Cherish You, ketika hati menemukan rumahnya - Jurnal Hati Irfa Hudaya

Senin, 16 Februari 2015

Cherish You, ketika hati menemukan rumahnya

Prolog

Laki-laki itu sudah tak sabar bertemu seseorang. Dia mempercepat langkahnya memasuki Ambarukmo Plaza setelah memarkir mobilnya di basement. Kacamata hitam yang tadi dia pakai pun ia masukkan ke dalam saku bajunya.
Dia terlihat lebih santai dari biasanya. Biasanya dia memakai kemeja dan vest sebagai seragam kebesarannya. Namun kali ini, dia santai sekali dengan T-shirt lengan panjang berwarna abu-abu muda dipadu dengan jeans warna gelapnya. Dia sedang tak ingin memberi kesan apapun pada seseorang yang dia temui. Dia ingin tampil apa adanya.

Dia menjadi pemilik dari sebuah advertising agency sekarang. Maunya sih full service. Namun pekerjaan-pekerjaan yang masuk ke kantornya kebanyakan event off air. Kantornya sih kecil. Karyawannya pun hanya lima orang. Namun dia percaya diri dengan kemampuannya. Toh selama ini perusahaan-perusahaan besar di Jakarta mempercayakan eventnya di Jogja pada Advertising Agencynya.

Ia menuju House of Balcony dimana seseorang itu telah menunggunya. Sampailah ia di depan cafe tersebut. Sempat celingukan sebentar, dan yang dicarinya melambaikan tangan dengan senyumnya yang mengembang ceria.



“Haiiii... kamu apa kabar?”
Perempuan itu menjabat tangannya dengan matanya yang membola. Selalu ketulusan yang diperlihatkan perempuan itu padanya ketika mereka bertemu. Tak ada pandangan menghina, bahkan merasa jijik. Itu yang membuatnya selalu merasa rindu pada perempuan yang sesaat pernah mengisi hidupnya.

Dengan santai, laki-laki itu duduk di depan perempuan yang terlihat manis dengan overall jeans nya.
“Baik... kamu gimana Ka?”
“Alhamdulillah, seperti yang kamu lihat. Kamu tambah gemuk ya Dan?”
‘Iya nih, waktu ngegymku sudah berkurang banyak.”
“Lagi sibuk apa sekarang?”
“Lagi pitching telko nih.”
“O ya? Launching produk?”
“Penguatan brand aja.”
“Syukur deh, ikut seneng kamu pitching melulu.”
“Kamu gimana Ka? Sibuk apa sekarang? Aku denger kamu nolak rezeki nih?”

Rifka tertawa lepas.
“Aku lagi nyoba nulis, Dan. Beberapa kali lolos antologi. Sekarang aku ikut semacem agency naskah. Jadi ngerjain naskah-naskah pesanan gitu deh.”
“Wow... hebat. Lagi ngerjain naskah apa sekarang?”
“Kemarin-kemarin sih naskah cerita anak. Tapi beberapa waktu lalu aku udah ngajuin outline sama tiga bab pertama naskah parenting. Pengen nyobain semua. Ntar kalo lolos pengen banget bisa bikin novel.”
“Wah... hebat kamu. Semoga best seller ya?”
“Aamiin. Kamu sekarang gimana? Masih ...”

Si perempuan itu menahan lidahnya. Kelihatannya dia takut yang diajak bicara jadi tak nyaman. Namun laki-laki itu tersenyum menenangkan.

“Rifka Indira ... Kamu sekarang penuh sopan santun ya? Aku kangen kamu yang nyeplos nggak pada tempatnya. “
“Dani Lathif, aku sudah menikah. Banyak hal yang berubah.”
Dani menatap Rifka lekat. Dia mencari sinar mata yang berkilat-kilat saking semangatnya. Dan dia membenarkan kata-kata Rifka. Banyak yang berubah.

“Dulu, waktu kita masih pacaran, kalo ngomong nyablak nggak karuan. “
“Time passes by, Dan. “
“Kamu... bahagia kan?”
Dani bertanya hati-hati. Rifka menyesap lemon juice nya kemudian balik menatap Dani lekat. Sinar matanya sebenarnya sudah menjelaskan tanpa ia katakan.
“Emmm... sebenarnya...”
***

1 komentar:

  1. Nyaaah, semangaaat yaaa, tetap berkarya,.. :*
    Denger-denger "Cerish You" ini meledak, nyah?
    Ikut seneng,.. :*

    BalasHapus

Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar ya? Terima kasih