Menjalani, Menikmati dan Mensyukuri nikmat Allah bersama Bank Muammalat Indonesia dalam ber-#AyoHijrah - Jurnal Hati Irfa Hudaya

Jumat, 03 Mei 2019

Menjalani, Menikmati dan Mensyukuri nikmat Allah bersama Bank Muammalat Indonesia dalam ber-#AyoHijrah



Assalamualaikum Temans, 

Membincangkan hijrah, masihlah jauh keluarga kami sampai pada tujuan. Dalam setiap proses yang kami jalani selalu saja dilalui dengan berbagai onak dan kerikil. Godaan dan rasa letih selalu saja mendekat supaya kami menepi. Saya tak berani mengatakan bahwa yang kami jalani adalah ujian dari Allah supaya keimanan kami naik kelas. Bisa jadi ini adalah kafarat dari dosa yang kami lakukan. Namun yang pasti, saya meyakini bahwa Allah selalu memberikan kami yang terbaik. Meski terkadang kami merasa sebaliknya. 

Flashback bertahun lalu, suami adalah pengabdi perbankan konvensional. Mulai tahun 2006 suami bekerja sebagai marketing. Gaji memang tak banyak. Namun pendapatan ditambah bonus dan insentif. Bagi kami, pendapatan suami lebih dari cukup saat anak masih kecil-kecil. Meski begitu, entah mengapa kami tak bisa menabung dalam jumlah banyak. Selalu saja pendapatan suami mengalir tak ketahuan arahnya. 

Lima tahun pertama suami bekerja di bank konvensional, saya mulai mengikuti taklim. Setiap kali membicarakan ekonomi syariah, saya selalu tersentil jika narasumber membincangkan riba. Lingkungan masjid dimana saya sering melakukan kegiatan religiusitasnya pun makin riuh jika riba menjadi topik pembicaraan. 

“Eh ... Pak A, nanti di akhirat perutnya melendung karena jualan uang.” 
“Eh ... iya ya, mengerikan sekali azabnya di akhirat nanti.” 

Sering kali saya mendengar beberapa ibu-ibu membicarakan salah satu jamaah yang bekerja di lembaga keuangan. 

Tentu saja nurani saya terganggu. Bagaimanapun juga posisi seseorang yang dibicarakan itu tak berbeda kondisi dengan suami saya. Saya pun makin gelisah. Di tambah lagi saya mulai membaca buku-buku religi ketika saya hendak menulis buku motivasi islami mendapati berbagai tulisan dalam referensi-referensi itu seolah menampar saya. 

Ternyata, hati suami pun tak berbeda dengan saya. Suami jauh lebih gelisah lagi. Bagaimanapun juga beliau adalah kepala keluarga yang mempunyai kewajiban untuk menafkahi keluarga dari pintu yang kehalalannya dijamin oleh Allah. Namun perasaan takut tak bisa menafkahi keluarga lebih dominan. Saya pun merasa takut jika pintu itu ditutup kami tak bisa menjemput pintu rizki lain dengan jumlah yang sama. 

Saya bertanya pada seorang sahabat yang bekerja di lembaga keuangan syariah bagaimana pendapatnya tentang bekerja di bank konvensional. 

“Aku tak berani menghukumi apapun pada mereka yang bekerja di bank konvensional. Banyak orang yang memiliki pemahaman agama bagus tetap bekerja di bank konvensional. Banyak pula orang-orang yang sangat paham agama tak menyimpan harta mereka di bank syariah.” 

“Sejujurnya aku takut. Aku juga sangat tak nyaman dengan komentar orang tentang suamiku yang bekerja di bank konvensional,” cerita saya.

“Orang itu memang mudah untuk berkomentar. Sering kali komentar orang mendorong kita memutuskan sesuatu. Namun orang-orang yang berkomentar sering kali tak bisa membantu apapun jika keputusan itu dilakukan dan mendapatkan kesulitan.” 

Begitu kata sahabat saya. Namun hal itu tak juga memberikan kelegaan di hati. Hati saya dan suami terus saja bergelut dengan risau. Kami mempertimbangkan seandainya suami resign dari kantornya, lalu bagaimana jika tak segera mendapatkan pengganti sementara ada perut yang harus diberi makan? Biaya sekolah mungkin bisa menunggu. Namun tidak dengan perut lapar. Begitu pemikiran kami. 

Tahun 2016 menjadi awal dari titik keberanian kami. Suami makin tak nyaman di kantor. Target marketing yang makin dinaikkan sementara area marketing dipersempit membuatnya makin jauh dari tutup target. Selain itu suasana kerja yang makin tak kondusif dengan bergantinya pimpinan unit yang begitu sering. Komunikasi antar rekan tak lagi menyenangkan. Dan berbagai faktor lain akhirnya mendorong suami untuk resign dari kantor. 

“Berapa tahun kita mengalami kegelisahan masalah riba dan rezeki yang didapat dari kantor bank konvensional, Nda? Mungkin ini jawaban dari doa-doa kita. Tak ada kata terlambat. Kita mulai dari sekarang ya?” 

Saya seperti orang patah hati. Inginnya saya menahan suami untuk tetap bekerja di sana. Namun ingatan tentang berbagai kegelisahan yang sudah menahun terus saja berkelindan di kepala. Sedih, khawatir dan takut selalu sejajar dengan langkah kaki. 

Sesungguhnya Allah bersama kita (QS Attaubah [4] : 40) 
Suami pun mencoba berjualan emping. Ia mulai kulakan emping dalam kemasan kecil kemudian dititipkan di warung-warung. Hasilnya memang belum memadai. Namun setidaknya ada uang bensin saat ia pulang ke rumah. 

Tak lama kemudian suami mendapatkan tawaran bekerja kembali. Lagi-lagi bank konvensional yang membutuhkan karyawan secepatnya. Beberapa kali tawaran datang dari bank konvensional yang berbeda. Kami mencoba bertahan. 

Saya yang sering kali goyah. Tawaran pekerjaan dengan gaji minimal sama dengan gaji sebelumnya. setiap bulan simpanan kami tergerus untuk biaya hidup sehari-hari. Sampai ketika simpanan habis, saya pun harus berhutang untuk menutup kebutuhan sehari-hari. 

Apakah saya tak mempunyai penghasilan? Saya tak bisa mengandalkan royalti buku. Blog saya waktu itu belum menghasilkan, apalagi tawaran ngebuzz produk. Kami tak hanya hidup hemat. Super duper hemat. 

Beberapa kali saya tak memegang uang sepeser pun. Bahkan untuk makan esok hari pun saya tak tahu. Kondisi seperti itu suami tak tahu karena saya tak bercerita. Yang saya pikirkan saat itu adalah tak ingin membebani pikirannya. Hanya saya dan Allah saja yang tahu. Hanya pada-Nya saya mengadu. 

Namun Allah sebaik-baik penolong. Ia mengirimkan rejeki dari pintu yang tak saya duga. Setiap kali saya letih, ada saja rezeki yang Allah titipkan dari orang lain. 

Satu waktu, saya benar-benar bingung. Tak ada sepeser pun uang dalam dompet. Beras pun sudah habis. Jari-jari sudah mengetik hendak meminta pertolongan pada adik-adik yang ada di seberang. Namun saya diingatkan bahwa kedua adik saya pun tak bekerja. Tulisan panjang pun saya hapus kembali. Lantas air mata menetes tanpa kendali. Sambil beristighfar. 

Bertemu teman yang memiliki harta berlebih, kepala pun sudah merangkai kalimat untuk meminjam uang sekadarnya. Namun lidah terasa kelu. Teringat harga diri suami yang menjadi pertaruhan. Segala kalimat yang sudah diujung lidah pun ditelan kembali. 

Dalam kebingungan, saya dan anak-anak ke rumah mbak Yana sahabat saya. Ia sudah seperti kakak saya sendiri. Sampai di sana anak-anak kami pun berbaur gembira tanpa tahu apa yang dirasakan orang tua. Saat saya dan Mbak Yana ngobrol ngalor-ngidul, tiba-tiba mbak Yana bertanya,”Nduk, kamu punya beras nggak di rumah?” 

Saya tak mampu menjawab. Untuk menganggukkan atau menggelengkan kepala pun tak sanggup. Hanya mata berkaca-kaca yang menjawab pertanyaan mbak Yana. Ternyata Mbak Yana bisa membaca pikiran saya. Masya Allah. Intuisinya bekerja luar biasa. Tak lama kemudian Mbak Yana pun menyiapkan beras untuk saya untuk dibawa pulang. 

Ketika hendak pulang, ia menyisipkan sejumlah uang di genggaman saya. 

“Untuk sangunya anak-anak ya?” 

Saya terus belajar meyakini bahwa Allah takkan pernah meninggalkan hamba-Nya. Selama kita masih berprasangka baik. Selama kita percaya bahwa di saat Allah memberikan kesulitan Ia telah menyiapkan kemudahan itu bersisian. 

Hampir setahun kami melakoni kehidupan yang membutuhkan kesabaran bertingkat. Sampai di suatu ketika dalam sujud saya curhat pada-Nya. 

“Ya Allah ... saya sudah tak sanggup.” 

Tiga kali saya mengucapkan itu dalam sujud di tengah malam. Tak sampai seminggu ‘curhat’ saya, suami pulang ke rumah dengan kabar baik. 

” Bunda, Ayah ada tawaran kerja di bank syariah. Pendapatan tentu saja tak sebesar dulu. Kita masih harus prihatin. Bagaimana?” 

Ini adalah jalan dari Allah. Bagaimana tidak? Di tempat yang baru, suami pun sempat mengikuti taklim seminggu dua kali. Di kantor pun secara reguler diadakan tadarus Al Quran. Kegiatan yang berkaitan dengan keagamaan sering kali diadakan oleh kantor. Suami pun nyaman dengan suasana di kantor baru. Terutama dengan suasana religi yang kental. 

Dengan pendapatan yang lebih kecil dibandingkan sebelumnya, kami bisa mencicil hutang. Allah juga menyiapkan rezeki lewat pintu saya. jika digabungkan pendapatan saya dan suami hampir sama dengan pendapatan yang didapat suami di kantor lama. 

Tak ada yang kebetulan di dunia ini. Allah lah yang telah mengukir skenario di semesta-Nya. Kita tak bisa memilih takdir yang sudah Allah tetapkan. Namun kita diberi kesempatan bagaimana cara kita menjalani, menikmati dan mensyukuri segala yang Allah siapkan untuk kita. 

Kesulitan ataupun kemudahan. 

#AyoHijrah bersama Bank Muammalat Indonesia 


Tahukah temans, bahwa Bank Muammalat adalah bank pertama murni syariah di Indonesia? Sejujurnya saya pun sudah berkenalan dengan Bank Muammalat sejak tahun 2001 dimana saya bekerja di Semarang. Nah, saat ini Bank Muammalat ingin memperluas fungsi tak hanya sebagai penyedia layanan perbankan syariah, namun menjadi agen penggerak semangat umat untuk meningkatkan diri ke arah ajaran Islam yang lebih baik. Tak sekedar baik saja, namun secara sempurna dan kaffah. Hijrah bermakna lebih baik. Untuk itu Bank Muammalat mengadakan gerakan #AyoHijrah untuk menjadikan Islam sebagai way of life (tujuan hidup). Tak hanya mengenal Islam sebagai agama yang mengatur hubungan individu dengan Sang Pencipta. Namun #AyoHijrah ini mengajak menjalani sesuai tuntunan Islam yang baik lagi berkah. 

Mengapa Bank Muammalat getol menyuarakan gerakan #AyoHijrah? Dengan peningkatan kualitas hidup yang semakin kaffah dalam berislam, tentu saja semua aspek yang dijalankan pun disesuaikan dengan tuntunan. Begitu juga dalam bidang perekonomian, dalam hal ini khususnya perbankan. Harapan Bank Muammalat bahwa perkembangan perbankan yang dikelola secara syariah menjadi selaras dengan kondisi masyarakat Indonesia yang sebagian besar adalah muslim. 

Apa saja yang sudah dilakukan Bank Muammalat untuk menggerakkan #AyoHijrah? Mereka mengadakan edukasi atau seminar bagi masyarakat mengenai perbankan syariah. Bank Muammalat juga sering mengadakan ‘open booth’ di pusat kegiatan masyarakat, kajian islami dengan narasumber dari kalangan ulama, serta pemberdayaan masjid sebagai agen perbankan syariah. 

Ada beberapa hal yang menjadikan pertimbangan mengapa masyarakat memilih Bank Muammalat dalam gerakan #AyoHijrah : 

  • Bank Muamalat adalah bank pertama murni syariah di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1992. 
  • Bank Muamalat tidak menginduk dari bank lain, sehingga terjaga kemurnian syariah nya. 
  • Pengelolaan dana di Bank Muamalat didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi syariah yang dikawal dan diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah. 
  • Bank Muamalat memiliki produk dan layanan keuangan lengkap yang ditunjang dengan berbagai fasilitas seperti Mobile Banking, Internet Banking Muamalat dan jaringan ATM dan Kantor Cabang hingga ke luar negeri. 

Ada beberapa layanan yang diberikan kepada nasabah Bank Muammalat, diantaranya : 

  • Tabungan iB Hijrah 
  • Tabungan iB Hijrah Haji dan Umrah 
  • Tabungan iB Hijrah Rencana 
  • Tabungan iB Hijrah Prima 
  • Tabungan iB Hijrah Prima Berhadiah 
  • Deposito iB Hijrah 
  • Giro iB Hijrah 
  • Pembiayaan Rumah iB Hijrah Angsuran Super Ringan dan Fix and Fix (masih dalam proses pengajuan kepada Regulator/OJK) 
Serunya lagi, Bank Muammalat sudah merilis aplikasi #AyoHijrah loh! Bisa deh teman-teman cari di playstore.


Bermuamalah secara syar’i dengan Bank Muammalat 


Di atas saya bercerita perkenalan saya di tahun 2001 ketika saya bekerja di sebuah media cetak nasional perwakilan Semarang. Seluruh penggajian karyawan melalui sebuah bank konvensional rekanan kantor pusat. Saya pun memindahkan sebagian gaji saya untuk ditabung di Bank Muammalat Cabang Baiturrahman Semarang. 

Dalam hati jika satu saat mempunyai kebutuhan dan perlu mengajukan pembiayaan akan saya lakukan via Bank Muammalat. Saya pun sempat bertanya mengenai kerja sama yang biasa dilakukan antara nasabah dan bank Muammalat. Sayangnya setelah menikah saya pindah ke sebuah kota kecil dimana untuk mencapai Bank MUammalat terdekat setidaknya harus menempuh 30 menit perjalanan. 

Dalam transaksi bank syariah ada hal-hal yang harus dihindari diantaranya yaitu : 

  • Maysir : Perpindahan harta atau barang tanpa melalui jalur akad syariah. Perpindahan terjadi melalui permainan, contohnya permainan kartu 
  • Gharar : sesuaru yang tak jelas, tidak dapat dijamin dan dipastikan wujudnya baik menyangkut barang, harga atau waktu penyerahan uang atau barang 
  • Riba : melipatgandakan jumlah pinjaman saat pengembalian dengan prosentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok yang dibebankan kepada peminjam. 
  • Ghish : Menyembunyikan informasi tentang barang dan jasa. 
  • Bathil : akad jual beli atau kemitraan untuk mendapatkan keuntungan namun yang dikerjakan atau diperdagangkan bertentangan dengan syariah misalnya memproduksi khamr. 
Untuk itu dalam perbankan syariah segala hal harus dijelaskan di awal sehingga kedua belah pihak memahami. Salah satu dari kejelasan di awal adalah mengenai akad. 
  • MURABAHAH : Akad jual beli dimana harga dan keuntungan disepakati antara penjual dan pembeli. Jenis, jumlah dijelaskan secara detil, kemudian barang dserahkan setelah akad dan pembayaran dilakukan baik secara menyicil atau sekaligus. 
  • SALAM : Akad jual beli dengan cara pemesanan. Pembeli menyerahkan uang yang sudah dijelaskan detilnya, barulah barang dikirim. 
  • ISTISHNA’ : Akad jual beli barang bentuknya adalah pemesanan pembuatan barang dengan kriteria tertentu sementara pembayaran dilakukan sesuai dengan kesepakatan 
  • MUDHARABAH : Akad yang dilakukan antara pemilik modal dengan pengelola. Perhitungan bagi hasil disepakati di awal, sementara kerugian ditanggung oleh pemilik modal. 
  • MUDHARABAH MUQAYYADAH : Akad antara pemilik modal untuk usaha dengan pengelola. Pembagian bagi hasil disepakati di awal untuk dibagi bersama. Sementara kerugian tetap ditanggung oleh pemilik modal. 
  • MUSYARAKAH : Akad antara dua pemilik modal atau lebih untuk menyatukan modal pada usaha tertentu. Pimpinan proyek disepakati dari mereka yang menyatukan modal. Akad ini diterapkan pada usaha yang sebagian dibiayai oleh lembaga keuangan 
  • MUSYARAKAH MUTANAQISAH : Akad kerjasama dua pihak atau lebih dalam kpemilikan suatu aset. Ketika akad ini telah berlangsung aset salah satu kongsi dari keduanya akan berpindah ke kongsi yang satunya melalui mekanisme pembayaran secara bertahap. Akad ini juga bisa terjadi pada akad mudharabah dimana modal pokoknya dibayar secara bertahap, sementara usaha itu berjalan terus dengan modal yang tetap. 
  • WADI’AH  : Akad antara dua pihak. Pihak pertama menitipkan suatu barang kepada pihak kedua, dan bisa dimanfaatkan namun bertanggung jawab jika terjadi kerusakan atau kehilangan 
  • WAKALAH : Biasa juga disebut sebagai akad perwakilan. Wakalah biasanya diterapkan untuk pembuatan Letter of Credit, atas pembelian barang di luar negeri (L/C Import) 
  • IJARAH : Akad sewa menyewa barang antara kedua belah pihak, untuk memperoleh manfaat atas barang yang disewa tanpa diikuti oleh pemindahan kepemilikan. 
  • KAFALAH : Akad jaminan satu pihak kepada pihak lain. 
  • HAWALAH : Akad pemindahan utang/piutang suatu pihak kepada pihak yang lain. 
  • RAHN : Akad menggadaikan barang dari satu pihak kepada pihak yang lain, dengan uang sebagai gantinya. Biasanya akan ini digunkan sebagai tambahan jika akad sebelumnya menimbulkan resiko. 
  • QARD : Akad pembiayaan dana talangan dalam jangka waktu yang pendek. Dalam transaksi tersebut nasabah hanya mengembalikan pokok pembiayaan. 
Temans, mulailah dari diri kita untuk menjalani kehidupan sesuai dengan perintah Allah. Jika kita memperbaiki hubungan dengan Allah, maka Allah yang akan memperbaiki hubungan kita dengan siapapun atau apapun. 

Hanya pada-Nya kita berserah. Pada-Nya pula kita memohon perlindungan.

12 komentar:

  1. Alhamdulillah mantab berhijrah ya mbak. Semoga selalu Allah mudahkan.

    BalasHapus
  2. Benar2 pengharapan paling dalam bahwa Bank Muamalat ini bisa berjalan dengan baik sesuai hukum syari. Tidak mengandung segala praktek riba & menjadi pionir bagi teman2nya. Semoga. Aamiin.

    BalasHapus
  3. Aku bacanya terharu Mbak Irfa. Keputusan yg nggak mudah. Dan kelihatannya berat. Nyatanya bisa dijalani dengan lebih nyaman dan hati tentram ya mbak...

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah semua akhirnya mendapat jalan kemudahan dari Allah sehingga menjalani profesi pekerjaan lebih nyaman

    BalasHapus
  5. Mbak, cerita hidupnya menarik sekali. Kalo udah pasrah sama Yang Punya Hidup, pasti ada aja rejekinya ya.

    BalasHapus
  6. Membaca ini secara dekat dengan orang yang benar-benar mengalami, mb Irfa. Biasanya saya membaca kisah demikian di IG Xbank, selalu muncul pro dan kontra di setiap postingan. Selamat untuk mb Irfa dan keluarga ya, semoga Allah terus memberi kemudahan dalam setiap urusan. Aamiin. I'm happy for u'r family.

    BalasHapus
  7. Pas kuliah aq nasabah Bank Muamalat, sekarang sudah enggak karena jarak rumah-bank muamalat jauuuuuh. Pdhl aq suka jd nasabah bank ini

    BalasHapus
  8. Masya Allah mbak, mataku mbrambang bacanya. Aku pernah kok mba, mengalami seperti yang dirimu alami. Tak ada yang tahu kondisi keuangan kami, karena aku pintar menutupinya. Tapi Allah memang tahu kondisi hambaNYA. Tiap uang mau habis, adaaaa aja caraNYA kami mendapatkan rejeki tak terduga. Kalo mengingat masa susah itu, kami selalu mensyukuri keadaan sekarang dalam kondisi apapun

    BalasHapus
  9. Subhanallah mba... Terima kasih sudah berbagi cerita ini. Jadi yakin bahwa hidup harus terus berjuang dan Allah adalah sebaik-baik penolong. Semoga semakin mantab hijrah kita semua ya mba.. Bersabar dan bersyukur adalah kunci keberhasilan ..

    BalasHapus
  10. Masya Allah, terharu mba, ingat pas mbak irfa cerita di Jogja dulu..Alhamdulillah, diberi jalan keluar oleh Allah ya mba..

    BalasHapus
  11. Baca ini seperti menguatkanku, Mbak. Aku lagi mengalami, sekarang. Aku berdoa setiap hari, pengen bisa bebas riba tanpa hutang riba lagi. Aamiin. Semoga terkabulkan. Rasanya begitu menguras tenaga, hati, dan pikiran. Tapi, bismillah, Allah pasti menyiapkan solusi untuk kita.

    BalasHapus
  12. Alhamdulillah ya mb Irfa, insyaallah Allah tak akan membiarkan umatNya yang berhijrah kesusahan. I've been there, long years ago

    BalasHapus

Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar ya? Terima kasih