

3. Kecerdasan sosial dan emosional. Kecerdasan ini merupakan kemampuan dalam mengelola hubungan dengan orang lain dan mengelola emosi pribadi. Perlunya anak diberikan pemahaman di saat-saat mendatang jika kembali bersekolah anak diajarkan bagaimana jika berinteraksi dengan teman, guru dan lingkungan. 

4. Kecerdasan generatif. Kecerdasan ini merupakan kemampuan dalam membaca dan menangkap kesempatan atau peluang. Di masa pandemi ini tentunya anak-anak sudah jenuh dengan situasi yang tak menentu. Sering kali anak-anak pengen berkreasi, membuat sesuatu ataupun melakukan hal-hal yang merupakan passion mereka. Orang tua harus memfasilitasi apa yang ingin dilakukan oleh anak, dan tak berhenti seandainya sekolah dengan tatap muka dilakukan. Pembiasaan baik tetap harus berjalan. Ajak anak untuk selalu meningkatkan kemampuan yang dimiliki sehingga anak semakin mahir melakukan apa yang mereka sukai. 

5. Kecerdasan eksploratif transformational. Kecerdasan ini merupakan kemampuan mengeksplorasi kesempatan dan berani melakukan perubahan perubahan. Orang tua perlu mengajari anak untuk menerima perubahan yang terjadi secara cepat di masa pandemi ini. Tak hanya pembelajaran, namun juga interaksi yang dilakukan baik saat daring maupun nanti jika kembali luring. Hal ini menjadikan orang tua perlu memberikan contoh bagaimana menjadi pribadi yang mudah beradaptasi. 

6. Kecerdasan Moral. Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk bekerja menggunakan nilai-nilai universal dalam kehidupan. Tolak ukur dari kecerdasan ini adalah ketika orang tua mampu melatih anak memiliki sosial dan emosional yang baik maka kecerdasan moral pun akan terbentuk dengan baik pula. Apa yang dipikirkan ataupun dirasakan anak akan muncul dalam perilaku-perilaku yang sesuai. Jika orang tua mampu beradaptasi dengan baik untuk dirinya sendiri, menyesuaikan diri dengan positif, meregulasi emosi dan membiasakan pola dengan baik, maka dengan mudah akan mengedukasi anak. Anak itu biasanya mengcopas kebiasaan orang tuanya. 

Pembelajaran di masa pandemi ini tidak hanya berkutat dengan pembelajaran akademik. Namun orang lain akan memberikan respek yang lebih saat anak pun memiliki kemampuan non akademik yang tergali dan tereksplorasi dengan bagus. Saat orang tua tak membatasi pembelajaran anak hanya pada buku semata, maka anak akan mendapatkan hal-hal baru dan menyenangkan yang akan memberikan mereka bekal di suatu hari nanti.

Selasa, 14 Juli 2020

Taaruf dan Menikah Muda dalam Pandangan Seorang Remaja


Masih anget nih, viralnya Dinda Hauw dan Rey Mbayang yang menikah melalui proses taaruf dan di usia yang relatif masih muda. Dinda Hauw tahun ini 23 tahun, sementara si suami 21 tahun. Banyak netizen yang berusia sepantar mereka pun kebaperan dan berharap bisa melakukan hal yang sama. Tambah rame lagi saat diketahui netizen jika Dinda Hauw tidak bisa masak mie instan.



Saya sebagai orang tua yang memiliki anak perempuan dan laki-laki tentunya memiliki pandangan dan harapan. Namun pandangan dan harapan itu tetap saja tak bisa saya paksakan pada anak-anak. Mereka tetaplah pribadi yang memiliki pola pikir dan keinginan yang berbeda dari orang tuanya. Meski kewajiban orang tua mengarahkan anak sampai mereka siap memiliki kapal sendiri. 

Beberapa kali saya membaca di timeline media sosial mengenai pro dan kontra netizen mengenai hal ini. Sampai pada akhirnya ada pertengkaran khas netizen tentang taaruf, menikah muda, serta harus tidaknya perempuan bisa turun ke dapur. 

Berbagai sudut pandang pun dikemukakan oleh netizen. Mulai dari taaruf itu adalah hal yang diwajibkan oleh agama Islam untuk mengenal siapa yang hendak kita nikahi, lalu pandangan bahwa menikah muda itu hanya emosi semata, nggak punya logika, hingga kesiapan lelaki dan perempuan saat hendak melangkah ke jenjang pernikahan. 

Bagi saya yang tahun ini menjalani 19 tahun membagi hidup dengan suami, sangat paham bahwa pernikahan itu tidak hanya melulu soal perasaan. Ada komitmen yang harus dijaga. Berparuh waktu dengan berbagai kewajiban dan hak yang melekat. Ada kebutuhan yang harus terpenuhi, baik bagi pasangan maupun anak-anak. Ada pengorbanan besar yang harus dilakukan dari masing-masing pihak.

Meski begitu, rasa pun harus tetap terpelihara. Seperti tumbuhan, jika bibit disemai tetaplah harus mendapatkan air dan pupuk hingga bisa tumbuh subur. Cinta memang bukan yang utama, namun bagaimana mampu bertahan kalau sudah punya cinta? Masih mampukah menjaga komitmen? Masih mampukah untuk berkorban?

Saya sempat ngobrol dengan Kakak tentang hal ini. Ini adalah pandangan si Kakak, pelajar klas 12, dengan usia belum genap 17 tahun.

"Kak, menurutmu gimana viralnya Dinda Hauw sama suaminya?

"Yang mana?"

"Yaaaa ... Ramenya itu."

"Yang taaruf, nikah muda, nggak bisa masak, atau viralnya?"

Eh ... Si Kakak memetakan masalah itu sendiri-sendiri ternyata. 

"Ya semuanyalah."

"Ini menurutku. Sebenarnya taaruf dan nikah muda itu bisa dilakukan oleh siapapun. Mau seleb atau bukan. Kan banyak juga di sekitar kita yang ngelakuin itu. Masalahnya Dinda itu seleb. Dilihat banyak orang. Orang-orang kebaperan. Diuwuin. Direpost. Abis itu yang kontra ngejulidin. Kalau pendapatku, netijen itu ya nggak usah berlebihan. Seneng ya boleh, doain ya boleh. Tapi ya nggak usah terus kepenginan. Jalan hidup orang kan beda-beda. Nggak usah kepengenan sama hidup orang lain. Yakin aja kalau Allah itu sudah nentuin takdirnya ya harus begitu."


"Terus kalau masalah taaruf gimana Kak? Kan katanya kenal sebentar, jadi nggak bisa memahami satu sama lain?"

Kalau menurutku, kenal atau tidak itu tergantung sama kejujuran masing-masing. Mau pacaran setahun dua tahun sampai lima tahun, kalau nggak jujur ya sama aja pacarnya nggak kenal beneran. Baik di depan doang. Aku ngeliat temen-temenku yang punya pacar tuh kayak punya effort lebih supaya dilihat baik, dianggap perhatian, dianggap sempurna. Padahal kan nggak ada orang yang sempurna kan? Kalau taaruf, mestinya ya yang sesuai dengan ketentuan agama. Bukan pacaran dibalut dengan agama. Alasannya diskusi agama, chatting sampai pagi. Alasannya saling mengingatkan, tapi jadi baper. Jadi merasa kangen, kudu ngobrol melulu. Ya bubar taarufnya. Kenal sebentar, tapi jujur, jadi diri sendiri. Itu kan malah lebih baik.


"Terus itu ada yang bilang Laudya Cintya Bella bercerai karena belum kenal satu sama lain."

Nggak jaminan juga ah. Dulu Bunda pernah cerita, ada temen Bunda pacaran 12 tahun nggak jadi nikah. Temen Bunda ada juga tuh yang pacaran 7 tahun nikahnya 2 tahun terus cerai. Tante Ica, kenal 3 minggu terus nikah, ya bahagia aja tuh. Kita kan nggak pernah tahu kehidupan orang lain. Ngelihat juga di sosmed doang. Tiba-tiba udah ngejudge aja. 


"Kalau nikah muda, kamu ngedukung nggak?" 

Kalau orang sudah punya niat baik, niatnya ibadah ya didukung to Nda? Kan memilih yang halal dibanding yang haram. Agama sudah mengatur. Kalau sudah mampu mau ngapain kalau memang sudah ada yang sreg. Daripada pacaran. Nggak mungkin to pacaran cuma liat-liatan doang? Pasti dipegang. Tuh ... Temenku yang pacaran pegangan tangan, ada yang pelukan, kissing ... Hiiy ... Kalau kebablasan gimana?"

"Terus kalau masalah umur, Lha ukuran muda setiap orang kan beda-beda to, Nda? Contohnya, orang meninggal di umur 30 banyak yang bilang masih muda kok sudah meninggal. Giliran umur 30 belum nikah dibilang sudah tua. Anggapan muda kan nggak sama setiap orang. Coba menurut Bunda, umur yang cukup untuk menikah tuh umur berapa?"

"25 mungkin"

"Menurut Bunda itu udah nggak muda?"

"Bukan nggak muda, sudah cukup umur lah."

"Bisa jadi Nda, untuk zaman milenial ini umur segitu tuh masih banyak yang pengen dikejar. Entah sekolah lagi, entah kerja yang giat. Banyak yang belum pengen menikah karena merasa masih muda."


"Tapi katanya kalau nikah muda itu cuma mikir perasaan doang, belum dewasa maunya ena ena aja?"

"Ah... Kata siapa? Dewasa tuh nggak lihat umur ah. Banyak juga orang yang umurnya udah banyak nggak dewasa kalau ngomong. Banyak juga tuh orang dewasa yang tingkahnya persis anak-anak. Dewasa kan nggak mandang umur to Nda? Jadi menurutku umur tuh nggak bisa dijadiin ukuran seseorang itu dewasa atau enggak."


"Terus masalah nggak bisa masak gimana?"

"Bunda dulu pas nikah udah bisa masak belum?"

"Ya nggak seperti sekarang. Bisanya ya yang standarlah, masak sop, oseng-oseng. Tapi seringnya masih labil rasanya."

"Tapi kok mau nikah kenapa? Kan belum pinter masak?"

"Karena merasa sudah waktunya. Kalau pacaran kelamaan takut kebablasan."

"Berarti nikah itu nggak kudu siap semuanya kan?"

"Iyalah ... Nikah kan berproses. Belajar terus."

"Kan ... Bunda juga bilang nikah itu belajar terus? Berarti nggak papa to, nikah belum bisa masak? Kan bisa belajar. Tapi kalau aku sih pengennya kalau nikah nanti aku bisa masak, paling nggak tujuh macem lah. Biar tiap hari menu masakannya nggak itu itu terus. Kalau belum bisa juga, masih ada go food ini.


"Kalau Kakak pengen nikah muda nggak?"

Dia berpikir sebentar. Kemudian katanya,

"Nggak tahu kalau nanti Allah murah hati memberiku jodoh di umurku yang masih sedikit. Tapi kalau sekarang aku merasa banyak banget yang pengen aku raih. Masih banyak yang pengen aku kejar. Aku punya tujuan yang pengen banget aku wujudkan. Tapi aku nggak pengen juga nikah di umur yang sudah banyak."


"Kira-kira kamu mau nikah umur berapa?"

"25 ... Eh ... 27 mungkin. Eh ... Nggak tahulah. Pokoknya aku nggak maulah nikah pas masih kuliah. Pokoknya udah bikin keluargaku bahagia aja."


Si Kakak memang punya pandangan positif tentang taaruf dan menikah muda. Ia tak melihat kasus Salmafina Sunan dan Taqy Malik sebagai referensi bahwa taaruf dan menikah muda itu buruk. Banyak di lingkaran keluarga dan pertemanan saya yang memberikan contoh baik berkaitan dengan dua hal itu.

Adik saya memutuskan akan menikah hanya setelah 3 minggu perkenalan. Meski ada jeda waktu 3 bulan karena permintaan Ibuk untuk mempersiapkan. Beberapa sepupu saya menikah di usia 21 atau 22 tahun, alhamdulillah mereka tetap harmonis sampai sekarang. Belum lagi saat melihat mbak Ita, salah satu sahabat saya, istri Mas Sakti, ex gitaris Sheila on 7 yang memutuskan menikah hanya sekali bertemu. Saat menikah pun ia masih berusia 21 tahun. Sekarang jangan ditanya harmonisnya rumah tangga beliau berdua. 

Ia punya referensi tentang perceraian itu karena adanya masalah yang berat dalam keluarga. Nggak memandang umur. Karena penyikapan terhadap masalah tergantung pada pribadi masing-masing. 

Kalau menurut teman-teman gimana? 

Senin, 13 Juli 2020

Mahalini dan Nuca, duet milenial yang sukses bikin baper penikmat musik Indonesia

Assalamualaikum temans

Jumat malem, 10 Juli 2020 kayaknya jadi hari bahagianya Sobat Nuca dan Mylinz serta para shipper Nuca dan Mahalini, finalis Indonesian Idol sesi 10. Gimana enggak, setelah beberapa lagu dicover oleh mereka dan menuai pujian kali ini mereka membuat cover sebuah lagu sampai dijadiin video clip pula. Banyak banget yang gercep nontonin tayangan perdana dari MV mereka. Terbukti sampai saya menulis artikel ini lagu yang sempat di-remake oleh RAN sudah nangkring di 20 trending youtube dengan 873.000 viewer dalam tiga hari. Wow kan?

Saya kok ya pas kebetulan buka youtube, dan tayangan perdana ini muncul di beranda paling atas. Saya pun tidak melewatkan tayangan ini, secara sebelumnya saya juga menikmati duet ini di beberapa channel dan instagram mereka sendiri.

Pastinya saya memiliki ekspektasi saat menonton tayangan ini. Dan ini adalah pendapat saya tentang music video Kulakukan Semua Untukmu yang dibawakan oleh Nuca dan Mahalini


Review cover lagu Kulakukan Semua Untukmu

Waktu nonton konten di channel Mahalini saat mereka jaming, saya bisa nebak kalau mereka bakal cover lagu ini dari intro gitar yang dimainkan oleh Nuca. Secara lagu ini dulunya happening banget di kala saya masih kuliah. Fathur dan Nadila membawakan lagu ini dengan keuwuan di masanya awal tahun 2000. Dengan klip ceria dan warna warni di masa itu pun Fathur dan Nadila dishipperin. Penasaran juga nungguin cover lagu ini. Dan pas muncul di timeline, auto klik aja.

Menurut saya musiknya yang full band hampir sama dengan musik lagu ini di tahun 2000, hanya saja di cover Nuca dan Mahalini lebih modern dan catchy. Cover ini sepertinya ingin menghadirkan keceriaan dalam romantisme. Cinta yang menyenangkan. Cinta tanpa beban.

Lagu yang easy listening memang akan mudah banget diterima telinga. Apalagi suara Nuca memang khas bikin lagu enak didengerin. Begitu juga dengan suara Mahalini yang merdu dan biasanya memiliki teknik yang tinggi terdengar lebih ringan. Nggak banyak kejutan yang dihadirkan di duet ini, meski ada beberapa bagian di chorus harmonisasi ala Mahalini dan Nuca terdengar, hanya saja kurang kedengeran di telinga.

Sebenernya sih saya pengen banget dengerin duet mereka seperti biasanya yang penuh harmonisasi. Duet mereka tuh rasanya udah ngeblend banget dari awal. Coba deh dengerin waktu mereka di akhir Idol. Ada bagian di mana mereka duet satu bagian nyanyiin Amin Paling Serius di RCTI+ dan Lebih dari Egoku di sela grand final Indonesian Idol 10. Harmoninya sudah gas pol itu. Pas, nggak ada yang lebih dominan. Pembagian suaranya juga ciamik.

Kalau tentang klip nya, ya jangan ditanya. Yakin banget Sobat Nuca dan Mylinz udah jejeritan melihat keuwuan mereka. Lha saya yang umurnya nggak jauh dari orang tua mereka aja suka melihat klipnya. Menyenangkan melihat mereka berdua berakting layaknya pasangan. Mau sekadar akting atau memang jadi pasangan beneran, untuk pendatang baru di dunia entertainment menurut saya sudah terasa nuansa yang memerahjambukan hati. Mahalini kelihatan natural banget, sementara Nuca masih kelihatan 'dibimbing' oleh Mahalini.

Kenapa saya bilang dibimbing? Kayaknya semua orang tahu deh, Nuca sama sekali belum pernah pacaran. Belum punya pengalaman how to thread a girl friend. Sementara Mahalini sudah punya pengalaman bagaimana memperlakukan seorang lover, jadi kelihatan lebih ekspresif. Coba deh perhatiin ekspresi Mahalini kalau menatap Nuca. Persis orang jatuh cinta beneran.

Meski begitu, saya appreciate banget ke Nuca. Banyak banget perubahan dari Nuca di Idol sampai sekarang. Ia kelihatan lebih cair, lebih memiliki ekspresi. Saya yakin, untuk memperlihatkan perubahan besar, Nuca punya effort yang kuat. Kebayang kan, waktu di Idol dia kelihatan canggung di lingkaran cewek-cewek finalis Idol dan ekspresinya yang flat aja. Atau lihat deh di channel nya, pas dihukum menelpon Mahalini waktu bikin konten sama mamanya.

Nuca yang introvert, canggung, dan kalem sekarang kelihatan lebih ceria di klip Kulakukan Semua Untukmu. Lebih berekspresi. Menggelitiki Mahalini, memeluk, tersenyum, menatap. Meski belum seekspresif Mahalini, namun saya salut. Bagaimanapun juga, ia berada di dunia entertainment. Ia harus lebih luwes. Perjalanan karirnya masih panjang jika ingin berada di dunia yang ingar bingar ini. Harus ada banyak hal yang perlu dikompromikan. Ia harus banyak belajar. Dan saya yakin ia pasti mampu.


Harapan untuk Nuca dan Mahalini

Cr : @mahaliniraharja

Sejak melihat beberapa duet jarak jauh mereka berdua di IG, saya yakin mereka akan jadi duet fenomenal di zaman milenial ini jika serius melakukan project bareng. Kecerdasan bermusik mereka tak perlu diragukan lagi. Cara mereka melakukan harmoni lagu itu jempol banyak. Sayang banget kalau nggak diseriusin, begitu pikir saya beberapa bulan yang lalu.

Ternyata harapan saya pun Insya Allah terlaksana. Di mulai duet saat konser kebersamaan, lalu jaming di channel youtube mereka berdua, sampai keluar music video ini. Seandainya untuk konten channel youtube mereka diisi dengan cover lagu pun saya rasa viewernya bisa ratusan ribu, bahkan bisa jutaan melihat besarnya animo pada pasangan duet ini. Hanya saja, saya lebih suka jika mereka melakukan harmonisasi yang penuh di lagu-lagu yang mereka bawakan. Mahalini dan Nuca sama-sama memiliki teknik menyanyi yang tinggi, dan suara yang mampu membaperkan siapa saja yang mendengar. Sayang kalau nggak ditampilkan secara maksimal. 

Pilihan lagu-lagu romantis tentunya jadi pilihan teratas. Namun pengen juga sesekali mereka cover lagu-lagu lama macam I Wanna Take Forever Tonight nya Peter Cetera dan Crystal Benard, atau Endless Love nya Lionel Richie dan Diana Ross. Atau boleh lah lagu-lagu Indonesia yang lebih akrab di telinga macam Aku dan Dirimu nya Ari Lasso dan Bunga Citra Lestari.

Selamat menikmati perjalanan di industri hiburan tanah air ya Mahalini dan Nuca? Terima kasih telah membuat mamak mamak ini baper tiada akhir. Yang belum melihat keuwuan mereka, boleh deh klik channel youtube Nuca di bawah ini.













Jumat, 10 Juli 2020

Jemunak dan Blendrang, kuliner khas Desa Gunungpring

Assalamualaikum temans

Setiap daerah punya makanan khas masing-masing. Di Muntilan semua orang sudah tahu bahwa tape ketan itu ya trademark nya Muntilan. Padahal selain tape ketan, Muntilan pun terkenal dengan kuliner lain yaitu buntil.



Di Muntilan, Buntil merupakan jenis kuliner yang biasa dikonsumsi sebagai lauk. Makanan ini terbuat dari kelapa yang masih muda. Dagingnya nggak selunak yang biasa digunakan untuk melepas dahaga. Dagingnya lebih keras, namun jika diperas belum begitu bersantan. Kelapa ini biasa dipakai untuk bumbu kluban, trancam, atau nasi megono. 

Kelapa itu dibumbuin kemudian dibungkus dengan daun talas, kemudian diikat supaya tak lepas ketika direbus dengan santan berbumbu sampai air habis. 

Sekarang kuliner itu nggak melulu menggunakan daun talas untuk pelapis luar, namun sudah banyak juga yang memasak buntil menggunakan daun ketela maupun pepaya. Di desa saya, Desa Gunungpring pun ada dua makanan tradisional yang nggak saya temuin di tempat lain. Namanya Blendrang dan Jemunak.

Jemunak

Cr : detik.com

Jemunak ini hanya ada ketika bulan Ramadhan. Kuliner manis yang dibuat dari campuran ketela pohon, beras ketan, dan kelapa parut yang ditumbuk hingga halus. Biasanya disajikan dengan juruh, kuah dari gula jawa dan dibungkus menggunakan daun pisang.

Jemunak yang paling terkenal adalah bikinan Mbah Mul. Meski ada orang lain yang mencoba membuat jemunak, namun tak bisa menyaingi gurihnya buatan Mbah Mul. Sama-sama menggunakan telo kaporo (jenis ketela yang katanya enak banget. Saya sendiri nggak bisa bedain mana telo kaporo mana yang bukan) dan beras ketan kutuk, namun nggak ada yang bisa menyaingi halusnya tumbukan mbah Mul. 

Telo Kaporo, beras ketan Kutuk, dan kelapa parut ini ditumbuk dalam lumpang yang besar. Alu yang digunakan mbah Mul menggunakan alu yang terbuat dari kayu yang lumayan berat. Umurnya pun sudah berpuluh-puluh tahun. Waktu saya kecil saya senang melihat Mbah Mul kakung dan putri bergantian menumbuk. Bunyi "jleb ... jleb" yang ditimbulkan saat alu mengenai bahan makanan itu buat saya kok menyenangkan. Nggak sebentar lho menumbuk tig bahan itu supaya benar-benar halus. Seingat saya mereka menumbuk sekitar 4 jam supaya jemunak ini halus dan kenyal. 

Sayangnya sekarang mbah Mul putri sudah sepuh. Untuk berjalan saja sudah susah. Maklum yuswonya sudah hampir 90 tahun. Namun mbah Mul putri masih sehat, masih bisa berbicara dengan jelas. Mbah Mul kakung sudah sedo beberapa tahun lalu, setelah sebelumnya sudah pikun. Sekarang ada Mbak Yih dan Mbak Wah yang meneruskan usaha Mbah Mul. 

Mbak Wah sedang membungkus jemunak (cr: Suara Merdeka)


Blendrang


Buat saya Blendrang terepic adalah buatan Lik Nganah. Jajanan saat saya kecil ini dimakan menggunakan lempeng telo, semacam kerupuk yang terbuat dari ketela pohon. Kalau menggunakan lempeng, maka Blendrangnya tanpa balung. Namun jika Blendrang dengan balung, maka saya akan mendapatkan pincukan Blendrang beserta tulang kambing yang bisa saya sedot sumsum tulangnya. Nikmat banget

Blendrang ini sempat menghilang dari peredaran makanan tradisional ketika Lik Nganah berpulang. Selain itu makanan tradisional di desa saya mulai tergerus oleh zaman yang menyukai makanan modern seperti roti dan lainnya. Namun sekitar 10 tahun yang lalu mulai ada yang jualan blendrang di sebuah kampung, arah selatan dari kampung saya. 

Pernah nyobain. Tapi saya masih terbayang Blendrangnya Lik Nganah yang gurih dan creamy. Nggak bergerindil sama sekali. 

Blendrang ini terbuat dari tulang kambing atau ayam yang masih ada sedikit daging yang menempel, dengan bumbu bawang merah, bawang putih, cabai rawit, jahe dan kencur. Tulang direbus sampai daging yang menempel lunak beserta bumbu halus yang sudah ditumis. Setelah mendidih ditambahkan tepung terigu yang dilarutkan dan dimasukkan ke dalam rebusan tulang. Lalu masukkan santan kental sedikit saja.Rebusan ini diaduk terus sampai tak ada yang bergerindil. Setelah itu dihidangkan hangat-hangat

Blendrang makin nikmat disajikan dengan kerupuk. Jika kepedasannya kurang, maka bisa ditambahkan sambal yang terbuat dari cabe rawit merah. Sekarang ada beberapa tempat yang bisa dikunjungi untuk menikmati Blendrang, di antaranya Blendrang Stand di Jl. KH. Dalhar, Karaharjan Gunungpring atau di Dusun Bentaro.

Saya bersyukur, ketika banyak anak muda yang mulai belajar membuat kuliner khas Indonesia. Bagaimanapun juga kuliner salah satu aset bagi bangsa. Saya punya harapan, kuliner Indonesia tak hanya rendang yang bisa mendunia.