Tentang Didin, untuk Didin... - Jurnal Hati Irfa Hudaya

Kamis, 19 September 2013

Tentang Didin, untuk Didin...

Alhamdulillah... mulai ada yang transfer ke rekeningku. Jangan ngira kalau royalti lho ya... tapi donasi untuk teman SMA. Aku pengen cerita dikit seperti yang dicritain Ayiek, temenku SMA sekaligus atasan Choirudin Nurhafidz di PMI Muntilan. Didin, kami biasa memanggilnya. Mungkin Dik Aan kenal lebih dekat karena sama-sama aktif di Pramuka sebagai bantara. Aku sendiri sebenarnya hanya sebatas kenal.
Waktu dia mulai terdeteksi tumor, aku juga ga 'ngeh', kupikir tumor jinak. Aku hanya melihat sepintas lalu saja jika dia posting status lalu muncul di timelineku. 
Namun seorang kakak kelas, yang menanyakan tentang kondisi Didin itulah yang membuatku berpikir, ada apa sebenarnya dengan Didin. Aku ingat beberapa status doanya dan juga komen-komen yang masuk pun memberi dia penghiburan. Kepo ku yang akut pun membawaku  ke PMI kemarin. Dari info yang disampaikan teman kantornya aku baru tahu kalau dia terkena kanker usus besar yang sudah menjalar ke scrotum(testis).
Pagi itu aku langsung hubungi Ayiek, dan beberapa temen yang kuanggap sanggup memobilisasi teman yang lain.Lalu meluncurlah statusku di FB tentang penggalangan donasi untuk Didin. Kalau yang posting selebriti fesbuk, pasti feedbacknya banyak hehehe... *timpuk*...
Aku juga mencoba menghubungi baitul maal yang pengurusnya aku kenal dan melobi untuk memberikan donasinya. Alhamdulillah, mereka mau membantu dan akan berusaha mencarikan jaringan baitul maal yang sekiranya bisa membantu pengobatan Didin. Syukur tak terhingga, meskipun nanti akan ada proses panjang untuk itu, setidaknya masih ada harapan untuk Didin masih bisa survive.
Cerita Ayiek kemarin, bikin jengkel dan ketawa, tapi juga sedih. Didin, saat ini masih tinggal serumah dengan ibu dan kakaknya. Dia sudah nggak aktif di PMI, meski absennya masih diaktifkan  teman-temannya supaya gajinya tetap utuh. Ayiek yang akan bertanggung jawab sekiranya hal ini dipermasalahkan oleh atasan. Konsekuensinya, Ayiek lah yang menggantikan tugasnya jika dia piket. Kalau dia dianggap cuti, maka gaji yang diterima didin hanya sepertiganya. Itu yang Ayiek pikirkan. Didin masih mempunyai dua anak balita, umur 3,5 tahun dan 2 tahun. Istrinya tidak bekerja sejak dia sakit. Sekarang, gajinya hanya mampu untuk berobat. Untuk kebutuhan sehari-harinya, ibunyalah yang mencukupi. 
Awal terdeteksi tumor di usus besarnya, dia ragu untuk melakukan operasi. Dia takut untuk menjalani proses itu. Banyak saran yang dia terima, paling banyak menyarankan dia untuk berobat alternatif. Hanya Ayiek yang menyarankan berobat secara medis. Saking banyaknya saran yang masuk ke kepala Didin, akhirnya segala pengobatan alternatif yang disarankan temannya dicoba. Dari mulai jamu-jamuan, sampai yah... mungkin orang lain bilang syirik dia lakoni. Bukannya meremehkan pengobatan alternatif sih, tapi kan kita juga harus melihat, logis nggak sih yang harus dilakoni sebagai sarana pengobatan itu? Masa, penyakit mau dipindahin ke kambing? Bohong aja kan, orang kambingnya masih idup, sehat-sehat aja, si Didinnya yang ngedrop melulu. 
Ketika sudah mulai membesar testisnya, si dukun bilang,"Kalau pipis, ga dibasuh ya?" 
Ih... ngeselin banget kan? Nggak tau tuh dukun kalau sudah menjalar itu sel nya. Sampai kemudian Didin menjalani pengobatan medis, tumor ganas di testisnya sudah seberat 6 ons. Sekarang dia cuma punya satu testis.
Berapa duit yang udah dikeluarkan untuk pengobatan yang nggak jelas itu? Banyak... sangat banyak. Heran banget... orang yang berpendidikan tinggi, masih aja percaya dengan hal-hal mistis, bahkan mendorong orang untuk suudzon. Iya... suudzon... orang dia dibisikin dukunnya dia sakit karena dibikin orang. Kasihan yang dituduh kan? Padahal orangnya tau juga enggak. 
Akhirnya... setelah ngobrol ngalor ngidul sama Ayiek dan Naning istrinya, kami sepakat kalo rekeningkulah yang akan dipakai. Soalnya rekening Ayiek juga lagi jadi tempat penampungan donasi untuk orang lain. Rencananya, Insya Alloh Hari Jumat, 27 September 2013, bersama dengan pengurus baitul maal itu, kami akan datang ke rumah Didin untuk silaturahmi dan memberikan donasi yang sudah terkumpul. Alhamdulillah lagi, baitul maal tersebut akan menyediakan ambulans gratis jika Didin mau kemoterapi. Trenyuh rasanya...
Well... akhir kata, doain deh banyak donasi yang terkumpul. Kalau ngeliat dari feedback yang muncul sih, kayaknya banyak yang mau partisipasi. Siapapun yang baca mau ikutan saweran juga diijinkan kok... Beneran, nggak bohong!

2 komentar:

  1. moga temennya cepet sembuh ya mbak... dan selamat untuk launching blognya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin... makasih mbak Rahmi.. ketcup basah buat Thifa ya?

      Hapus

Mohon tidak meninggalkan link hidup di komentar ya? Terima kasih