Empty Nest Syndrome (ENS) adalah sebuah fenomena psikologis sering kali dialami oleh para orang tua yang anak-anaknya sudah dewasa. Mereka mulai meninggalkan rumah untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi, bekerja di luar kota, atau bahkan menikah. Hal ini ditandai dengan perasaan kesepian, kehilangan, dan kekosongan emosional dalam diri para orang tua.
Mereka yang berusia antara 40 – 50 tahun merasakan fenomena ini. Meskipun tak bisa dikatakan sebagai kondisi klinis secara resmi. Namun begitu banyak yang mengalami sehingga perlu menjadi perhatian bagi para ibu dan ayah yang memiliki usia sekitar itu.
Ada beberapa tahapan orang proses yang dialami oleh para orang tua ini. Hal ini menjadi reaksi terhadap anak-anak yang lebih sering berada di luar rumah.
Penolakan
Biasanya orang tua merasa bahwa anaknya masih bayi, atau seperti stuck di usia remaja. Rasanya tak mau anak-anak memiliki kesibukan sendiri meskipun itu terkait dengan kegiatan sekolah. terkadang ada orang tua yang melarang anaknya pergi baik dengan temannya atau kegiatan di luar rumah.
Perasaan kehilangan atau perilaku pasif
Saking memiliki perasaan kehilangan yang amat kuat. Hal ini menimbulkan kesedihan yang mendalam. Bahkan ada orang tua yang menganggap anaknya tak lagi perhatian karena terlalu sibuk dengan kegiatannya. Terkadang ada orang tua sampai malas melakukan aktivitas karena merasa rindu anaknya pulang ke rumah.
Perilaku impulsif
Anak kadang kesel banget kalau orang tua sudah mulai melakukan hal-hal yang impulsif. Tak bertanya terlebih dahulu. Misalnya menelpon saat anak sedang sibuk berkegiatan. Atau bahkan ada yang anaknya dirantau tiba-tiba orang tua nyusulin gegara tak bisa menahan rindu.
Penyesuaian
Untuk berada dalam tahapan menyadari bahwa anaknya bukanlah anak kecil yang harusnya masih merengek dan ngelendot. Orang tua mulai menyadari bahwa memang sudah semestinya bertumbuh. Mereka pun mulai beradaptasi dengan berbagai perubahan dalam kehidupan orang tua.
Legowo
Saat sudah menyadari bahwa anak bertumbuh. orang tua pun akan mulai menerima situasi saat anak tak harus selalu di sisi karena mereka harus berjuang dan memiliki kehidupan yang lebih berwarna. Orang tua pun akan menemukan keseimbangan emosional kembali. Sudah memahami ritme anak-anak dan bagaimana menyikapi rasa rindu tanpa harus ngerecokin.
Proses ini bisa saja berlangsung cukup lama. Mulai anak pergi hingga dua tahun ke depan barulah orang tua bisa legowo dan terbiasa dengan segala perubahan.
Gejala dan Dampak Psikologis yang biasanya terjadi
Orang tua yang mengalami Empty Nest Syndrome mungkin menunjukkan gejala fisik dan emosional misalnya
- Kesepian, sedih, dan perasaan hampa yang cukup dalam
- Kecemasan, mudah marah, dan gangguan tidur
- Kehilangan tujuan hidup atau bahkan harga diri.
- Rasa gelisah berlebihan akan keselamatan dan kesejahteraan anak
- Penurunan interaksi sosial dan isolasi
- Dalam kasus berat, dapat menyebabkan depresi klinis bahkan pikiran bunuh diri.
Sindrom ini sering kali terjadi pada kaum ibu karena kuatnya keterikatan emosional dengan sang anak. Hal ini biasanya disebabkan karena para ibu sering kali memiliki peran yang lebih besar dalam kepengasuhan anak. Empty Nest Syndrome tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga memiliki berpotensi mempengaruhi hubungan dalam keluarga seperti meningkatnya risiko konflik atau perubahan dinamika pernikahan, terutama jika orang tua sebelumnya sangat tergantung secara emosional pada anak-anak sebagai pusat kehidupan sosial dan emosionalnya.
Bagaimana Cara Mengatasi Empty Nest Syndrome?
Ada beberapa cara setidaknya mengurangi efek dari Empty Nest Syndrome ini.
- Memahami bahwa sindrom ini adalah bagian yang manusiawi dari kehidupan keluarga
- Berusaha memiliki identitas diri diluar peran sebagai orang tua salah satunya dengan kegiatan aktif di luar rumah.
- Mengisi waktu dengan aktivitas baru, seperti hobi, pekerjaan sosial, atau olahraga
- Mempertahankan komunikasi yang sehat dengan anak, meskipun jarak jauh
- Memperluas jejaring sosial di luar keluarga
- Mencari dukungan psikologis profesional jika gejala depresi atau kecemasan berat muncul.
Banyak orang mengalami Empty Nest Syndrome. Hal ini sangat wajar saat menghadapi masa transisi anak menuju kedewasaan. Anak bukanlah milik kita. Ia milik zamannya. Sebagai orang tua kita hanya perlu mengalah sedikit supaya anak memiliki space dan bersiap untuk memiliki pengalaman hidup yang jauh lebih kompleks.



Tidak ada komentar:
Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar ya? Terima kasih