Atmaji Sapto Anggoro, Pebisnis Media Yang Tak Pelit Berbagi Ilmu - Jurnal Hati Irfa Hudaya

Minggu, 16 April 2017

Atmaji Sapto Anggoro, Pebisnis Media Yang Tak Pelit Berbagi Ilmu


Tak ada yang instan dalam proses kesuksesan seseorang.  Selalu diawali dengan proses panjang untuk menuju satu titik yang dikatakan orang sebagai kesuksesan. Begitu juga dengan seseorang yang kita kenal dengan nama Atmaji Sapto Anggoro. Mereka yang sudah lama berkiprah di bidang jurnalistik pasti sangat mengenal sosoknya dalam bisnis media.
Sapto, begitu ia biasa dipanggil merupakan pekerja media yang memulai karirnya dari tahun 1980-an. Ia yang telah lama malang melintang di berbagai media cetak menjadi seseorang yang mumpuni di bidangnya sehingga memilih media sebagai lahan bisnisnya.
Setelah gagal masuk Akademi Kepolisian, ia menempuh pendidikannya di jurusan jurnalistik  Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Surabaya – Almamater Wartawan Surabaya. Tak mau hanya berpangku tangan, ia pun nyambi bekerja sebagai tenaga cetak foto hitam putih. Pekerjaan yang ia tekuni menjadikannya seseorang yang piawai dalam urusan cetak mencetak foto.


Hanya saja ketika teknologi cuci cetak digital yang hanya memerlukan waktu satu jam cetak foto pun selesai, ia pun berpikir untuk beralih profesi karena merasa profesi itu takkan bertahan lama dan teknologi semakin lama semakin berkembang sesuai jaman,
Ia suka menulis. Sejak masih berprofesi sebagai tenaga cetak foto ia beberapa kali mengirimkan artikel ke media cetak. Sehingga saat ia memutuskan berhenti dari pekerjaan lamanya, ia pun kemudian serius menekuni bidang jurnalistik.


Tahun 1987 menjadi awal karirnya sebagai pekerja media. Ia menjadi wartawan olahraga di Surabaya Post. Saat melamar pekerjaan, ia tidak menuliskan surat lamaran, melainkan contoh tulisanlah yang ia kirimkan. Ia pun langsung diterima dan artikelnya pun dimuat. Sebuah bukti, bahwa kreativitas dan strategi yang tak bisa di dapatkan di sekolah manapun.
Tiga tahun menjadi jurnalis di Surabaya Post menjadikannya seseorang pembelajar. Ia pun belajar mengedit berita. Saat ia berpikir tentang karirnya yang stagnan, secara kebetulan seorang teman menawarinya untuk bergabung di Berita Buana sebagai wartawan olah raga. Meski ia sempat meliput event olah raga di luar negeri, Sapto hanya bertahan selama satu tahun di sana.
Laki-laki yang lahir di Jombang, 4 Oktober 1966 ini pun berpindah ke Republika sebagai redaktur di tahun 1993. Ia meliput berbagai event olah raga skala internasional. Tahun 1999 ia ikut membidani lahirnya detik.com. Sampai kemudian pihak detik.com menawarinya untuk bergabung sebagai wakil pemimpin redaksi.
Ia memilih detik.com sebagai tempat barunya untuk berkarya. Meski tak ada gaji yang pasti, namun Sapto melihat masa depan sebuah media adalah media internet. Di tahun yang sama sebuah perusahaan dari Hongkong berinvestasi  senilai 24 milyar ke detik.com. Hal ini menjadikan karir Sapto pelan menanjak.
Seorang Sapto yang awalnya tak tahu menahu urusan sales dan marketing mau tak mau harus belajar dari awal. Bahkan sampai urusan periklanan pun harus ia pahami. Kepiawaiannya sebagai pebisnis pun diuji. Kemudian ia menyusun berbagai strategi pemasaran untuk sebuah media online dan berhasil.

Di tahun 2011 ia meninggalkan detik.com dengan posisi sebagai direktur operasional dan bergabung di situs berita merdeka.com. Merdeka.com merupakan hasil kolaborasi antara media dan teknologi. Dengan bergabungnya Sapto ke merdeka.com dengan berbagai strategi yang ia terapkan menjadikan merdeka.com sebagai situs berita yang berada di urutan tiga besar se Indonesia.
Tak hanya berhenti di situ saja. Laki-laki yang pernah menjabat sebagai Sekjen APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) membangun bisnis kliping digital hingga sekarang.

Ia menjadi founder dari Padepokan ASA yang bertempat di Wedomartani Jogjakarta. Padepokan ASA merupakan sebuah tempat untuk berbagi keahlian apapun secara terbuka. Mereka yang ingin berbagi ilmu secara gratis dipersilakan untuk bergabung dengan Padepokan ASA sesuai dengan tagline  nya yaitu house of sharing and incubation.

10 komentar:

  1. Wiih keren berbagi ilmu setiap saat gratis pula ya mbak

    BalasHapus
  2. Kereeeen si bapak ini. Jadi pengen belajar bareng beliau ;)

    BalasHapus
  3. Kereeen! Inspiratif sekali beliau. Semoga berkah dan bermanfaat 😍

    BalasHapus
  4. kenalin dong mba Ir hahahha
    saya juga mau belajar bisnis dengan beliau, dunia jurnalistik juga mauuuuu

    BalasHapus
  5. Wah masnya sering bagi ilmu gratis ya keren 😊

    BalasHapus
  6. inspiratif sekali, semoga bisa ketularan semangat beliau...aamiin

    BalasHapus
  7. Wah senangnya bisa berbagi ilmu gratis, kereeen!

    BalasHapus
  8. Ajakin buat ngisi workshop bareng GRes, Mba Irfa...sepertinya seru ngilmu dr beliau

    BalasHapus
  9. Wah bisa diundang untuk acara kopdar GRess nih mba...

    BalasHapus

Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar ya? Terima kasih