Yang Dirindukan di Ramadhan dan Idul Fitri Kali Ini - Jurnal Hati Irfa Hudaya

Minggu, 03 Mei 2020

Yang Dirindukan di Ramadhan dan Idul Fitri Kali Ini




Assalamualaikum temans, 

Allah itu selalu menyiapkan skenario terbaik bagi umat-Nya. Meski sering kali umat-Nya menganggap yang Ia persiapkan adalah hal buruk dalam hidup. Umat-Nya selalu terlupa bahwa selalu ada pelangi setelah badai.

Begitu juga dengan adanya wabah Corona ini. Yakin banget, di antara kita masih saja hadir sejumlah keluhan. Mulai para ibu yang tensi tinggi ngajarin anak, anak yang mager akut karena nggak sekolah, belum lagi Bapak-bapak yang kesulitan bekerja. 

Pernah nggak sih, terpikir bahwa ini adalah jawaban dari keluhan kita di masa lalu? Saya baru terpikir ketika hal ini diungkapkan oleh Kakak. 

"Aku kalau capek banget sama kegiatan sekolah tuh pernah mikir gini, Nda. Seandainya sekolahnya bisa di rumah, nggak harus mandi karena dingin kalau mandi pagi. Liburan sebulan di rumah, marathon nonton drakor, wah ... Mesti surga banget. Allah ternyata ngabulin doaku, Nda. Aku loh, dikasih libur sebulan. Beneran aku marathon drakor setiap hari. Drakor yang nggak kutonton ya cuma The World of Married aja karena ratingnya 21th. Sekarang begini, aku loh masih ngeluh. Dasar manusia ya?"

Bener juga apa kata si Kakak. Sejak Adek sekolah sampai sore saya sering kali kesepian. Adek juga sudah nggak mau dijemput, kecuali kalau pas minta. Saya ngerasa kehilangan momen manis kebersamaan dengan anak-anak. Dan saya pun pernah berangan-angan, kapan ya, saya bisa ngumpul bareng anak-anak 24/7?

Allah menjawab angan-angan saya dengan adanya pandemi ini. Kami nggak kemana-mana. Bener-bener di rumah. Paling keluar rumah kalau belanja kebutuhan pokok. Selain itu ya ngruntel aja bertiga. 

Saya kangen nge-event. Rindu saya mengajar anak-anak ekstra jurnalistik. Hati saya meletup-letup ingin sekali ke masjid. Namun saya masih kudu banyak bersabar lagi. Jika Allah menghendaki, tak ada yang tak mungkin. Bisa saja bulan depan situasi sudah lebih kondusif kan?


Ramadhan kali ini

Ramadhan yang berbeda. Namun tetap istimewa. Tak ada jamaah tarawih atau buka bersama di masjid tempat kami biasa beribadah. Peribadahan di bulan suci ini semuanya dilakukan di rumah. 

Jangan tanyakan betapa kangennya saya beribadah di masjid. Sejak physical distancing diterapkan saya sudah tak ke masjid sama sekali meski masjid tempat saya beribadah masih menyelenggarakan shalat fardhu berjamaah dengan berbagai ketentuan. Masjid hanya menerima jamaah yang sehari-hari memang beribadah di situ. Setiap hari lantai dan dinding disemprot dengan desinfektan. Jamaah membawa sajadah sendiri, dan shaf jamaah pun diatur sedemikian rupa sehingga berjarak. Saya takut ke masjid karena awal physical distancing saya sempat batuk. Saya takut nular ke yang lain apalagi banyak jamaah sepuh di sana. Saya juga berjaga-jaga. Saya pernah bermasalah dengan paru-paru di masa kecil. Makanya di masa seperti ini saya menjaga diri sendiri dulu.

Namun saya masih bisa melihat suasana Ramadan dihadirkan di masjid Mujahidin, tempat saya dan keluarga biasa berjamaah. Meski tak ada buka bersama, masjid tetap menyediakan takjil. Kami diberikan kupon sejumlah anggota keluarga. Dengan kupon itu kami bisa mengambil takjil. 


Kalau Ramadhan sebelumnya makan besar disediakan setiap hari Sabtu, kali ini masjid menyediakan makan besar seminggu tiga kali. Kalau Ramadhan sebelumnya hanya mempersiapkan takjil sebanyak 250 paket, Ramadhan dalam pandemi ini menyediakan 400 paket lebih. Percaya atau tidak, infak takjil melebihi ramadhan-ramadhan sebelumnya. Belum lagi mereka yang bershadaqah untuk jamaah yang terdampak wabah Corona. Ternyata orang yang rizkinya lapang ataupun sempit sama-sama berlomba-lomba untuk mendapatkan pahala. 


Hikmah Ramadhan tahun ini

Ramadhan memang belum berlalu. Namun dari awal kehadirannya sudah memberikan hal yang harus saya syukuri. Karena ayahnya di Semarang, mau tak mau Adek harus menjadi imam bagi saya dan Kakak. 

Bukan hal mudah bagi Adek menjadi imam. Karena selama ini ia selalu shalat di masjid dan sekolah secara berjamaah. Mau tak mau ia harus mengumpulkan hafalannya. Barulah ketahuan, hafalan juz 30 nya banyak yang sudah hilang. Banyak yang terlupa karena di SMP nya kewajiban yang dimiliki adalah menghafal juz 29 dan juz 28 kalau sudah lolos di juz 29.



Akhirnya, saya mendengarnya membaca surah di juz 29 ketika menjadi imam tarawih. Biasanya ia tak mau didengarkan ketika menghafal. Ia akan menutup pintu kamarnya rapat-rapat. 

Mungkin saya yang lebay sualay. Mendengar hafalannya saya kok mbrambang. Ada rasa bangga ketika mengimami saya dan Kakak. Apalagi Ahad kemarin saat ayahnya pulang ia bergantian menjadi imam. Ah ... Adek sudah gedhe, bathin saya. 

Hikmah lain adalah kami berkomitmen untuk memperbaiki pola makan. Selama ini konsumsi makanan waktu Ramadhan ya yang enak di lidah, embuh buat kesehatan. Akhirnya sekarang menu seimbang pun dijalankan. Mengurangi banget minuman dan kudapan manis juga gorengan. Wajib banget nyiapin air putih yang lebih banyak.

Menu sahur

Kalau saya Ramadhan ini juga mengurangi karbo. Untuk sahur saya nggak konsumsi karbo. Ternyata enak banget di tubuh. Nggak lemes sama sekali. Saya menambah air putih yang saya konsumsi. 


Lebaran tahun ini

Biasanya sebelum Ramadhan saya sudah membuat list persiapan Lebaran. Meski saya nggak mesti beli baju baru, saya pasti beliin baju buat Adek. Dianya pas masa pertumbuhan, jadi cepet banget kemejanya kesempitan. 

Tahun ini sangatlah berbeda. Saya kayaknya nggak pusing nyiapin apapun buat lebaran. Saya nggak sowan mertua. Nggak mau nyoba-nyoba juga sih. Khawatir aja kan, ntar di tengah perjalanan diminta putar balik oleh yang berwajib? Ikuti anjuran pemerintah dulu ajalah. Paling nitipin buah tangan buat mertua via suami. Karena adik-adik saya dan keluarga tidak mudik, logistik yang ada pun hanya buat keluarga. Terus nelangsa banget. Tahun ini di kulkas tanpa ada pancake durian, durian Medan, bika ambon Zulaikha, Bolu Meranti. Nggak ada juga rendang asli dari Sumatera, malbi, pempek, pisang coklat dan kopi Lampung. Ah ... Jadi ngiler kan?

Sejatinya di bulan Syawal tuh saya seneng sekali silaturahmi. Biasanya sih ke tempat adik-adiknya simbah, budhe, sepupu-sepupu saya, apalagi yang open house, dan sahabat-sahabat rasa keluarga. Namun silaturahmi tahun ini diganti secara online saja. Masih bisa video call untuk mengeliminir rasa rindu meski sejatinya tak bisa mengganti nikmatnya bertemu secara fisik. Namun kita semua sudah sama-sama tahu dan saling memahami. Sampai saudara-saudara yang sepuh sekalipun. 

Untuk jualan suami, masih ada sih stock emping, kacang bawang, mete, peyek dan wallens (sus kering isi coklat). Namun persediaan kami tak banyak. Kalau biasanya kami bisa menjual sampai 150 kg emping, sampai sepertiga Ramadhan ini kami baru mempersiapkan 1/5 dari tahun kemarin. Takut juga kalau nggak kejual kan? Meski begitu saya tetap yakin, Allah Maha Kaya. Seandainya bukan dari pintu satu ini rezeki kami mengalir, Ia akan memberi rezeki dari pintu manapun sepanjang kami ikhtiar. Bukankah kita wajib ikhtiar sebelum bertaqwa?

Ya ... Hati ini menyimpan banyak kerinduan. Yang terberat buat saya kali ini adalah tak bertemu adik-adik saya yang semuanya tinggal di Pulau Sumatera. Hanya setahun sekali bertemu. Namun tahun ini Allah belum mengijinkan kami melepas rindu. 

Semoga Allah segera memberikan kita keindahan ya? Stay safe, stay healthy and keep stronger ya temans?

13 komentar:

  1. Meski berbeda, insya Allah Ramadan dan Lebaran kali ini tak akan kalah khusuk dan berkesan dibanding tahun2 lalu ya mbaa.. Aamiin..

    BalasHapus
  2. Ramadan kali ini benar-benar simpel ya mbakyu. Meskipun harus menahan hati banyak banyak, apalagi saat jauh dari suami atau salah satu anak. Huhuu... Dio juga ga bisa kumpul di ramadan dan lebaran kali ini.

    BalasHapus
  3. Salut utk takmir masjidnya mba, tetap memberikan pelayanan yg baik bagi jamaahnya meski tidak mengadakan jamaah seperti biasanya ya.. Jempol juga utk ananda yg sdg berani menjadi imam..

    BalasHapus
  4. Barokallah y mb punya anak Soleh..anakku malah seneng ik mb dirmh hehe..g bosen ktnya.. cuman pingin sekl k sala3 ketemu itu dan sdr2..udh 2 bl g plg sala3.smoga corona segera usai y mb.

    BalasHapus
  5. Ramadhan tahun ini karena lagi pandemi pasti ada perbedaan, gak ada mudik, bersihin karang gigi juga gak bisa, gak ada hunting baju lebaran, banyak deh. Tapi bawa happy ajalah....

    BalasHapus
  6. Ramadhan dan Lebaran tahun ini tak kan pernah terlupa ya Mbak karena ada banyak hal yang patut diingat, meski dalam kesederhanaan dan keterbatasan tak akan mengurangi keseriusan ibadah

    BalasHapus
  7. Kebayang sih senengnya pas si ade jadi imam trs hafalannya keluar. Sama kek Nadia juga yg kadang kukasih kesempatan jd imam krn alhamdhulilah hafalan udah lumayan banyak. Bangga dan bahagia banget rasanya.

    BalasHapus
  8. Aku pun baper saat si bungsu jadi imam. Kalo menghapal kan nggak pernah mau didenger juga Mbak. Beda dengan kakak nya yang udah biasa jadi imam.

    Aku juga tarwih di rumah, sedihnya adalah nggak ada menyiapkan menu takjil untuk masjid

    BalasHapus
  9. Wah masjidnya bisa jadi inspirasi nih mbak. Tetap mengadakan sajian buka bersama dengan cara diambil per keluarga. Coba usul ah untuk masjid di kompleks perumahan

    BalasHapus
  10. Langitkan doa yang merindukan masa-masa kebersamaan mba, semoga aja Allah mengabulkan seperti Beliau mengabulkan permintaan banyak orang yang pengin di rumah aja saat ini. Dia Sang Maha Pemberi akan semua kenikmatan yang kita inginkan, asalkan kita tiada mengingkari nikmat yang telah kita terima yaaa... *pasti kau bakal bilang ini komenku dihack orang :))

    BalasHapus
  11. Bener kata Kakak, aku juga sempat ingin bayak aktivitas di rumah (padalo yo bendino nangomah ae) dan akhirnya terkabul, ga boleh ngeluh pokoke.

    Barakallah Adek Lilo, semoga hafalannya makin nambah dan istiqomah ngapal Alquran 💕💕

    Aku pun sama Mbak, ga mikir apa2 buat lebaran. Udah mewek aja kalo denger suara takbiran

    BalasHapus
  12. selalu suka sama tulisannya mba irfa :). saya puasa dan lebaran kali ini pertama kali nggk bareng suami dan keluarga huhu walaupun sedih ttpi tteap harus menyambut ramadhan dg suka cita

    BalasHapus
  13. Sedihnya Ramadan taun ini, ga. Ada suara2 khas saat tarawih, gabisa tarling dan kumpul bukber sama keluarga...semoga meski begitu tetap ada kehangatan di rumah ya Mba

    BalasHapus

Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar ya? Terima kasih