Kelas Inspirasi yang bikin sulit move on (late post) - Jurnal Hati Irfa Hudaya

Minggu, 25 Oktober 2015

Kelas Inspirasi yang bikin sulit move on (late post)

Sebenarnya cuma penasaran banget sama temen-temen di grup Wasap  Gengers yang ngobrolin tentang Kelas Inspirasi. Setelah tahun kemarin sebagian anggota grup berombongan ngakak-ngikik-ngukuk cerita serunya ikutan Kelas Inspirasi. Tahun ini, yang belum pernah ikutan di grup itu ngedaftar jadi inspirator. Yang kemarin udah ngedaftar jadi inspirator, dua temen lagi rempong jadi fasilitator. Pengen ikutan, tapi kok jauh. Mikir aja kan, week days gitu ninggalin anak-anak keluar kota? 

Pas baca kalau di Magelang ada kelas inspirasi, enggak pake mikir langsung daftar aja setelah sukses ngajak temen IIDN Jogja, Mbak Umi buat ngedaftar jadi inspirator. Penasaran, kenapa mereka yang udah pernah ikutan rata-rata gagal move on. Akhirnya, submit pendaftaran Kelas Inspirasi Magelang, meski nggak kebayang mau kayak apa.

Briefing 20 September 2015 pun masih berasa bingung. Apa gitu yang mau disampein ke anak-anak SD tentang pekerjaan sebagai penulis. Kalau inspirator lain udah jelas banget. Mbak Danty dokter gigi, dan Mbak No'e dosen. Sementara dua inspirator lain, Mas Indras dan Mas Wira belum ketahuan kabarnya. Mbak Nana sebagai fasilitator pun kebagian seksi rempong merempong dalam urusan ini. Langsung deh dibikinin grup wasap baru sama Mbak Nana untuk kelancaran meeting kelompok 13, kelompok kami. O ya, aku satu kelompok sama adek tingkatku kuliah di Bulak Sumur. Dia jadi fotografer di kelompok 13. Namanya Lamia, Adek tingkat jauuuuhhh banget. Soalnya pas aku semester pertama di fakultas itu, Lamia baru lahir. :)


Mulai sering meeting di grup wasap, eh... akunya malah tepar. Udah ke dokter tapi nggak sembuh-sembuh. Hp seringan nggak kepegang. Pokoknya banyak istirahat aja. Seminggu itu cuma berharap , semoga bisa ngerasain apa yang diceritain sama Gengers. 

28 September 2015, entah karena excited atau apa, bangun pagi tuh kepala yang biasanya berat banget rasanya jadi lebih ringan. Pusing dan mual berkurang banyak banget. Apalagi di grup wasap udah rame aja persiapannya. Biasanya kemana aja pergi jadi biker, terpaksa naik mobil aja. Biar nggak kena angin hehehe... Abis anter anak-anak, langsung tancap ke Magelang, padahal rencana mau ke dokter dulu karena seminggu sebelumnya nggak ada perubahan. 

Meeting point kami di Bank BNI Magelang. Udah ada Mbak Nana, Mbak No'e, Mas Indras dan Mas Wira. Keren lho Mas Indras ini. Dibela-belain pulang dari Berau buat ikutan Kelas Inspirasi. Mas Wira juga nggak kalah keren, Dari Surabaya ke Magelang buat ikutan Kelas Inspirasi doang. Jadi mikir, pasti ada 'sesuatu' yang bikin mereka ketagihan dan gagal move on dari kelas inspirasi. Tambah seru lagi ketambahan dua videografer dari SMA 2 Magelang, Dinda dan Uyung. Jangan salah, Dinda tuh cowok. Kami ketawa ketika ngeliat yang dateng dua cowok kumisan. 

Kami bersepuluh berangkat beriringan menuju MI Muhammadiyah Sidorejo Bandongan. Sampai di sana, kami langsung mengikuti upacara bendera. Lama nggak ngikutin upacara bendera, ternyata membuat nasionalismeku menaik ketika melihat bendera merah putih dikibarkan. Selesai upacara bendera, kami pun dikenalkan sebagai inspirator. Pembukaan acara yang dipandu Mas Wira ternyata membuat anak-anak semangat. Jempol dua buat Mas Wira yang sanggup bikin suasana jadi meriah pagi itu dengan beberapa games yang dilakukan. 

Nah ... saat yang dinanti tiba. Pihak sekolah membagi anak-anak menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama kelas satu dan dua, kelompok 2 adalah murid klas tiga dan empat, sementara kelompok ketiga adalah kelas lima dan enam. Jam pertama, aku harus masuk ke kelompok tiga. 

Masuk ke kelas itu, berasa aneh sendiri. Anak-anak yang udah remaja begini, udah nggak mau diminta teriakin yel-yel atau nyanyi-nyanyi.
"Bu, nggak mau pake yel-yel begitu. Kayak anak kecil aja!" teriak Olin, siswa klas enam.
Glek!
Bingung. Rencana yang dikepala buyar sudah. Blank aja ini kepala. 
"Terus kalau Olin maunya apa?"
"Cerita yang lucu-lucu aja dong Bu!"
Waduh ...
Udah kebayang nih, 30 menit ke depan bakal garing segaring-garingnya. Mulailah aku menanyakan cita-cita mereka. 
"Jadi manten, Bu."
Dueng...
Afan dengan sikap selengekan menjawab pertanyaanku. Anak ini seharusnya udah kelas dua SMP, tapi karena masalah keluarga membuatnya harus mengulang dari klas lima.
"Ya ... selainnya itu?"
Dia melengos, kemudian menatapku.
"Mbok dipikir nanti Bu."

Tetoooottt ...
Otakku jadi lemot mendadak. Lalu aku berusaha bercerita tentang pekerjaanku. Beneran, di kelompok itu aku udah kayak kerupuk disiram air. Gimana enggak, waktu kutanya ada yang suka baca di kelas itu, semuanya menggeleng. Kutunjukkan buku anak-anak, sama sekali nggak ada respons, entah sekedar meminjam atau membaca. Lalu yang terjadi adalah percakapan yang membuatku menyadari, bahwa bukan lagi anak-anak yang kuhadapi. 

"Bu Irfa punya anak nggak?" tanya Olin.
"Punya, dua."
"Klas berapa?"
"Kelas tujuh dan kelas empat."
"Yang kelas tujuh cowok atau cewek Bu?
"Cewek."
"Cantik, Bu?"
"Kalau kayak Bu Irfa cantik nggak?"
" Yaaaa ... lumayanlah."
Ketika kuminta mereka membuat sebuah tulisan satu paragraf, Olin kembali bertanya.
"Bu, anaknya Bu Irfa punya HP?"
"Punya."
"Nomernya berapa Bu? Aku mau kenalan."

Tuing...
"Nulis dulu. Kalau tulisanmu bagus tanpa Bu Irfa minta diperbaiki, Bu Irfa kasih nomernya."
Daaann... inilah tulisan Olin.

Bu, aku minta uang. Aku ingin membeli sepeda motor. Supaya aku bisa main ke rumah teman. Supaya aku bisa pergi kemana-mana.

Dengan tulisan ala cakar ayam.
Ketika aku menutup pertemuan itu, satu pesan Olin.
"Bu, habis ini yang masuk ke sini yang cewek aja. Kak Danty aja ya? Jangan yang cowok. Males!"

Nafasku pun membaik ketika melangkah keluar dari kelas itu. Masuk ke ruangan yang kami pakai sebagai basecamp langsung ngakak bareng Mas Wira dan Mbak No'e. Mereka harus punya plan B ngadepin anak-anak remaja ini. Supaya nggak berasa awkward aja di dalam kelas. 

Setelah itu aku masuk ke kelompok dua. Nah ... kalau di kelas ini semuanya bersemangat untuk neriakin yel atau bernyanyi. Aku menanyakan nama mereka dengan sebuah lagu anak-anak klasik yang kuganti syairnya. Lagu yang aku pakai adalah 'sedang apa'

Siapakah ... Siapakah ... Siapakah namamu?
Nama saya Irfa Hudaya panggil saja Bu Irfa.

Rencananya sih cuma beberapa aja yang akan aku tanyain namanya. Ternyata seluruh kelas minta kutanyain. Kalau sekedar nyanyi dan joget-joget ala-ala begitu oke aja lah. Dari anak-anak kelas tiga dan empat sebagian besar suka membaca. Semangatku pun menaik saat mereka dengan gembira menulis dengan tema Ibu. Semua anak minta maju membacakan karya. Mereka antri dengan tertib membacakan karya-karya mereka. Senyum dan melonjak senang yang mereka lakukan saat aku mengacungkan dua jempolku untuk karya-karya mereka. Tiga puluh menit pun lewat tanpa terasa. Keluar dari kelas itu semua menyalami dan mencium tanganku. So sweet ...

Setelah itu, sambil menunggu teman-teman yang lain selesai masuk kelas, kami ngobrol santai. Heran, ketemu cuma beberapa jam, tapi kok chemistry yang terbangun dapet banget. Kayak udah kenal lama. Enggak ada jaim-jaimnya. Langsung kelihatan aslinya. 

Daaannn... klimaks dari acara tersebut adalaaaahhhh .....
Mbak Danty dan Lamia dimintain nomer ponselnya oleh salah seorang pak guru di sana!
Tambah ngakak aja saat ngobrol di wasap, si Pak Guru sms dan telpon ke salah satu anggota kelompok 13. :D

Tau deh, kenapa banyak temen yang susah move on dari Kelas Inspirasi. Kekeluargaan yang terjalin di kelompok itu bikin kangen pengen bikin kegiatan lagi. Senyum cerah dari anak-anak setelah mendengar kami bercerita tentang pekerjaan membuat penat kami sirna. Udah sepakat, ntar setelah ini akan lanjut untuk kegiatan-kegiatan lainnya. Nggak sabar deh ketemu lagi. Meski kalo ngobrol di wasap juga ramenya ngalahin pasar. Anti klimaks banget,  lima hari setelah Kelas Inspirasi aku musti nginep di RS sekitar empat hari.

Ntar, sekitar tanggal 22 November, kelompok 13 bakalan berkunjung ke suatu tempat. Tempat dimana kami bisa memberikan inspirasi pada mereka yang harus membangun mimpi-mimpi. Mereka harus punya banyak mimpi, supaya mereka juga punya keinginan untuk mewujudkannya. Untuk menjadikannya sebuah hal yang mampu mereka raih.

Kelas Inspirasi, membangun mimpi anak Indonesia!https://youtu.be/ecQuRlr6uks

4 komentar:

  1. Habis itu ada follow upnya juga, Mbak? Ih, penasaran.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah Mbak, besok November mau ngadain acara di satu tempat yang jauh dari kota. Rencananya sih mau donasiin buku ke situ. Can't wait to see them, Mbak :)

      Hapus
  2. Hore,,,, keren mb irfa... semoga tgl 22 bisa gabung... semangat pagi

    BalasHapus
  3. Hore,,,, keren mb irfa... semoga tgl 22 bisa gabung... semangat pagi

    BalasHapus

Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar ya? Terima kasih