Mindfulness : Berpikir Positif dalam Memandang Hidup - Jurnal Hati Irfa Hudaya

Rabu, 06 Agustus 2025

Mindfulness : Berpikir Positif dalam Memandang Hidup

positif


Hidup itu rasanya seperti berkejaran dengan waktu. Kayaknya sih baru bangun tidur, lalu beraktivitas. Eh … tahu-tahu udah maghrib aja. Kayak nggak berasa setiap detik itu ngilang aja. Seperti waktu itu hanya numpang lewat dan nggak berarti. Berasa dalam sehari 24 jam itu kurang banget untuk manusia-manusia yang sibuk.

Dalam kepala begitu banyak yang berkelindan. Memikirkan sesuatu belum sampai selesai lantas melompat ke pikiran yang lain. Berkutat dengan satu masalah belum juga nemu solusi sudah terbungkus masalah yang lain. Hal ini membuat kepala begitu penuh dengan kekhawatiran yang saling silang sengkarut. Kita pun rasanya sulit bernapas dengan baik.

Keruwetan yang berjejalan membuat manusia selalu merasa memiliki beban yang berat. Mulai tekanan pekerjaan lalu bergeser ke tekanan hidup. Hal ini membuat manusia makin mudah merasa depresi dan susah mengontrol emosi. Rasanya mau senggol bacok aja jika ada hal-hal yang kurang menyenangkan atau merasa hidup kita makin berat.

Apakah bisa menjalani hidup ini lebih ringan dan memiliki nilai sehingga batin bisa lebih tenang?

Menurut saya tentu saja bisa. Hal ini tergantung dari pola pikir manusia itu sendiri kok. dari persepektif apapun saya yakin manusia memiliki kemampuan untuk berkehidupan secara sehat lahir dan batin. Salah satunya adalah mengenal konsep mindfulness.

Apa sih mindfulness itu?

hidup


Secara sederhana mindfulness bisa diterjemahkan sebagai sebuah kesadaran penuh yang sedang kita alami tanpa menghakimi atau bereaksi secara berlebihan. Bukan berarti kita harus bermeditasi berjam-jam. Akan tetapi kita benar-benar hadir secara fisik dan perasaan serta memahami tindakan dan pengalaman hidup sekecil apapun.

Saya akan mengilustrasikan mindfulness dalam sebuah adegan pendek.

Coba kita bayangkan. Pagi-pagi kita membuat secangkir kopi hitam tanpa gula. Sambil duduk di teras, tanpa mengecek jadwal hari ini ataupun scroll hp memperhatikan beranda di media sosial. Kita menghirup aroma kopi yang menguar dan menyesap dalam diam. Menikmati rasanya. Memperhatikan crema yang memberikan rasa nikmat dalam setiap tegukannya. Merasakan sensasi pahit dari kopi robusta maupun liberika. Ataupun merasakan rasa asam yang tertinggal dari kopi arabika. Itu dia yang dinamakan mindfulness dalam sebuah tindakan.

Ada berbagai manfaat mindfulness dari sisi psikologi. Ada berbagai penelitian ilmiah yang memperlihatkan bagaimana mindfulness bekerja dalam diri manusia.

Mengurangi stress dan kecemasan
Mindfulness membantu menenangkan sistem syaraf dan mengurangi kadar hormon stress dikarenakan menggeser kondisi seseorang dari memikirkan hal yang sama secara terus menerus dan berulang terutama pada hal hal negatif, menyakitkan maupun menyedihkan tanpa menghasilkan solusi menuju fokus. Saat seseorang bisa fokus pada pemecahan masalah maka kekhawatiran dan kecemasan akan tereduksi secara maksimal.

Meningkatkan pengelolaan emosi
Mindfulness akan membuat seseorang mampu mengelola, memahami, dan mengekspresikan emosi dengan tepat dan sehat. Hal itu dilakukan baik untuk diri sendiri dan untuk orang lain. Regulasi emosi memungkinkan seseorang untuk merespon sesuatu dengan bijaksana dan rasional.

Meningkatkan fokus dan konsentrasi
Minfulness melatih otak untuk berpikir tentang masa kini, bukan masa lalu yang membuat seseorang menyesali diri atau masa depan yang membuat orang merasa overthinking. Ketika seseorang benar-benar hadir di masa kini, pikiran dan perasaan tak berkelana kemana-mana. Maka fokus dan konsentrasi akan tumbuh dengan sendirinya.

Meningkatkan kesejahteraan
Sejahtera bukan hanya terkait dengan kepemilikan. Sejahtera itu berada dalam kondisi baik, lengkap dan seimbang. Ini bukan hanya tentang materi. Akan tetapi terkait dengan mental, sosial, emosional, serta spiritual. Dengan mindfulness seseorang akan merasakan kehadiran dirinya itu penting dalam kehidupan. Menghargai momen sekecil apapun. Memberikan apresiasi terhadap proses bukan hanya hasil. Serta merasakan koneksi dan keterikatan baik dengan diri sendiri, orang lain serta tuhannya.


Mindfulness dari sisi agama


Seringkali mindfulness dikaitkan dengan buddhisme. Padahal konsep mindfulness itu ada di setiap agama. Termasuk dengan Islam, agama yang saya peluk dan yakini.

Bagaimana mindfulness dalam Islam itu bekerja?

Dalam Islam diajarkan bahwa manusia itu tak hanya menjadi baik terhadap manusia lain atau lingkungan. Ada kesadaran spiritual bahwa dimanapun ia berada ada Dzat Yang Maha Besar mengawasi manusia. Kesadaran bahwa manusia adalah hamba dimana keberadaannya selalu diketahui oleh-Nya meskipun berada di tempat paling tak bisa dijangkau manusia manapun.

mindfulness


Allah selalu hadir dalam setiap langkah manusia. Rasa sayang-Nya selalu datang bahkan melewati sebuah teguran. Meskipun manusia menjauh, Allah terasa begitu dekat lewat detak jantung dan nadi manusia.

Manifestasi mindfulness dalam Islam ditunjukkan dengan hal-hal berikut.

Muraqabbah
Dalam diri setiap muslim dan muslimah semestinya memiliki kesadaran bahwa Allah selalu hadir dan mengawasi setiap saat. Tidak hanya perilaku manusia. Namun juga tentang pikiran dan perasaan. Allah selalu tahu dimanapun dan kapanpun.

Rasulullah pernah bersabda
Beribadahlah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, ketahuilah bahwa Dia melihatmu.
(HR. Muslim)
Saat manusia bermuraqabah membuatnya menjaga diri dari perbuatan keji dan munkar meskipun tak ada manusia satupun yang melihatnya. Hati akan merasa tenang karena merasa Allah selalu bersama manusia. Sehingga manusia pun selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas ibadahnya.

Bertaqwa
Setiap manusia yang bertaqwa memiliki kesadaran akan adanya Allah. Sehingga ia selalu berusaha untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Insan yang memiliki ketaqwaan akan selalu berhati-hati dalam menjalankan hidup. Karena ia tahu. Begitu mudahnya manusia tergelincir dalam perbuatan dosa karena ketidakhati-hatiannya.

Allah berfirman dalam QS Hujurat 13
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian disisi Allah adalah yang paling bertakwa.

Selain merasa selalu diawasi orang yang bertaqwa berhati-hati dalam menjaga lisan, hati dan perbuatan. Beribadah tak hanya menjalankan ritual saja. Akan tetapi juga menjaga akhlaknya dengan baik. Meski berat ia tetap tunduk menjalankan dan meyakini akan kebenaran Allah. Ia pun akan melakukan berbagai tindakan muamalah yang baik dan menjauhi maksiat meskipun tak ada yang melihatnya.

Menjaga kekhusyukan
Khusyuk adalah menghadirkan hati dan pikiran saat seorang muslim atau muslimah beribadah, terutama pada shalatnya. Jika seseorang khusyuk saat melaksanakan shalat. Ia takkan tergesa-gesa karena ia menikmati setiap gerakan dan bacaan shalat. Khusyuk itu laksana berbincang dengan Sang Pencipta. Butuh ketenangan menjaga gerakan dan pikiran sehingga terasa nikmat saat berdialog dengan Allah.

Khusyuk itu mindfulness tertinggi dalam spiritual. Tak hanya sekadar sadar namun juga tunduk dan terkoneksi dengan Sang Maha Pencipta.

Berdzikir
Berdzikir itu mengingat pada Allah baik secara lisan, hati dan perbuatan. Ini adalah mindfulness dalam Islam yang paling ringan, akan tetapi besar pahalanya jika itu dilakukan.

Al Quran menyebutkan dalam Surah Al Baqarah ayat 152
Ingatlah kepada-ku maka Aku pun akan mengingatmu.
Dengan berdzikir seseorang akan merasa tenang hati dan pikirannya. Karena mengingat-Nya dalam setiap langkah tentu saja akan menjauhkan diri dari godaan syaitan dan berbuat dosa. Semakin dekat pada Allah meskipun amalan ini begitu ringan. Allah pun menjanjikan pahala yang besar pada setiap muslim dan muslimah yang selalu mengingat dan menyebut asma-Nya.

Tak ada manusia yang lepas dari ujian dan cobaan dari Sang Pencipta. Rasanya pasti berat. Saat awal ujian atau cobaan itu datang pasti banyak pertanyaan yang berkelindan di kepala.

Saya yakin, dengan iman yang ada di dada. Keyakinan bahwa Allah takkan menguji hamba-Nya di luar kemampuannya. Setiap ujian atau cobaan telah Allah siapkan solusinya. Tinggal manusia semakin berusaha memperbaiki hubungannya dengan Sang Pencipta.

Berbaik sangka pada Allah. Maka Allah akan sesuai dengan prasangka manusia. Insya Allah.

Tidak ada komentar:

Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar ya? Terima kasih