Mengelola THR yang terbatas - Jurnal Hati Irfa Hudaya

Sabtu, 17 Juni 2017

Mengelola THR yang terbatas


Setelah sekian waktu banyak beredar meme tentang THR, tentunya bagi para pekerja saat ini sudah bisa bernapas lega karena yang diharapkan sudah masuk ke rekening. Bagi pekerja yang mendapatkan THR dua kali gaji tentunya punya spare yang lebih lega untuk merencanakan membeli kebutuhan dan menggunakan dana di hari raya ini. Namun bagi penerima THR satu kali gaji tentunya harus lebih bijak untuk menggunakan dana supaya tak langsung ludes begitu saja. Salah-salah begitu lewat hari raya, dompet sudah melompong dan kebingungan karena defisit. 


Terkadang, mendapatkan THR menjadi euforia tersendiri. Lapar mata pun menjadi alasan pembenar untuk berbelanja barang yang sebenarnya tak diperlukan. 

Saya pun pernah dalam kondisi seperti itu. Belajar dari pengalaman yang sudah-sudah, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengelola THR yang terbatas.

Zakat, infak, dan shodaqoh. Yang terpenting bagi umat Islam saat mendapatkan THR adalah mengeluarkan zakat di depan. Sisihkan 2,5% dari yang didapatkan untuk orang-orang yang berhak. Kita bisa mencari orang-orang terdekat sebagai penerima dari zakat kita. Infak dan shodaqoh kan rezeki kita di bulan yang penuh berkah ini. Kita takkan kekurangan sedikitpun saat menggunakan uang kita untuk infak dan shodaqoh. Infak dan shodaqoh memang seikhlasnya. Namun betapa malunya kita pada sang pencipta ketika infak dan shodaqoh yang kita sisihkan hanya dalam hitungan empat digit. Jauh sekali dengan apa yang sudah direncanakan untuk dibelanjakan ke pertokoan bukan? 

Menyisihkan untuk dana darurat. Sisihkan 20% THR yang kita terima untuk dana darurat. Kita takkan pernah tahu kan seandainya terjadi hal-hal yang membuat kita sangat membutuhkan dana lebih, misalnya ke bengkel, tiba-tiba sakit, atau perlu membantu keluarga? 

Hitung kebutuhan primer kita. Jika hendak mudik, berapa dana transportasi dan konsumsi yang diperlukan. Berapa kita mau membelanjakan uang untuk oleh-oleh orang tua? Yang perlu diingat, jangan sampai saat kita mudik membebani orang tua kita untuk menyiapkan konsumsi untuk kita sekeluarga. Ada baiknya kita menyisihkan dana konsumsi saat mudik dan tinggal bersama orang tua. 
Tak perlu memaksakan diri memberikan angpau jika memang dana yang kita punya terbatas. Jika merasa tak enak hati, sisihkan angpau hanya untuk anak-anak dari keluarga terdekat, misalnya keponakan yang masih anak-anak saja. 

Masih ada sisa kan? Nah, sisa dari dana-dana tadi bisa kita belanjakan sesuai yang kita butuhkan. Sesuaikanlah apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginan. 

Selamat mengelola THR. 

10 komentar:

  1. Kalau saya, sudah ada pos-pos pengeluaran. Tapi kalau saat2 seperti ini memang pengeluaran banyak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mau seberapapun yang diterima kadang masih kurang ya mbak kalo lebaran gini?

      Hapus
  2. Alhamdulillah THR selalu digunakan sesuai rencana dan di poskan sesuai pos-posnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Suamiku punya pos tak terduga nih, pengobatan istri 😁

      Hapus
  3. THR ku belum turun, hiks ����

    BalasHapus
    Balasan
    1. THR ku juga belum, dari si beruang hihihi

      Hapus
  4. THR ku masih ga jelas hilalnys mbak. Syediih

    BalasHapus
  5. THR suami sudah dibayarkan cicilan dan service mobil, juga beli karpet mobil yang udah rusak, disedekahkan, infak dan zakat, thrku belum ada yang cair, jatah mudik dan bagiin ortu ma ponakan, ya thr memang untuk kebutuhan lebaran, tabungan aman, dan bisa infak sedekah zakat 6digit Alhamdulillah 😇

    BalasHapus
  6. iya alhamdulilah semuanya sudah mbak....dana darurat itu memang penting banget

    BalasHapus

Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar ya? Terima kasih